Ibadah Haji, Quraish Shihab: Kumpulan Simbol-Simbol yang Sangat Indah
Selasa, 12 Juli 2022 - 18:51 WIB
Ibadah haji merupakan kumpulan simbol-simbol yang sangat indah. Apabila dihayati dan diamalkan secara baik dan benar, maka pasti akan mengantarkan setiap pelakunya dalam lingkungan kemanusiaan yang benar sebagaimana dikehendaki Allah Taala.
M Quraish Shihab dalam buku berjudul "Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah" mengatakan haji adalah salah satu keteladanan Nabi Ibrahim , karena beliaulah bersama putranya Ismail yang membangun (kembali) pondasi-pondasi Kakbah.
"Beliau pulalah yang diperintahkan untuk mengumandangkan syariat haji," ujar Quraish Shihab sembari mengingatkan bahwa hal itu disebutkan dalam Al-Qur'an Surat al-Haj ayat 27.
Menurut Quraish Shihab, keteladanan yang diwujudkan dalam bentuk ibadah tersebut dan yang praktik-praktik ritualnya berkaitan dengan peristiwa yang beliau dan keluarga alami, pada hakikatnya merupakan penegasan kembali dari setiap jamaah haji, tentang keterikatannya dengan prinsip-prinsip keyakinan yang dianut Ibrahim, yang intinya adalah:
1. Pengakuan Keesaan Tuhan, serta penolakan terhadap segala macam dan bentuk kemusyrikan baik berupa patung-patung, bintang, bulan dan matahari bahkan segala sesuatu selain dari Allah SWT.
2. Keyakinan tentang adanya neraca keadilan Tuhan dalam kehidupan ini, yang puncaknya akan diperoleh setiap makhluk pada hari kebangkitan kelak.
3. Keyakinan tentang kemanusiaan yang bersifat universal, tiada perbedaan dalam kemanusiaan seseorang dengan lainnya, betapa pun terdapat perbedaan antarmereka dalam hal-hal lainnya.
Quraish Shihab menjelaskan ketiga inti ajaran ini tercermin dengan jelas atau dilambangkan dalam praktik-praktik ibadah haji ajaran Islam.
Persamaan
Ibadah haji dikumandangkan Ibrahim as sekitar 3600 tahun lalu. Sesudah masa beliau, praktik-praktiknya sedikit atau banyak telah mengalami perubahan, namun kemudian diluruskan kembali oleh Muhammad SAW.
"Salah satu hal yang diluruskan itu, adalah praktik ritual yang bertentangan dengan penghayatan nilai universal kemanusiaan haji," kata Quraish Shihab.
Al-Qur'an Surah al-Baqarah 2 :199, menegur sekelompok manusia (yang dikenal dengan nama al-Hummas) yang merasa diri memiliki keistimewaan sehingga enggan bersatu dengan orang banyak dalam melakukan wuquf.
Mereka wukuf di Mudzdalifah sedang orang banyak di Arafah. Pemisahan diri yang dilatarbelakangi perasaan superioritas dicegah oleh Al-Qur'an dan turunlah ayat tersebut di atas.
"Bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak dan mohonlah ampun kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Tak jelas apakah praktik bergandengan tangan saat melaksanakan tawaf pada awal periode sejarah Islam, bersumber dari ajaran Ibrahim dalam rangka mempererat persaudaraan dan rasa persamaan. "Namun yang pasti Nabi SAW membatalkannya, bukan dengan tujuan membatalkan persaudaraan dan persamaan itu, tapi karena alasan-alasan praktis pelaksanaan tawaf," ujar Quraish Shihab.
Salah satu bukti yang jelas tentang keterkaitan ibadah haji dengan nilai-nilai kemanusiaan adalah isi khutbah Nabi SAW pada haji wada' (haji perpisahan) yang intinya menekankan:
Persamaan; keharusan memelihara jiwa, harta dan kehormatan orang lain; dan larangan melakukan penindasan atau pemerasan terhadap kaum lemah baik di bidang ekonomi maupun fisik.
M Quraish Shihab dalam buku berjudul "Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah" mengatakan haji adalah salah satu keteladanan Nabi Ibrahim , karena beliaulah bersama putranya Ismail yang membangun (kembali) pondasi-pondasi Kakbah.
"Beliau pulalah yang diperintahkan untuk mengumandangkan syariat haji," ujar Quraish Shihab sembari mengingatkan bahwa hal itu disebutkan dalam Al-Qur'an Surat al-Haj ayat 27.
Menurut Quraish Shihab, keteladanan yang diwujudkan dalam bentuk ibadah tersebut dan yang praktik-praktik ritualnya berkaitan dengan peristiwa yang beliau dan keluarga alami, pada hakikatnya merupakan penegasan kembali dari setiap jamaah haji, tentang keterikatannya dengan prinsip-prinsip keyakinan yang dianut Ibrahim, yang intinya adalah:
1. Pengakuan Keesaan Tuhan, serta penolakan terhadap segala macam dan bentuk kemusyrikan baik berupa patung-patung, bintang, bulan dan matahari bahkan segala sesuatu selain dari Allah SWT.
2. Keyakinan tentang adanya neraca keadilan Tuhan dalam kehidupan ini, yang puncaknya akan diperoleh setiap makhluk pada hari kebangkitan kelak.
3. Keyakinan tentang kemanusiaan yang bersifat universal, tiada perbedaan dalam kemanusiaan seseorang dengan lainnya, betapa pun terdapat perbedaan antarmereka dalam hal-hal lainnya.
Quraish Shihab menjelaskan ketiga inti ajaran ini tercermin dengan jelas atau dilambangkan dalam praktik-praktik ibadah haji ajaran Islam.
Persamaan
Ibadah haji dikumandangkan Ibrahim as sekitar 3600 tahun lalu. Sesudah masa beliau, praktik-praktiknya sedikit atau banyak telah mengalami perubahan, namun kemudian diluruskan kembali oleh Muhammad SAW.
"Salah satu hal yang diluruskan itu, adalah praktik ritual yang bertentangan dengan penghayatan nilai universal kemanusiaan haji," kata Quraish Shihab.
Al-Qur'an Surah al-Baqarah 2 :199, menegur sekelompok manusia (yang dikenal dengan nama al-Hummas) yang merasa diri memiliki keistimewaan sehingga enggan bersatu dengan orang banyak dalam melakukan wuquf.
Mereka wukuf di Mudzdalifah sedang orang banyak di Arafah. Pemisahan diri yang dilatarbelakangi perasaan superioritas dicegah oleh Al-Qur'an dan turunlah ayat tersebut di atas.
"Bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak dan mohonlah ampun kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Tak jelas apakah praktik bergandengan tangan saat melaksanakan tawaf pada awal periode sejarah Islam, bersumber dari ajaran Ibrahim dalam rangka mempererat persaudaraan dan rasa persamaan. "Namun yang pasti Nabi SAW membatalkannya, bukan dengan tujuan membatalkan persaudaraan dan persamaan itu, tapi karena alasan-alasan praktis pelaksanaan tawaf," ujar Quraish Shihab.
Salah satu bukti yang jelas tentang keterkaitan ibadah haji dengan nilai-nilai kemanusiaan adalah isi khutbah Nabi SAW pada haji wada' (haji perpisahan) yang intinya menekankan:
Persamaan; keharusan memelihara jiwa, harta dan kehormatan orang lain; dan larangan melakukan penindasan atau pemerasan terhadap kaum lemah baik di bidang ekonomi maupun fisik.