Nuzulul Qur'an, Inilah Sosok yang Berjasa Menulis Al-Qur'an dan Wahyu
Senin, 18 April 2022 - 22:33 WIB
Umat Islam di Indonesia biasanya memperingati Nuzulul Qur'an setiap 17 Ramadhan. Meski ada perbedaan pendapat tentang waktu turunnya Al-Qur'an, kita perlu mengetahui sosok orang yang berjasa menulis Al-Qur'an dan wahyu bagi Rasulullah SAW .
Pada zaman Rasulullah SAW, Al-Qur'an ditulis namun masih terpisah satu dengan lainnya. Kemudian pada zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq mulai ditulis dan dikumpulkan dalam bentuk lembaran-lembaran.
Baca Juga: Sejarah Nuzulul Qur'an dan Turunnya ke Langit Dunia
Penulisan Al-Qur'an dalam satu kitab (mushaf) merupakan saran dari Umar bin Khatthab lantaran banyaknya penghafal Qur'an yang wafat di medan perang. Barulah pada masa Khalifah Utsman bin Affan, untuk pertama kali Al-Qur'an ditulis dalam satu mushaf. Mushaf ini kemudian dikenal dengan sebutan Mushaf Utsmani atau Al-Imam.
Lalu, siapakah sosok yang pertama kali menulis Al-Qur'an? Beliau adalah Zaid bin Tsabit radhiyallahu 'anhu. Dalam sejarah Islam, Zaid dikenal sebagai penulis Al-Qur'an dan wahyu bagi Rasulullah SAW.
Nama lengkapnya adalah Zaid bin Tsabit bin Adh-Dhahak bin Zaid Ludzan bin Amru radhiyallahu 'anhu. Beliau masuk Islam ketika umur 11 tahun saat perang Badar terjadi. Nabi menyerahkan bendera Bani Malik bin an-Najjar kepada 'Imarah sebagai komandan perang Tabuk, lalu Nabi mengambilnya dan diserahkan kepada Zaid bin Tsabit.
Ketika beliau memintanya, maka Imarah bertanya: "Ya Rasulullah, apakah engkau akan menyerahkan sesuatu yang engkau berikan kepadaku?" Beliau menjawab: "Tidak, tetapi Al-Qur'an harus didahulukan, dan Zaid bin Tsabit lebih banyak menguasai bacaan Alqur'an daripada kamu".
Zaid merupakan penulis wahyu bagi Rasulullah SAW. Beliau ditugaskan mengumpulkan Al-Qur'an atas perintah Abu Bakar dan Umar sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Al-Bukhari. Rasulullah juga memuji Zaid bin Tsabit. Beliau bersabda: "Umatku yang paling menguasai ilmu Faraidh (pembagian harta warisan) adalah Zaid bin Tsabit".
Beliau wafat di Madinah pada tahun 45 Hijriyah dalam usia 56 tahun. Dalam riwayat lain Beliau wafat tahun 51 atau 52 Hijriyah.
Cara Zaid Menulis Mushaf Al-Qur'an
Sebagai penulis Al-Qur'an, Zaid bin Tsabit dikenal dengan fisik dan akal yang sehat. Ketika Zaid menulis, dia berada di hadapan Rasulullah disaksikan Malaikat. Hal ini dijamin keasliannya sebagaimana dalam Surat Al-Haqqah pada Ayat 44 sampai 45.
Zain bin Tsabit mengumpulkan para penghafal Al-Qur'an untuk menguatkan kebenaran ayat-Ayat atau menyamakan. Setiap penghafal Qur'an membawa dua saksi yang menguatkan bahwa dia adalah seorang hafizh. Hingga dihadirkan seorang Hafizh yang hanya memiliki satu saksi.
Pada zaman Utsman bin Affan, para sahabat telah berpencar ke seluruh penjuru dunia, sehingga Utsman bin Affan menemukan masalah baru yaitu perbedaan cara membaca Al-Qur'an sehingga nyaris membuat mereka bertengkar dan saling menyalahkan.
Perbedaan ini menjadi gambaran keindahan dalam pembacaan Al-Qur'an. Tatkala terjadi perbedaan ini, Utsman bin Affan mengumpulkan Lajnah Tashih Al-Qur'an untuk menuliskan mushaf yang sesuai bacaan sebuah daerah. Dan Mushaf yang dijadikan patokan adalah mushafnya Hafshah binti Umar bin Khatthab. Maka setiap pengiriman satu mushaf ke satu daerah dikirimkan pula syeikh (Qari'nya).
BerikutMacam Mushaf Al-Qur'an:
1. Mushaf Madinah Umum/Khusus.
2. Mushaf Mekkah.
3. Mushaf Kuffah.
4. Mushaf Basrah.
5. Mushaf Syam.
Wallahu A'lam
Lihat Juga: Dihadiri 200 Penghafal Al-Qur’an, JQH NU Gelar Rakernas Satukan Langkah Bangun Peradaban
Pada zaman Rasulullah SAW, Al-Qur'an ditulis namun masih terpisah satu dengan lainnya. Kemudian pada zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq mulai ditulis dan dikumpulkan dalam bentuk lembaran-lembaran.
Baca Juga: Sejarah Nuzulul Qur'an dan Turunnya ke Langit Dunia
Penulisan Al-Qur'an dalam satu kitab (mushaf) merupakan saran dari Umar bin Khatthab lantaran banyaknya penghafal Qur'an yang wafat di medan perang. Barulah pada masa Khalifah Utsman bin Affan, untuk pertama kali Al-Qur'an ditulis dalam satu mushaf. Mushaf ini kemudian dikenal dengan sebutan Mushaf Utsmani atau Al-Imam.
Lalu, siapakah sosok yang pertama kali menulis Al-Qur'an? Beliau adalah Zaid bin Tsabit radhiyallahu 'anhu. Dalam sejarah Islam, Zaid dikenal sebagai penulis Al-Qur'an dan wahyu bagi Rasulullah SAW.
Nama lengkapnya adalah Zaid bin Tsabit bin Adh-Dhahak bin Zaid Ludzan bin Amru radhiyallahu 'anhu. Beliau masuk Islam ketika umur 11 tahun saat perang Badar terjadi. Nabi menyerahkan bendera Bani Malik bin an-Najjar kepada 'Imarah sebagai komandan perang Tabuk, lalu Nabi mengambilnya dan diserahkan kepada Zaid bin Tsabit.
Ketika beliau memintanya, maka Imarah bertanya: "Ya Rasulullah, apakah engkau akan menyerahkan sesuatu yang engkau berikan kepadaku?" Beliau menjawab: "Tidak, tetapi Al-Qur'an harus didahulukan, dan Zaid bin Tsabit lebih banyak menguasai bacaan Alqur'an daripada kamu".
Zaid merupakan penulis wahyu bagi Rasulullah SAW. Beliau ditugaskan mengumpulkan Al-Qur'an atas perintah Abu Bakar dan Umar sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Al-Bukhari. Rasulullah juga memuji Zaid bin Tsabit. Beliau bersabda: "Umatku yang paling menguasai ilmu Faraidh (pembagian harta warisan) adalah Zaid bin Tsabit".
Beliau wafat di Madinah pada tahun 45 Hijriyah dalam usia 56 tahun. Dalam riwayat lain Beliau wafat tahun 51 atau 52 Hijriyah.
Cara Zaid Menulis Mushaf Al-Qur'an
Sebagai penulis Al-Qur'an, Zaid bin Tsabit dikenal dengan fisik dan akal yang sehat. Ketika Zaid menulis, dia berada di hadapan Rasulullah disaksikan Malaikat. Hal ini dijamin keasliannya sebagaimana dalam Surat Al-Haqqah pada Ayat 44 sampai 45.
Zain bin Tsabit mengumpulkan para penghafal Al-Qur'an untuk menguatkan kebenaran ayat-Ayat atau menyamakan. Setiap penghafal Qur'an membawa dua saksi yang menguatkan bahwa dia adalah seorang hafizh. Hingga dihadirkan seorang Hafizh yang hanya memiliki satu saksi.
Pada zaman Utsman bin Affan, para sahabat telah berpencar ke seluruh penjuru dunia, sehingga Utsman bin Affan menemukan masalah baru yaitu perbedaan cara membaca Al-Qur'an sehingga nyaris membuat mereka bertengkar dan saling menyalahkan.
Perbedaan ini menjadi gambaran keindahan dalam pembacaan Al-Qur'an. Tatkala terjadi perbedaan ini, Utsman bin Affan mengumpulkan Lajnah Tashih Al-Qur'an untuk menuliskan mushaf yang sesuai bacaan sebuah daerah. Dan Mushaf yang dijadikan patokan adalah mushafnya Hafshah binti Umar bin Khatthab. Maka setiap pengiriman satu mushaf ke satu daerah dikirimkan pula syeikh (Qari'nya).
BerikutMacam Mushaf Al-Qur'an:
1. Mushaf Madinah Umum/Khusus.
2. Mushaf Mekkah.
3. Mushaf Kuffah.
4. Mushaf Basrah.
5. Mushaf Syam.
Wallahu A'lam
Lihat Juga: Dihadiri 200 Penghafal Al-Qur’an, JQH NU Gelar Rakernas Satukan Langkah Bangun Peradaban
(rhs)