Kehadiran Allah Taala dalam Kehidupan Manusia, Begini Penjelasan Quraish Shihab
Rabu, 06 Juli 2022 - 17:01 WIB
Kepastian tersebut, kata Quraish Shihab, tidak mungkin dapat diperoleh kecuali melalui keyakinan tentang wujud Tuhan Yang Maha Esa. Karena jika Tuhan berbilang, maka sekali tuhan ini yang mengatur alam dan menetapkan kehendak-Nya dan kali lain tuhan yang itu.
Apa yang menjamin kepastian itu, seandainya Tuhan Yang mengatur hukum-hukum dan tata kerta alam raya, juga butuh kepada sesuatu? Sudah dapat dipastikan tidak ada yang dapat menjamin!
Jika demikian, tauhid bukan saja merupakan hakikat kebenaran yang harus diakui karena diperlukan oleh jiwa manusia, tetapi juga merupakan kebutuhan akalnya demi kemajuan dan kesejahteraan umat manusia.
Menurut Quraish Shihab, wajar jika perkembangan pemikiran manusia tentang Tuhan, berakhir pada monoteisme murni, setelah pada awalnya menganut keyakinan politeisme (banyak tuhan), kemudian dua tuhan, disusul dengan kepercayaan tentang adanya satu Tuhan dan berakhir dengan tauhid murni (keesaan mutlak) yang dianut oleh umat Islam.
Apabila seseorang telah menganut akidah tauhid dalam pengertian yang sebenarnya, maka akan lahir dari dirinya berbagai aktivitas, yang kesemuanya merupakan ibadah kepada Allah, baik ibadah dalam pengertiannya yang sempit (ibadah murni) maupun pengertiannya yang luas. Ini disebabkan karena akidah tauhid merupakan satu prinsip lengkap yang menembus semua dimensi dan aksi manusia.
Karena itu, Allah berfirman:
"Allah tidak mengampuni siapa yang mempersekutukan-Nya dengan sesuatu, dan dapat mengampuni selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki ( QS Al-Nisa, [4] : 48).
Quraish Shihab menjelaskan kalau dalam alam raya ini ada matahari yang menjadi sumber kehidupan makhluk di permukaan bumi ini, dan yang berkeliling padanya planet-planet tata surya yang tidak dapat melepaskan diri darinya, maka akidah tauhid merupakan matahari kehidupan rohani dan yang berkeliling di sekitarnya kesatuan-kesatuan yang tidak dapat pula melepaskan diri atau dilepaskan darinya.
Kesatuan dimaksud antara lain adalah kesatuan alam semesta, kesatuan kehidupan dunia dan akhirat, kesatuan natural dan supranatural, kesatuan ilmu, kesatuan agama, kesatuan kemanusiaan, kesatuan umat, kesatuan kepribadian manusia, dan lain-lain.
"Prinsip lengkap ini harus terus-menerus dipelihara, diasah, dan diasuh," katanya. "Memang boleh jadi seorang Muslim mengalami godaan sehingga timbul tanda tanya menyangkut kehadiran Allah Yang Maha Esa itu. Yang demikian adalah wajar-wajar saja, asal ia selalu berupaya untuk mengusir godaan itu," lanjut Quraish Shihab.
Hal ini dialami juga oleh para sahabat Nabi SAW. Mereka yang mengadukan pengalamannya kepada beliau ditanggapi oleh Nabi
SAW. dengan bersabda: "Segala puji bagi Allah yang menangkal tipuannya (setan) menjadi waswasah (bisikan)."
Sahabat Nabi, Ibnu Abbas, pernah ditanya oleh Abu Zamil Sammak ibn Al-Walid, "Apakah yang saya rasakan di dalam dadaku (ini)?"
"Apakah itu," tanya Ibnu Abbas.
"Demi Allah saya tidak akan mengatakannya."
Ibnu Abbas bertanya balik, "Apakah semacam syak atau keraguan?"
Si penanya mengiyakan.
Ibnu Abbas kemudian berkata, "Tidak seorang pun (dari kami) yang terbebaskan dari yang demikian, sampai turun firman Allah: