Sejarah Singkat Periwayatan Al-Qur'an

Selasa, 24 Desember 2019 - 05:15 WIB
Sejarah Singkat Periwayatan Al-Quran
Sejarah Singkat Periwayatan Al-Qur'an
A A A
Syeikh Ahmad At-Tamadi, Ulama Al-Azhar Mesir, mengulas sejarah singkat periwayatan Al-Qur'an saat mengisi kajian di Masjid Al-Aqsha, Bintaro Jaya Sektor 9, Tangerang Selatan.

Dalam ceramah yang diterjemahkan Ustaz Ramdan Ali Mantiri, Syeikh Ahmad mengatakan, penulis mushaf Qur'an yang masyhur berasal dari Mesir. Kurang lebih ada tiga syeikh di antaranya Syeikh Abdurrahman, dan syeikh lainnya.

Para penghafal Qur'an memiliki sanad dari Hafsh. Orang Mesir dan orang Indonesia memiliki kesamaan Qira'at dan fiqih (yaitu Imam Syafi'i), meski di Mesir ada juga bermazhab lain.

Kata Syeikh Ahmad, Al-Qur'an Madinah sebelum ditulis akan merujuk ke Mushaf Al-Azhar. Dulu, mushaf ditulis dengan tulisan tangan. Berkat rahmat Allah Ta'ala sekarang ini setiap masjid sudah memiliki ratusan mushaf Qur'an.

Awal mula diturunkan Al-Qur'an tidak dalam keseluruhan. Andai diturunkan seperti itu maka manusia akan kesulitan. Al-Qur'an diturunkan bertahap sedikit demi sedikit, atau disebut sebagai Tafsir Maudu'i (metode tematik) yaitu menghimpun ayat-ayat Al-Qur'an.

Semakin banyak penamaan kepada sebuah benda menunjukkan kemuliaan terhadap benda tersebut. Itulah Al-Qur'an. Dalam Surah Al-Furqan, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) mengadu bahwa ummat telah meninggalkan Al-Qur'an, dan diturunkan berangsur-angsur untuk menguatkan hati Nabi Muhammad SAW.

Al-Qur'an diturunkan di bulan mulia pada malam mulia kepada hamba yang mulia. Adapun ayat pertama yang diturunkan adalah Surah Al-'Alaq. Maka siapa yang tidak membaca Al-Qur'an, seolah-olah hatinya kosong dari manfaat.

Sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-'Alaq bahwa salah satu metode menghafal Al-Qur'an adalah dengan menulis Al-Qur'an. Surah Al-'Alaq Ayat 1 sampai 5 turun dalam bentuk ayat terpisah. Sementara Surah yang turun secara pertama adalah Surah Al-Muddatsir.

"Perintah Pertama adalah Qiyamullail. Qiyamullail merupakan sarana tarbiyah bagi generasi awal umat Islam. Inilah manfaat mengetahui sejarah. Bukankah disebut aib ketika umat muslim mempelajari sejarah barat, padahal akan lebih baik jika menggabungkan keduanya," kata Syeikh Ahmad.

Para ulama mengatakan bahwa Al-Qur'an diturunkan di Lauhul Mahfuz. Setelah itu Malaikat Jibril mengajarkan Al-Qur'an kepada Rasulullah antara Al-Qur'an dan perintah non Al-Qur'an .

Cirinya dengan "Bismillaah" dan bunyi seperti lonceng. Maka Rasulullah SAW pun terdiam, kemudian Beliau mengalami hal yang tenang dan khusyu' seperti tidur, seakan-akan dia berpindah dari alam manusia ke alam Malaikat. Ketika itu tubuh Beliau merasa berat sampai ketika mengendarai unta, untapun tersungkur jatuh.

Setelah Al-Qur'an diturunkan, Nabi SAW memanggil para sahabat penulis Al-Qur'an seperti Zaid bin Tsabit. Sebagian ulama mengatakan bahwa pendeknya usia Nabi SAW disebabkan keadaan turunnya Al-Qur'an. Penjagaan Al-Qur'an adalah proses yang membutuhkan perjuangan besar sebagai bentuk perwujudan firman Allah Ta'ala.

Bagaimana Al-Qur'an dihafal saat ia diturunkan? Al-Qur'an dihafal dengan 2 cara yang sampai hari ini tetap ada yaitu dijaga di dalam dada (hafalan) dan juga di dalam lembaran mushaf. Bentuk penjagaan Al-Qur'an adalah di dalam dada manusia.

Disebutkan dalam sebuah riwayat dari Nabi Isa 'alaihis salam bahwa: "Akan datang sebuah kaum, kitab mereka berada di dalam dada mereka."

Sosok Zaid bin Tsabit sebagai Penulis Al-Qur'an

Pada zaman Rasulullah SAW, Al-Qur'an ditulis namun masih terpisah satu dengan lainnya. Kemudian pada zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq mulai dituliskan Al-Qur'an dan dikumpulkan dalam bentuk lembaran-lembaran lantaran banyaknya penghafal Qur'an yang wafat dalam medan perang.

Zaid bin Tsabit adalah penulis wahyu dan Al-Qur'an. Penulisan Al-Qur'an dalam satu kitab (buku) merupakan saran dari Umar bin Khatthab. Sebagai penulis Al-Qur'an, Zaid bin Tsabit dikenal dengan fisik dan akal yang sehat. Ketika Zaid menulis, dia berada di hadapan Rasulullah disaksikan Malaikat. Hal ini dijamin keasliannya sebagaimana dalam Surah Al-Haqqah pada Ayat 44 sampai 45.

Zain bin Tsabit mengumpulkan para penghafal Al-Qur'an untuk menguatkan kebenaran ayat-Ayat atau menyamakan. Setiap hafidz membawa dua saksi yang menguatkan bahwa dia adalah hafidz. Hingga dihadirkan seorang Hafidz yang hanya memiliki satu saksi.

Setiap Ramadhan, Rasulullah SAW memperdengarkan hafalan Qur'annya kepada Malaikat Jibril hingga datang Ramadhan terakhir bagi Rasulullah di mana beliau mengkhatamkan Al-Qur'an 2 kali.

Pada zaman Utsman bin Affan, para sahabat telah berpencar ke seluruh penjuru dunia, sehingga Utsman bin Affan menemukan masalah baru yaitu perbedaan cara membaca Al-Qur'an sehingga nyaris membuat mereka bertengkar dan saling menyalahkan.

Perbedaan ini menjadi gambaran keindahan dalam pembacaan Al-Qur'an. Tatkala terjadi perbedaan ini, Utsman bin Affan mengumpulkan Lajnah Tashih Al-Qur'an untuk menuliskan mushaf yang sesuai bacaan sebuah daerah. Dan Mushaf yang dijadikan patokan adalah mushafnya Hafshah binti Umar bin Khatthab. Maka setiap pengiriman satu mushaf ke satu daerah dikirimkan pula syeikh (Qari'nya).

Inilah Macam-macam Mushaf:

- Mushaf Madinah Umum/Khusus.
- Mushaf Mekkah.
- Mushaf Kuffah.
- Mushaf Basrah.
- Mushaf Syam.

Wallahu A'lam Bisshowab
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3139 seconds (0.1#10.140)