Benarkah Menikah di Bulan Muharram atau Suro Dilarang?
Senin, 01 Agustus 2022 - 16:25 WIB
Di kalangan masyarakat Jawa masih ada anggapan bahwa menikah diBulan Suro atau hari Asyura (hari ke-10 bulan Muharram) adalah hal terlarang untuk menggelar hajatan. Sebab, Bulan Suro dianggap atau masih dipercaya sebagai bulan yang buruk untuk mengadakan hajatanpernikahan. Benarkah demikian? Bagaimana Islam memandang hal ini?
Istilah Suro berasal dari 'Asyura (bahasa Arab) yang artinya kesepuluh (maksudnya tanggal 10 bulan Suro). Istilah ini kemudian dijadikan sebagai bulan permulaan hitungan dalam takwim Jawa. Orang Jawa menyebutnyaSuro. Sementara dalam Islam, istilahSuroadalah bulanMuharram, bulan pertama dalam Kalender Hijriyah.
Muharam adalah bulan yang telah lama dikenal sejak pra Islam dan termasuk bulan haram yang dimuliakan Allah. Kemudian Khalifah Umar Bin Khattab menjadikan penanggalan Hijriyah (Islam) diawali dari bulan Muharram.
Dalam satu kajiannya,Gus Muwafiqmengatakan, orang Jawa memang punya banyak larangan saat bulan Suro. Mereka tidak berani mantu, senang-senang, bahkan sampai pindah rumah. "Ini orang yang terkadang salah paham. Orang Jawa ini paling takhayul. Orang yang paling percaya dengan barang-barang yang bikin orang musyrik. Buktinya apa, masak pas bulan Asyura (Suro)enggakberani menikah. Malah orang Jawa mempercayai kalau Nyi Roro Kidul mantu," kata Gus Muwafiq dalam-ceramahnya ditayangkan Channel Ulama Nusantara lewat Youtube.
Gus Muwafiqmengatakan memang ada peristiwa bersejarah yang terjadi di bulan Suro (Muharram). Muharram dianggap sebagai bulan duka karena tanggal 10 Asyuro, pasukan Yazid melakukan pembantaian terhadap cucu-cucuRasulullah SAW.
Seluruh umat Islam pun berduka karena pembantaian sadis itu. Sejak itulah, orang Islam di seluruh dunia, bahkan masyarakat Jawa menjadikan bulan Suro sebagai bulan duka atau bulan belasungkawa.
"Jadi tidak ada kaitannya dengan Nyi Roro Kidul mengadakanpesta pernikahan," kata Gus Muwafiq.
Untuk diketahui,Muharrammerupakan salah satu dari empat bulan suci dalam Islam. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya waktu berputar ini sebagaimana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Di antara dua belas bulan itu, ada empat bulan suci (Syahrul Haram). Tiga bulan berurutan: Dzulqo'dah, Dzulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab; antara Jumadi tsaniah dan Syaban." (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Di riwayat lain diterangkan,Muharrammerupakan bulannya Allah. "Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram". (HR. Muslim 1163)
Jadi, larangan menikah atau menggelar hajatan di bulan Suro menurut pandangan syariat Islam adalah tidak benar. Semoga Allah berkenan mencurahkan taufik-Nya untuk kita semua.
Wallahu A'lam
Istilah Suro berasal dari 'Asyura (bahasa Arab) yang artinya kesepuluh (maksudnya tanggal 10 bulan Suro). Istilah ini kemudian dijadikan sebagai bulan permulaan hitungan dalam takwim Jawa. Orang Jawa menyebutnyaSuro. Sementara dalam Islam, istilahSuroadalah bulanMuharram, bulan pertama dalam Kalender Hijriyah.
Muharam adalah bulan yang telah lama dikenal sejak pra Islam dan termasuk bulan haram yang dimuliakan Allah. Kemudian Khalifah Umar Bin Khattab menjadikan penanggalan Hijriyah (Islam) diawali dari bulan Muharram.
Dalam satu kajiannya,Gus Muwafiqmengatakan, orang Jawa memang punya banyak larangan saat bulan Suro. Mereka tidak berani mantu, senang-senang, bahkan sampai pindah rumah. "Ini orang yang terkadang salah paham. Orang Jawa ini paling takhayul. Orang yang paling percaya dengan barang-barang yang bikin orang musyrik. Buktinya apa, masak pas bulan Asyura (Suro)enggakberani menikah. Malah orang Jawa mempercayai kalau Nyi Roro Kidul mantu," kata Gus Muwafiq dalam-ceramahnya ditayangkan Channel Ulama Nusantara lewat Youtube.
Gus Muwafiqmengatakan memang ada peristiwa bersejarah yang terjadi di bulan Suro (Muharram). Muharram dianggap sebagai bulan duka karena tanggal 10 Asyuro, pasukan Yazid melakukan pembantaian terhadap cucu-cucuRasulullah SAW.
Seluruh umat Islam pun berduka karena pembantaian sadis itu. Sejak itulah, orang Islam di seluruh dunia, bahkan masyarakat Jawa menjadikan bulan Suro sebagai bulan duka atau bulan belasungkawa.
"Jadi tidak ada kaitannya dengan Nyi Roro Kidul mengadakanpesta pernikahan," kata Gus Muwafiq.
Untuk diketahui,Muharrammerupakan salah satu dari empat bulan suci dalam Islam. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya waktu berputar ini sebagaimana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Di antara dua belas bulan itu, ada empat bulan suci (Syahrul Haram). Tiga bulan berurutan: Dzulqo'dah, Dzulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab; antara Jumadi tsaniah dan Syaban." (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Di riwayat lain diterangkan,Muharrammerupakan bulannya Allah. "Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram". (HR. Muslim 1163)
Jadi, larangan menikah atau menggelar hajatan di bulan Suro menurut pandangan syariat Islam adalah tidak benar. Semoga Allah berkenan mencurahkan taufik-Nya untuk kita semua.
Wallahu A'lam
(wid)