Kenapa Nabi Muhammad Mengganjal Perutnya dengan Batu?
Sabtu, 25 April 2020 - 05:05 WIB
Kisah Nabi Muhammad shallalalhu 'alaihi wa sallam (SAW) mengganjal perutnya yang mulia dengan batu merupakan satu kejadian yang membuat para Sahabat terperangah. Sahabat mengira Rasulullah sedang sakit ketika mendengar suara gemeratak batu-batu itu dari tubuh beliau.
Muncul pertanyaan, kenapa Rasulullah SAW mengganjal perutnya dengan batu? Berikut penjelasan Al-Habib Hamid bin Ja'far Al-Qadri saat tausiyah online yang membahas Kitab "Syama'il Muhammadiyyah" belum lama ini.
Kata Habib Hamid Al-Qadri, Beliau SAW sengaja menaruh batu di perutnya agar tidak sakit ketika menahan lapar. Beliau menempelkan beberapa batu di perut beliau yang mulia. Kadang sehari sampai 3 batu.
Beliau pernah berkata: "Sekalipun ditawarkan Gunung Uhud dijadikan gunung emas beliau katakan "tidak". Kata Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam: "Saya ingin rasakan lapar sehari, kenyang sehari, lapar bersabar, kenyang bersyukur".
Dalam Kitab Al-Imam Riyadhus Shalihin, An-Nawawi menceritakan seorang Hambala bertemu Sayyidina Abu Bakar ash-shiddiq radhiyallahu 'anhu. "Apa kabar? Saya ini seorang munafik ya Abu Bakar. Lalu Abu Bakar berkata: "Jelek sekali yang kamu katakan itu".
"Saya di depan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam iman kuat, seakan surga neraka di depan mataku. Saat pulang saya lupa semua itu, istri, anak sibukkan saya".
Sayyidina Abu Bakar mengatakan, saya juga merasakan itu hal yang sama. Mari kita bertemu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam saja. Sesampainya di rumah Nabi, ada Huzaifah Ibnul Yaman, pemegang rahasia Rasulullah. Nabi Muhammad bersumpah jangan katakan rahasia ini pada siapapun di mana Nabi katakan siapa saja orang-orang munafik.
Kepada Hambala, Nabi Muhammad berkata: "Sesaat, Sesaat ya". Hambala seandainya kau istiqamah kau mendapat salam dari Malaikat di tempat tidurmu dan di jalanmu". Para sahabat setelah Nabi wafat, mereka berkata : "Ayo kita beriman sesaat, sesaat". Maksudnya, berzikir, bercerita tentang Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, bersalawat, dan cerita sejarah Nabi itu akan meningkatkan keimanan kita.
Demikian kisah Rasulullah SAW mengganjal perutnya dengan batu agar kita bisa mengambil iktibar. Betapa beliau tidak pernah memikirkan kesenangan dirinya bahkan beliau rela menahan lapar tanpa diketahui para sahabat dan keluarga beliau.
Mudah-mudahan bulan Ramadhan ini, kita diberikan kekuatan untuk mengerjakan puasa, qiyamul lail, dan menjaga diri dari maksiat.
Wallahu A'lam Bish Showab
Muncul pertanyaan, kenapa Rasulullah SAW mengganjal perutnya dengan batu? Berikut penjelasan Al-Habib Hamid bin Ja'far Al-Qadri saat tausiyah online yang membahas Kitab "Syama'il Muhammadiyyah" belum lama ini.
Kata Habib Hamid Al-Qadri, Beliau SAW sengaja menaruh batu di perutnya agar tidak sakit ketika menahan lapar. Beliau menempelkan beberapa batu di perut beliau yang mulia. Kadang sehari sampai 3 batu.
Beliau pernah berkata: "Sekalipun ditawarkan Gunung Uhud dijadikan gunung emas beliau katakan "tidak". Kata Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam: "Saya ingin rasakan lapar sehari, kenyang sehari, lapar bersabar, kenyang bersyukur".
Dalam Kitab Al-Imam Riyadhus Shalihin, An-Nawawi menceritakan seorang Hambala bertemu Sayyidina Abu Bakar ash-shiddiq radhiyallahu 'anhu. "Apa kabar? Saya ini seorang munafik ya Abu Bakar. Lalu Abu Bakar berkata: "Jelek sekali yang kamu katakan itu".
"Saya di depan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam iman kuat, seakan surga neraka di depan mataku. Saat pulang saya lupa semua itu, istri, anak sibukkan saya".
Sayyidina Abu Bakar mengatakan, saya juga merasakan itu hal yang sama. Mari kita bertemu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam saja. Sesampainya di rumah Nabi, ada Huzaifah Ibnul Yaman, pemegang rahasia Rasulullah. Nabi Muhammad bersumpah jangan katakan rahasia ini pada siapapun di mana Nabi katakan siapa saja orang-orang munafik.
Kepada Hambala, Nabi Muhammad berkata: "Sesaat, Sesaat ya". Hambala seandainya kau istiqamah kau mendapat salam dari Malaikat di tempat tidurmu dan di jalanmu". Para sahabat setelah Nabi wafat, mereka berkata : "Ayo kita beriman sesaat, sesaat". Maksudnya, berzikir, bercerita tentang Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, bersalawat, dan cerita sejarah Nabi itu akan meningkatkan keimanan kita.
Demikian kisah Rasulullah SAW mengganjal perutnya dengan batu agar kita bisa mengambil iktibar. Betapa beliau tidak pernah memikirkan kesenangan dirinya bahkan beliau rela menahan lapar tanpa diketahui para sahabat dan keluarga beliau.
Mudah-mudahan bulan Ramadhan ini, kita diberikan kekuatan untuk mengerjakan puasa, qiyamul lail, dan menjaga diri dari maksiat.
Wallahu A'lam Bish Showab
(rhs)