Urusan Pusar ke Bawah Sampai Cara Membagi Telur Gaya Abu Nawas
Kamis, 18 Juni 2020 - 07:11 WIB
Abu Nawas adalah pujangga Arab dan merupakan salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Penyair ulung sekaligus tokoh sufi ini mempunyai nama lengkap Abu Ali Al Hasan bin Hani Al Hakami dan hidup pada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M). (
Pagi itu, Baginda Raja mendadak kangen dengan si cerdik Abu Nawas. Biasanya Baginda tinggal memerintahkan pegawai istana untuk menjemput atau memanggil karibnya itu. Ini kali tidak begitu. Baginda Raja ingin mendatangi rumah Abu Nawas. Lagi pula selain ke rumah Abu Nawas, Baginda juga kepingin melihat-lihat kondisi kota.
"Wahai pengawal, hari ini aku ingin ke rumah Abu Nawas dan jalan-jalan di kota. Sekarang juga kamu ambil kuda yang terbaik, " titah Raja Harun Ar-Rasyid.
Pengawal itu pun meminta penjaga kuda kesayangan Baginda Raja yaitu kuda yang berwarna putih nan gagah.
( )
Setelah kuda putih itu siap, Baginda Raja langsung menungganginya. Dengan gagah, Baginda Raja memasuki kota.
Tak butuh waktu lama untuk mencapai rumah Abu Nawas. Rupanya, Abu Nawas juga sudah mendapatkan bocoran jika Baginda Raja akan ke rumahnya. Ia pun keluar menyambut raja.
Baca juga: Kisah Bijak Para Sufi: Tuan Rumah dan Tamu
Tak lupa Abu Nawas juga ingin membuat hal yang berkesan bagi Baginda Raja. Ia keluar rumah dengan melilitkan handuk di kepalanya. Si Cerdik ini duduk di pinggir jalan depan rumahnya. Raja tersenyum melihat tingkah Abu Nawas.
"Sedang apa kau, Abu Nawas?"
"Saya bukan Abu Nawas, saya dewa bumi," jawab Abu Nawas dengan suara dibesar-besarkan. Dia duduk membatu seperti arca. Tangannya dilipat di dada.
Baginda Raja tak mau kalah. Ini Abu Nawas mau bikin masalah, pikirnya.
"Nah, lantaran kamu dewa bumi," ujar Raja. "Tentunya kamu bisa membesarkan mata prajuritku yang sipit ini. Kalau kamu tidak bisa, kamu akan dihukum pancung," kata Raja dengan suara yang juga dibuat-buat menakutkan.
Abu Nawas terkekeh. "Baginda keliru memberi tugas kepada dewa bumi. Tugas seperti itu mestinya diberikan kepada dewa langit. Dialah yang mengurus segala masalah dari pusar ke atas," jawab Abu Nawas tangkas.
"Terus, urusan dewa bumi apa?" tanya Baginda.
Pagi itu, Baginda Raja mendadak kangen dengan si cerdik Abu Nawas. Biasanya Baginda tinggal memerintahkan pegawai istana untuk menjemput atau memanggil karibnya itu. Ini kali tidak begitu. Baginda Raja ingin mendatangi rumah Abu Nawas. Lagi pula selain ke rumah Abu Nawas, Baginda juga kepingin melihat-lihat kondisi kota.
"Wahai pengawal, hari ini aku ingin ke rumah Abu Nawas dan jalan-jalan di kota. Sekarang juga kamu ambil kuda yang terbaik, " titah Raja Harun Ar-Rasyid.
Pengawal itu pun meminta penjaga kuda kesayangan Baginda Raja yaitu kuda yang berwarna putih nan gagah.
( )
Setelah kuda putih itu siap, Baginda Raja langsung menungganginya. Dengan gagah, Baginda Raja memasuki kota.
Tak butuh waktu lama untuk mencapai rumah Abu Nawas. Rupanya, Abu Nawas juga sudah mendapatkan bocoran jika Baginda Raja akan ke rumahnya. Ia pun keluar menyambut raja.
Baca juga: Kisah Bijak Para Sufi: Tuan Rumah dan Tamu
Tak lupa Abu Nawas juga ingin membuat hal yang berkesan bagi Baginda Raja. Ia keluar rumah dengan melilitkan handuk di kepalanya. Si Cerdik ini duduk di pinggir jalan depan rumahnya. Raja tersenyum melihat tingkah Abu Nawas.
"Sedang apa kau, Abu Nawas?"
"Saya bukan Abu Nawas, saya dewa bumi," jawab Abu Nawas dengan suara dibesar-besarkan. Dia duduk membatu seperti arca. Tangannya dilipat di dada.
Baginda Raja tak mau kalah. Ini Abu Nawas mau bikin masalah, pikirnya.
"Nah, lantaran kamu dewa bumi," ujar Raja. "Tentunya kamu bisa membesarkan mata prajuritku yang sipit ini. Kalau kamu tidak bisa, kamu akan dihukum pancung," kata Raja dengan suara yang juga dibuat-buat menakutkan.
Abu Nawas terkekeh. "Baginda keliru memberi tugas kepada dewa bumi. Tugas seperti itu mestinya diberikan kepada dewa langit. Dialah yang mengurus segala masalah dari pusar ke atas," jawab Abu Nawas tangkas.
"Terus, urusan dewa bumi apa?" tanya Baginda.