7 Tips Menanamkan Kejujuran pada Anak Sesuai Tuntutan Syariat
Rabu, 27 Juli 2022 - 16:58 WIB
Fondasi utama untuk menghasilkan karakter anak yang shalih dan baik adalah sifat jujur . Karena jujur merupakan kunci kebahagiaan. Jika ingin anak-anak kita berbahagia di kehidupannya, maka menanamkan sifat jujur adalah kuncinya. Dan penanaman sikap jujur harus dimulai sedini mungkin, agar anak terbiasa.
"Sebagai orang tua tentu kita mengharapkan sikap jujur menjadi fondasi hidup sang anak. Kejujuran akan menumbuhkan kepercayaan pada anak. Si anak percaya diri dan dapat dipercaya. Karenanya penting menanamkan kejujuran dalam setiap pola asuh dalam setiap pertumbuhan anak,"ungkap Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary, dalam salah satu kajiannya tentang 'Mencetak Generasi Rabanni', di kanal muslim Rodja.
Lalu, apa tipsnya agar orang tua mudah menanamkan sifat jujur pada anak? Yang terpenting, setiap orang tua bisa menanamkan pemahaman seperti berikut ini:
1. Berikan pemahaman mengenai pentingnya bersikap jujur
2. Jadilah contoh yang baik
3. Ajarkan kejujuran melalui kisah-kisah orang lain
4. Jangan langsung beri hukuman jika anak berbohong
5. Tanamkan pendidikan agama
6. Dorong anak-anak untuk mencari teman yang jujur
7. Berikan pemahaman pada anak bahwa jujur itu nikmat
Ustadz Abu Ihsan menjelaskan,untuk menanamkan sifat jujur pada anak-anak diperlukan usaha yang keras. Walaupun pada dasarnya manusia itu suka kepada kejujuran, namun lingkungan , pergaulan, pendidikan-pendidikan salah yang mereka terima, ini kadang-kadang mewarnai dan mengubah fitrah itu. Maka perlu kita meletakkan dasar yang kuat di dalam masalah ini.
Apa saja dasarnya? Ustadz Abu Ihsan menjelaskan ada beberapa hal yang harus dilakukan terutama berdasarkan tuntunan syariat. Antara lain, yakni;
Pertama, Islam menempatkan seorang anak itu juga manusia yang punya hak-hak dalam muamalah , maka orang tua tidak dibenarkan menipu dan berbohong kepada anak dengan cara dan alasan apapun. Anak jangan dibohongi, karena membohongi anak merupakan salah satu kesalahan orang tua .
Kedua, secara tidak langsung mengajari anak untuk bohong. Ketika anak dibohongi, maka apa yang ada di dalam benaknya yaitu bahwa bohong itu adalah satu perbuatan yang legal. Dia lihat orang tuanya berbohong, maka yang terbetik di dalam hati mereka bahwa bohong itu adalah sesuatu yang bukan masalah, bukan perkara besar, bukan perkara yang serius. Maka bohong ini tidak boleh walaupun dalam konteks bercanda.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjamin bagian tengah surga bagi yang berkata jujur walaupun bercanda. Dan Rasulullah mengatakan: “Aku juga bercanda, tapi aku tidak mengatakan kecuali yang benar.” (HR. Thabrani)
"Dalam kondisi kita bercanda saja itu tidak boleh bohong, apalagi perkara-perkara yang serius. Maka perlu kita membiasakan dan menanamkan ini kepada anak-anak agar ini menjadi suatu yang dipertegas pada fitrah mereka,"ungkap dai yang rutin menulis ini.
Peran dan Contoh Orang Tua
Pada dasarnya manusia itu suka kepada kejujuran, dia mencintai kejujuran dan dia mau jujur. Tapi kondisi-kondisi lain sekitarnya untuk keluar dari fitrah itu. Dan fitrah jujur ini jangan sampai rusak. Dan yang merusak kadang-kadang orang tua yang memperagakan kebohongan di depan anak-anak mereka tanpa disadari oleh kedua orang tua.
"Sebagai orang tua tentu kita mengharapkan sikap jujur menjadi fondasi hidup sang anak. Kejujuran akan menumbuhkan kepercayaan pada anak. Si anak percaya diri dan dapat dipercaya. Karenanya penting menanamkan kejujuran dalam setiap pola asuh dalam setiap pertumbuhan anak,"ungkap Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary, dalam salah satu kajiannya tentang 'Mencetak Generasi Rabanni', di kanal muslim Rodja.
Lalu, apa tipsnya agar orang tua mudah menanamkan sifat jujur pada anak? Yang terpenting, setiap orang tua bisa menanamkan pemahaman seperti berikut ini:
1. Berikan pemahaman mengenai pentingnya bersikap jujur
2. Jadilah contoh yang baik
3. Ajarkan kejujuran melalui kisah-kisah orang lain
4. Jangan langsung beri hukuman jika anak berbohong
5. Tanamkan pendidikan agama
6. Dorong anak-anak untuk mencari teman yang jujur
7. Berikan pemahaman pada anak bahwa jujur itu nikmat
Ustadz Abu Ihsan menjelaskan,untuk menanamkan sifat jujur pada anak-anak diperlukan usaha yang keras. Walaupun pada dasarnya manusia itu suka kepada kejujuran, namun lingkungan , pergaulan, pendidikan-pendidikan salah yang mereka terima, ini kadang-kadang mewarnai dan mengubah fitrah itu. Maka perlu kita meletakkan dasar yang kuat di dalam masalah ini.
Apa saja dasarnya? Ustadz Abu Ihsan menjelaskan ada beberapa hal yang harus dilakukan terutama berdasarkan tuntunan syariat. Antara lain, yakni;
Pertama, Islam menempatkan seorang anak itu juga manusia yang punya hak-hak dalam muamalah , maka orang tua tidak dibenarkan menipu dan berbohong kepada anak dengan cara dan alasan apapun. Anak jangan dibohongi, karena membohongi anak merupakan salah satu kesalahan orang tua .
Kedua, secara tidak langsung mengajari anak untuk bohong. Ketika anak dibohongi, maka apa yang ada di dalam benaknya yaitu bahwa bohong itu adalah satu perbuatan yang legal. Dia lihat orang tuanya berbohong, maka yang terbetik di dalam hati mereka bahwa bohong itu adalah sesuatu yang bukan masalah, bukan perkara besar, bukan perkara yang serius. Maka bohong ini tidak boleh walaupun dalam konteks bercanda.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjamin bagian tengah surga bagi yang berkata jujur walaupun bercanda. Dan Rasulullah mengatakan: “Aku juga bercanda, tapi aku tidak mengatakan kecuali yang benar.” (HR. Thabrani)
"Dalam kondisi kita bercanda saja itu tidak boleh bohong, apalagi perkara-perkara yang serius. Maka perlu kita membiasakan dan menanamkan ini kepada anak-anak agar ini menjadi suatu yang dipertegas pada fitrah mereka,"ungkap dai yang rutin menulis ini.
Peran dan Contoh Orang Tua
Pada dasarnya manusia itu suka kepada kejujuran, dia mencintai kejujuran dan dia mau jujur. Tapi kondisi-kondisi lain sekitarnya untuk keluar dari fitrah itu. Dan fitrah jujur ini jangan sampai rusak. Dan yang merusak kadang-kadang orang tua yang memperagakan kebohongan di depan anak-anak mereka tanpa disadari oleh kedua orang tua.