Raksasa Bernama ‘Auj yang Mengangkut Kayu untuk Kapal Nabi Nuh
Senin, 27 April 2020 - 03:58 WIB
KARENA doa Nabi Nuh, pintu-pintu langit terbuka dan para malaikat ramai berlalu-lalang di sana. Pada saat itu, Allah memberi wahyu kepadanya:
فَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِ أَنِ اصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا فَإِذَا جَاءَ أَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّورُ ۙ فَاسْلُكْ فِيهَا مِنْ كُلٍّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَأَهْلَكَ إِلَّا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ مِنْهُمْ ۖ وَلَا تُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا ۖ إِنَّهُمْ مُغْرَقُونَ
"Buatlah bahtera di bawah penilikan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan tanur telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (QS Al-Mu’minun : 27)
Nabi Nuh AS berkata, “Wahai Tuhanku, apa bahtera itu?” Allah berfirman, “Bahtera adalah sebuah rumah yang terbuat dari kayu yang berjalan di atas permukaan air.”
Allah telah memerintahkan kepadanya untuk menanam kayu Saj (kayu jati). Menurut riwayat lain, kayu Abnus (kayu ebony). Dia disuruh menanamnya di tanah Kufah. Dia tanam pohon itu dan membiarkannya hidup selama 40 tahun. Allah memerintahkan kepada langit untuk tidak menurunkan setetes air pun dan memerintahkan kepada bumi untuk tidak menumbuhkan apa pun.
Pada masa itu, tidak ada setetes pun air yang turun dari langit. Tidak ada satu tanaman pun yang keluar dari bumi. Tidak ada wanita, binatang ternak, dan binatang liar yang melahirkan, dan tidak ada burung yang bertelur.
Semua itu terjadi untuk memperlihatkan hujjah kepada manusia sebelum turunnya azab yang sebenarnya. Kemudian Allah memerintahkan Nabi Nuh AS pergi ke Kufah untuk mengangkut pohon Saj. Akan tetapi, Nabi Nuh bingung bagaimana cara mengangkutnya. Maka, Allah memberi wahyu kepadanya bahwa ‘Auj bin ‘Unuq bisa memikulnya.
‘Auj bin ‘Unuq
Al-Kisa’i mengatakan bahwa ‘Unuq adalah ibu ‘Auj. Dia adalah salah satu dari anak Adam yang buruk penampilannya dan jelek perawakannya. Dia seorang ahli sihir yang mahir.
Setelah setahun melahirkan ‘Auj, dia meninggal dan ‘Auj tumbuh menjadi orang yang sangat besar tubuhnya; tingginya mencapai 600 siku orang dahulu, yaitu sama dengan satu setengah siku orang sekarang, dan lebarnya seukuran itu, sampai-sampai ada sebuah riwayat ketika angin topan datang, angin tersebut tingginya tidak melebihi lutut ‘Auj.
Apabila dia duduk di atas gunung, tangannya dia ulurkan ke laut mengambil ikan, dan kemudian memanggangnya di matahari. Dan apabila dia marah kepada sebuah penduduk kampung, dia mengencingi mereka sehingga mereka tenggelam dalam air kencingnya.
Menurut sebuah riwayat, ‘Auj menguasai sebuah penduduk kampung. Penduduk itu berkata kepadanya, “Kami akan membuatkanmu gamis (baju), tetapi kami tidak akan mengambil upahnya darimu kecuali setelah satu tahun.”
Mulailah penduduk kampung itu membuatkannya gamis dari bahan katun. Setelah selesai, mereka memakaikan gamis itu kepadanya. Kemudian ‘Auj pergi meninggalkan mereka. Setiap kali dia punya maksud lewat ke kampung mereka, dia ingat akan utangnya. Maka, dia pun tidak jadi datang kepada mereka dan tidak pernah lagi masuk ke perkampungan mereka karena takut akan utangnya.
Diriwayatkan bahwa ‘Auj bin ‘Unuq hidup berumur 4.500 tahun. Dia masih hidup hingga zaman Musa. Ketika Musa memasuki sebuah padang sahara bersama Bani Israil, ‘Auj bermaksud membinasakan mereka.
Dia menghampiri tentara Musa untuk mengetahui jumlah mereka. Dia mendapatkan mereka hanya kumpulan orang dalam satu farsakh. Lalu dia pergi ke sebuah gunung dan kemudian mencabut gunung itu dari bumi. Gunung itu dibawanya di atas kepalanya dan datang untuk menimpakannya ke tentara Musa.
Pada saat itu, Allah mengutus burung Hud-hud yang paruhnya diciptakan dari besi. Burung Hud-hud itu turun di atas batu tersebut dan mulailah mematukinya hingga membuatnya berlubang, lalu ia turun ke pundaknya ‘Auj, dan kemudian masuk ke dalam mantelnya hingga ‘Auj tidak bisa bergerak.
Ketika Musa melihat itu, dia menghampirinya dan memukulnya dengan tongkatnya, yang panjangnya 10 siku, sambil melompat ke udara setinggi 10 siku. Tingginya Musa adalah 10 siku; jadi, pukulannya ke betis ‘Auj pun tidak sampai. Akan tetapi, setelah Musa memukulnya, ‘Auj tersungkur dan kemudian meninggal serta terlempar di lapangan kosong seperti gunung yang besar.
Diriwayatkan bahwa di negeri Tatar (Tartares) ada sungai yang bernama ath-Tha’i. Di sana terdapat jembatan lengkung yang besar. Konon, jembatan tersebut berasal dari tulang ‘Auj bin ‘Unuq dan merupakan salah satu dari keajaiban dunia. (Bersambung)
فَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِ أَنِ اصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا فَإِذَا جَاءَ أَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّورُ ۙ فَاسْلُكْ فِيهَا مِنْ كُلٍّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَأَهْلَكَ إِلَّا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ مِنْهُمْ ۖ وَلَا تُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا ۖ إِنَّهُمْ مُغْرَقُونَ
"Buatlah bahtera di bawah penilikan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan tanur telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (QS Al-Mu’minun : 27)
Nabi Nuh AS berkata, “Wahai Tuhanku, apa bahtera itu?” Allah berfirman, “Bahtera adalah sebuah rumah yang terbuat dari kayu yang berjalan di atas permukaan air.”
Allah telah memerintahkan kepadanya untuk menanam kayu Saj (kayu jati). Menurut riwayat lain, kayu Abnus (kayu ebony). Dia disuruh menanamnya di tanah Kufah. Dia tanam pohon itu dan membiarkannya hidup selama 40 tahun. Allah memerintahkan kepada langit untuk tidak menurunkan setetes air pun dan memerintahkan kepada bumi untuk tidak menumbuhkan apa pun.
Pada masa itu, tidak ada setetes pun air yang turun dari langit. Tidak ada satu tanaman pun yang keluar dari bumi. Tidak ada wanita, binatang ternak, dan binatang liar yang melahirkan, dan tidak ada burung yang bertelur.
Semua itu terjadi untuk memperlihatkan hujjah kepada manusia sebelum turunnya azab yang sebenarnya. Kemudian Allah memerintahkan Nabi Nuh AS pergi ke Kufah untuk mengangkut pohon Saj. Akan tetapi, Nabi Nuh bingung bagaimana cara mengangkutnya. Maka, Allah memberi wahyu kepadanya bahwa ‘Auj bin ‘Unuq bisa memikulnya.
‘Auj bin ‘Unuq
Al-Kisa’i mengatakan bahwa ‘Unuq adalah ibu ‘Auj. Dia adalah salah satu dari anak Adam yang buruk penampilannya dan jelek perawakannya. Dia seorang ahli sihir yang mahir.
Setelah setahun melahirkan ‘Auj, dia meninggal dan ‘Auj tumbuh menjadi orang yang sangat besar tubuhnya; tingginya mencapai 600 siku orang dahulu, yaitu sama dengan satu setengah siku orang sekarang, dan lebarnya seukuran itu, sampai-sampai ada sebuah riwayat ketika angin topan datang, angin tersebut tingginya tidak melebihi lutut ‘Auj.
Apabila dia duduk di atas gunung, tangannya dia ulurkan ke laut mengambil ikan, dan kemudian memanggangnya di matahari. Dan apabila dia marah kepada sebuah penduduk kampung, dia mengencingi mereka sehingga mereka tenggelam dalam air kencingnya.
Menurut sebuah riwayat, ‘Auj menguasai sebuah penduduk kampung. Penduduk itu berkata kepadanya, “Kami akan membuatkanmu gamis (baju), tetapi kami tidak akan mengambil upahnya darimu kecuali setelah satu tahun.”
Mulailah penduduk kampung itu membuatkannya gamis dari bahan katun. Setelah selesai, mereka memakaikan gamis itu kepadanya. Kemudian ‘Auj pergi meninggalkan mereka. Setiap kali dia punya maksud lewat ke kampung mereka, dia ingat akan utangnya. Maka, dia pun tidak jadi datang kepada mereka dan tidak pernah lagi masuk ke perkampungan mereka karena takut akan utangnya.
Diriwayatkan bahwa ‘Auj bin ‘Unuq hidup berumur 4.500 tahun. Dia masih hidup hingga zaman Musa. Ketika Musa memasuki sebuah padang sahara bersama Bani Israil, ‘Auj bermaksud membinasakan mereka.
Dia menghampiri tentara Musa untuk mengetahui jumlah mereka. Dia mendapatkan mereka hanya kumpulan orang dalam satu farsakh. Lalu dia pergi ke sebuah gunung dan kemudian mencabut gunung itu dari bumi. Gunung itu dibawanya di atas kepalanya dan datang untuk menimpakannya ke tentara Musa.
Pada saat itu, Allah mengutus burung Hud-hud yang paruhnya diciptakan dari besi. Burung Hud-hud itu turun di atas batu tersebut dan mulailah mematukinya hingga membuatnya berlubang, lalu ia turun ke pundaknya ‘Auj, dan kemudian masuk ke dalam mantelnya hingga ‘Auj tidak bisa bergerak.
Ketika Musa melihat itu, dia menghampirinya dan memukulnya dengan tongkatnya, yang panjangnya 10 siku, sambil melompat ke udara setinggi 10 siku. Tingginya Musa adalah 10 siku; jadi, pukulannya ke betis ‘Auj pun tidak sampai. Akan tetapi, setelah Musa memukulnya, ‘Auj tersungkur dan kemudian meninggal serta terlempar di lapangan kosong seperti gunung yang besar.
Diriwayatkan bahwa di negeri Tatar (Tartares) ada sungai yang bernama ath-Tha’i. Di sana terdapat jembatan lengkung yang besar. Konon, jembatan tersebut berasal dari tulang ‘Auj bin ‘Unuq dan merupakan salah satu dari keajaiban dunia. (Bersambung)
(mhy)