Kisah Safi Ibn Sayyad dan Ketika 30 Orang Dajjal Mengaku Nabi
Sabtu, 28 Mei 2022 - 21:25 WIB
Kiamat adalah rahasia Allah Yang Mahakuasa, tidak ada seorangpun yang mengetahuinya. Al-Qur'an dan sunnah pun hanya menginformasikan tanda-tandanya . Salah satunya adalah munculnya Dajjal yang mengaku nabi baik pada saat Rasul masih hidup maupun setelah wafat. Dalam satu hadis disebutkan bahwa jumlahnya sekitar 30 orang. Namun Nabi tidak memerincinya satu per satu.
"Hari kiamat tidak akan datang sampai muncul banyak dajjal sang pembohong, (jumlahnya) sekitar 30 orang dan semuanya mengaku sebagai utusan Allah. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)".
Pada masa Nabi Muhammad SAW ada anak bernama Safi Ibn Sayyad. Dia sangat membenci Rasulullah SAW. Banyak orang bilang, anak laki-laki ini, dapat memberitahumu apa yang kau pikirkan. Dia punya kemampuan tertentu.
Tandanya mirip dengan Dajjal. Dia pendek, kakinya melingkar menyerupai huruf O. Sementara itu, kulitnya lebih dekat dengan hitam. Rambutnya ikal menyerupai kribo. Dahinya lebar menggapai luas kepala. Begitu pun dengan jenjang lehernya. Sebelah matanya tertutup. Sebelah lagi bisa melihat dengan bola yang juling.
Rasulullah SAW mendengar tentangnya. Suatu hari beliau pergi untuk mencari tahu apakah dia benar Dajjal atau bukan. Beliau pergi bersama Umar bin Khattab RA dan mereka menuju sebuah desa tempat Safi tinggal.
Pada saat itu, Safi sedang duduk, bermain-main dengan sesuatu. Ketika Rasulullah SAW mencoba mendekat, Umar bin Khattab bercerita, beliau pindah dari pohon ke pohon. Rasulullah bersembunyi di balik pepohonan. Beliau mencoba mendekati anak ini dan mencoba mendengar apa yang dikatakannya.
Anak itu mengucapkan sesuatu, beliau ingin mendengar apa yang dikatakannya. Seiring Rasulullah SAW mendekati Safi dengan sangat dekat sampai mendengar perkataannya, tiba-tiba ibu dari anak itu melihat Rasulullah SAW dan ibunya berkata, “Wahai Safi, di sana ada Muhammad.” Dan Safi menengadah dan berhenti berbicara. Safi menjadi sangat marah! Dia sangat membenci beliau SAW. Entah mengapa.
Rasulullah SAW bersabda, “Andai saja ibunya tidak melihatku, aku bisa mendengar sedikit lagi, dan aku akan tahu dia Dajjal atau bukan.” Karena orang-orang berkata bahwa anak itu adalah Dajjal bahwa dia akan muncul dari sana dan dia akan menjadi Dajjal.
Rasulullah SAW berkata pada anak itu, “Aku menyembunyikan sesuatu dalam pikiranku, di dalam dadaku di mana aku ingin agar kau mencoba menebak apakah itu.” Dan anak itu melihat, sedikit mengernyitkan dahi dan berkata, “Ad-Dukh.. Ad-Dukh. Aku hanya bisa mendapatkan Ad-Dukh, Ad-Dukh.” Rasulullah SAW bersabda, “Semoga kekuatanmu tidak bisa melebihi itu!”
Rasulullah SAW berkata padanya, “Apakah kau percaya bahwa aku ini utusan Tuhan?” Dia berkata, “Hanya jika kau percaya bahwa akulah utusan Tuhan.” Dia berlaku agak sombong dengan berkata, “Akulah yang utusan Tuhan.” Rasulullah SAW berdiri dan pergi.
Umar bin Khattab bertanya, “Apa artinya Ad-Dukh? Kata apakah yang kau sembunyikan dalam dirimu? ”
Beliau bersabda, “Aku menyembunyikan kata Ad-Dukhan.”
Ad-Dukhan artinya, “asap atau kabut” dan anak itu menebak separuh darinya.
Di dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bahkan meminta kepada Ibnu Sayyad untuk menebak apa yang ada di dalam isi hati beliau. (Ketika itu, ulama menyebutkan jika Nabi SAW baru menerima wahyu tentang QS ad-Dukhan). Ibnu Shayyad berkata, "Huwaddukhkhu Qala." Nabi SAW pun menjawab, “Celaka kamu. Kamu tidak akan mempunyai kemampuan (untuk mengetahuinya).”
Rasulullah SAW pun melanjutkan pertanyaannya. “Apa yang kau lihat? Dia menjawab, “Aku melihat singgasana di atas air." Rasulullah SAW bersabda, “Kau melihat singgasana iblis di atas laut.” Beliau bertanya kembali, "Apa yang kau lihat?" Dia menjawab, “Dua orang yang jujur dan seorang pendusta atau dua orang pendusta dan seorang yang jujur." Rasulullah kemudian bersabda, “Dia dikaburkan matanya. Biarkanlah dia.”
Dalam hadis lainnya yang juga diriwayatkan Imam Muslim, Umar lantas spontan berkata, “Wahai Rasulullah. Biarkan aku memenggal lehernya.”
Nabi SAW lantas berkata kepada Umar, "Jika dia benar (Dajjal), kamu tidak akan dapat mengetahuinya dan jika dia bukan (Dajjal), tidak ada kebaikan untukmu membunuhnya." (HR Bukhari dan Muslim).
Masuk Islam
Safi ibn Sayyad akhirnya tumbuh besar, dan dia tinggal di Madinah. Dia pada akhirnya masuk Islam dan dia menikah. Dia punya sekitar 10 anak. Dan para sahabat selalu menghindarinya, karena mereka tidak merasa nyaman berada di dekatnya.
Suatu hari… mereka melakukan perjalanan haji. Lalu ketika mereka pulang dari berhaji, pada perjalanan pulang, seorang sahabat dari Rasulullah SAW (Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu), duduk di bawah sebuah bayangan dari sebuah pohon dan kemudian Safi ibn Sayyad dengan membawa barangnya duduk di samping Sahabat tersebut.
Sahabat tersebut merasa tidak nyaman di dekatnya, dan berkata, “Ada banyak tempat berteduh di sini, kau bisa duduk di tempat lain.”
Safi ibn Sayyad mulai menangis. Dia bertanya, “Kenapa kau menangis?” Safi berkata, “Ini karena orang-orang berkata bahwa aku adalah Dajjal dan lain-lain.”
Safi menatap Sahabat dari kaum Anshar ini, dan berkata, “Kau harus tahu bahwa sesungguhnya kau sangat berpengetahuan luas. Kau harus tahu bahwa ad-Dajjal bukanlah Muslim sementara aku seorang Muslim. Dia tidak menikah tapi aku menikah. Dia tidak dapat punya anak, tapi aku punya anak. Dan dia tidak bisa memasuki Mekkah atau Madinah, tapi aku di sini.”
Sahabat itu berkata, “Demi Allah, kau benar. Argumenmu benar juga.”
Kemudian Safi ibn Sayyad berkata padanya, “Tapi kau tahu, nama itu (Dajjal) cukup bagus. Dajjal nama yang keren karena dia punya kekuatan. Aku tidak keberatan jika aku benar-benar Dajjal.”
Lalu sahabat itu berdiri dan berkata, “Tolong menjauhlah dariku.” Kemudian dia menjauhi Safi. Di belakangnya, Safi ibn Sayyad tertawa-tawa. Jadi Safi adalah orang yang sangat aneh.
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, ada sebuah peperangan besar yang terjadi dengan Musailamah al-Kazzab, dimana ratusan penghafal Al Quran terbunuh. Dan mereka melihat Safi ibn Sayyad berperang bersama mereka dan mereka mencari jasadnya, dan mereka berkata, “Kami tidak bisa menemukannya, baik di antara yang sudah mati atau yang masih hidup.”
Semua anak-anaknya meninggal, istrinya juga meninggal. Dan setelah perang itu, mereka tidak bisa menemukannya sama sekali, dia menghilang.
Jadi Wallahu’alam, apakah dia Dajjal atau tidak. Umar ibn al-Khattab r.a berkata, “Aku sering berkata di hadapan Rasulullah SAW, ‘Demi Allah dia adalah Dajjal.’ Dan beliau tidak menyangkal perkataanku dan tidak membenarkannya. Beliau diam saja.”
"Hari kiamat tidak akan datang sampai muncul banyak dajjal sang pembohong, (jumlahnya) sekitar 30 orang dan semuanya mengaku sebagai utusan Allah. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)".
Pada masa Nabi Muhammad SAW ada anak bernama Safi Ibn Sayyad. Dia sangat membenci Rasulullah SAW. Banyak orang bilang, anak laki-laki ini, dapat memberitahumu apa yang kau pikirkan. Dia punya kemampuan tertentu.
Tandanya mirip dengan Dajjal. Dia pendek, kakinya melingkar menyerupai huruf O. Sementara itu, kulitnya lebih dekat dengan hitam. Rambutnya ikal menyerupai kribo. Dahinya lebar menggapai luas kepala. Begitu pun dengan jenjang lehernya. Sebelah matanya tertutup. Sebelah lagi bisa melihat dengan bola yang juling.
Rasulullah SAW mendengar tentangnya. Suatu hari beliau pergi untuk mencari tahu apakah dia benar Dajjal atau bukan. Beliau pergi bersama Umar bin Khattab RA dan mereka menuju sebuah desa tempat Safi tinggal.
Pada saat itu, Safi sedang duduk, bermain-main dengan sesuatu. Ketika Rasulullah SAW mencoba mendekat, Umar bin Khattab bercerita, beliau pindah dari pohon ke pohon. Rasulullah bersembunyi di balik pepohonan. Beliau mencoba mendekati anak ini dan mencoba mendengar apa yang dikatakannya.
Anak itu mengucapkan sesuatu, beliau ingin mendengar apa yang dikatakannya. Seiring Rasulullah SAW mendekati Safi dengan sangat dekat sampai mendengar perkataannya, tiba-tiba ibu dari anak itu melihat Rasulullah SAW dan ibunya berkata, “Wahai Safi, di sana ada Muhammad.” Dan Safi menengadah dan berhenti berbicara. Safi menjadi sangat marah! Dia sangat membenci beliau SAW. Entah mengapa.
Rasulullah SAW bersabda, “Andai saja ibunya tidak melihatku, aku bisa mendengar sedikit lagi, dan aku akan tahu dia Dajjal atau bukan.” Karena orang-orang berkata bahwa anak itu adalah Dajjal bahwa dia akan muncul dari sana dan dia akan menjadi Dajjal.
Rasulullah SAW berkata pada anak itu, “Aku menyembunyikan sesuatu dalam pikiranku, di dalam dadaku di mana aku ingin agar kau mencoba menebak apakah itu.” Dan anak itu melihat, sedikit mengernyitkan dahi dan berkata, “Ad-Dukh.. Ad-Dukh. Aku hanya bisa mendapatkan Ad-Dukh, Ad-Dukh.” Rasulullah SAW bersabda, “Semoga kekuatanmu tidak bisa melebihi itu!”
Rasulullah SAW berkata padanya, “Apakah kau percaya bahwa aku ini utusan Tuhan?” Dia berkata, “Hanya jika kau percaya bahwa akulah utusan Tuhan.” Dia berlaku agak sombong dengan berkata, “Akulah yang utusan Tuhan.” Rasulullah SAW berdiri dan pergi.
Umar bin Khattab bertanya, “Apa artinya Ad-Dukh? Kata apakah yang kau sembunyikan dalam dirimu? ”
Beliau bersabda, “Aku menyembunyikan kata Ad-Dukhan.”
Ad-Dukhan artinya, “asap atau kabut” dan anak itu menebak separuh darinya.
Di dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bahkan meminta kepada Ibnu Sayyad untuk menebak apa yang ada di dalam isi hati beliau. (Ketika itu, ulama menyebutkan jika Nabi SAW baru menerima wahyu tentang QS ad-Dukhan). Ibnu Shayyad berkata, "Huwaddukhkhu Qala." Nabi SAW pun menjawab, “Celaka kamu. Kamu tidak akan mempunyai kemampuan (untuk mengetahuinya).”
Rasulullah SAW pun melanjutkan pertanyaannya. “Apa yang kau lihat? Dia menjawab, “Aku melihat singgasana di atas air." Rasulullah SAW bersabda, “Kau melihat singgasana iblis di atas laut.” Beliau bertanya kembali, "Apa yang kau lihat?" Dia menjawab, “Dua orang yang jujur dan seorang pendusta atau dua orang pendusta dan seorang yang jujur." Rasulullah kemudian bersabda, “Dia dikaburkan matanya. Biarkanlah dia.”
Dalam hadis lainnya yang juga diriwayatkan Imam Muslim, Umar lantas spontan berkata, “Wahai Rasulullah. Biarkan aku memenggal lehernya.”
Nabi SAW lantas berkata kepada Umar, "Jika dia benar (Dajjal), kamu tidak akan dapat mengetahuinya dan jika dia bukan (Dajjal), tidak ada kebaikan untukmu membunuhnya." (HR Bukhari dan Muslim).
Masuk Islam
Safi ibn Sayyad akhirnya tumbuh besar, dan dia tinggal di Madinah. Dia pada akhirnya masuk Islam dan dia menikah. Dia punya sekitar 10 anak. Dan para sahabat selalu menghindarinya, karena mereka tidak merasa nyaman berada di dekatnya.
Suatu hari… mereka melakukan perjalanan haji. Lalu ketika mereka pulang dari berhaji, pada perjalanan pulang, seorang sahabat dari Rasulullah SAW (Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu), duduk di bawah sebuah bayangan dari sebuah pohon dan kemudian Safi ibn Sayyad dengan membawa barangnya duduk di samping Sahabat tersebut.
Sahabat tersebut merasa tidak nyaman di dekatnya, dan berkata, “Ada banyak tempat berteduh di sini, kau bisa duduk di tempat lain.”
Safi ibn Sayyad mulai menangis. Dia bertanya, “Kenapa kau menangis?” Safi berkata, “Ini karena orang-orang berkata bahwa aku adalah Dajjal dan lain-lain.”
Safi menatap Sahabat dari kaum Anshar ini, dan berkata, “Kau harus tahu bahwa sesungguhnya kau sangat berpengetahuan luas. Kau harus tahu bahwa ad-Dajjal bukanlah Muslim sementara aku seorang Muslim. Dia tidak menikah tapi aku menikah. Dia tidak dapat punya anak, tapi aku punya anak. Dan dia tidak bisa memasuki Mekkah atau Madinah, tapi aku di sini.”
Sahabat itu berkata, “Demi Allah, kau benar. Argumenmu benar juga.”
Kemudian Safi ibn Sayyad berkata padanya, “Tapi kau tahu, nama itu (Dajjal) cukup bagus. Dajjal nama yang keren karena dia punya kekuatan. Aku tidak keberatan jika aku benar-benar Dajjal.”
Lalu sahabat itu berdiri dan berkata, “Tolong menjauhlah dariku.” Kemudian dia menjauhi Safi. Di belakangnya, Safi ibn Sayyad tertawa-tawa. Jadi Safi adalah orang yang sangat aneh.
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, ada sebuah peperangan besar yang terjadi dengan Musailamah al-Kazzab, dimana ratusan penghafal Al Quran terbunuh. Dan mereka melihat Safi ibn Sayyad berperang bersama mereka dan mereka mencari jasadnya, dan mereka berkata, “Kami tidak bisa menemukannya, baik di antara yang sudah mati atau yang masih hidup.”
Semua anak-anaknya meninggal, istrinya juga meninggal. Dan setelah perang itu, mereka tidak bisa menemukannya sama sekali, dia menghilang.
Jadi Wallahu’alam, apakah dia Dajjal atau tidak. Umar ibn al-Khattab r.a berkata, “Aku sering berkata di hadapan Rasulullah SAW, ‘Demi Allah dia adalah Dajjal.’ Dan beliau tidak menyangkal perkataanku dan tidak membenarkannya. Beliau diam saja.”
(mhy)