Kisah Nabi Yosua Menahan Terbitnya Matahari
Kamis, 08 September 2022 - 10:13 WIB
Kisah Nabi Josua atau Yusya' bin Nun menahan terbitnya matahari tercantum dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Abu Hurairah . Peristiwa ini terjadi dalam perang merebut Baitul Maqdis oleh pasukan Bani Israil di bawah pimpinan Nabi Yosua.
Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul "Kisah Para Nabi" menyebutkan, orang yang keluar bersama pasukan Bani Israil dari Padang Tiih menuju ke Baitul Maqdis adalah Yusya' bin Nun.
Sementara Ahli Kitab dan yang lainnya dari kalangan ahli sejarah menyebutkan bahwa Yosua bersama pasukan Bani Israil berhasil menyeberangi Sungai Urdun hingga mereka sampai di Ariha, sebuah kota yang memiliki benteng paling kokoh, istana paling megah, dan penduduk paling banyak.
Nabi Yosua dan pasukannya mengepung kota itu selama enam bulan. Selanjutnya, pasukan Yosua berhasil menerobos masuk untuk melakukan penyerangan dengan mengumandangkan pekik takbir.
Akhirnya, mereka berhasil menguasai kota itu dengan mendapatkan banyak harta ghanimah (harta rampasan perang). Dalam penyerangan tersebut, pihak musuh yang tewas sebanyak 12.000 orang laki-laki dan perempuan.
Selanjutnya, Yusya' dan pasukannya berperang melawan para raja hingga dikatakan bahwa mereka berhasil menaklukkan 31 raja di antara kerajaan-kerajaan Syam.
Para Ahli Kitab, tutur Ibnu Katsir, juga menjelaskan bahwa Josua mengakhiri penyerangannya pada hari Jumat setelah waktu ashar ketika matahari hampir tenggelam memasuki hari Sabtu yang merupakan hari besar bagi mereka pada masa itu.
Yosua berkata, “Wahai matahari, engkau menjalankan perintah. Aku juga menjalankan perintah. Aku minta kepadamu, bertahanlah.”
Lantas, hari itu tiba-tiba berhenti sehingga memungkinkan baginya untuk menyelesaikan dan memenangkan peperangan. Selanjutnya, Yosua memerintahkan kepada bulan agar bertahan dari peredarannya maka bulan pun tidak muncul.
Hal ini menunjukkan bahwa malam itu adalah malam ke-14 pada bulan pertama. Ibnu Katsir mengatakan matahari yang ditahan dari peredarannya merupakan kisah yang disebutkan di dalam hadis.
Adapun bulan yang ditahan dari garis peredarannya merupakan kisah yang berasal dari Ahli Kitab yang tidak kontradiktif dengan hadis. Bahkan, dalam hal ini justru merupakan informasi tambahan, sebagai penguat yang tidak perlu diingkari dan tidak pula dipercayai.
Akan tetapi, penjelasan mereka yang berkaitan dengan penaklukan kota Ariha, masih diperdebatkan. Boleh jadi, penyerangan mereka ke kota Ariha dilakukan dalam rangka mencapai tujuan mereka yang sangat agung menuju Baitul Magdis. Wallahu a'lam.
Soal matahari yang ditahan, disampaikan Rasulullah dala hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya, matahari tidak pernah ditahan terbit bagi seseorang pun, kecuali untuk Yusya' bin Nun dalam perjalanan malam ke Baitul Maqdis'.” (HR Ahmad)
Di dalam hadis tersebut terdapat indikasi bahwa orang yang membebaskan Baitul Maqdis adalah Yusya' bin Nun atau Yosua. Peristiwa ditahannya matahari dari garis edarnya adalah berkaitan dengan pembebasan Baitul Maqdis, bukan pembebasan Ariha.
Surat Al-Ma'idah Ayat 23
Sepeninggal Nabi Harun dan Nabi Musa, Bani Israil sukses memasuki Baitul Maqdis dipimpin Nabi Josua atau Yusya' bin Nun.
Hanya saja, orang-orang yang pernah menolak perintah untuk berperang melawan kaum Jabbar, tidak ada seorang pun dari mereka yang ikut masuk ke Baitul Maqdis. Pasalnya, mereka semua telah meninggal dunia, tanpa pernah menyaksikan kemenangan tersebut.
Ibnu Katsir mengatakan bahwa tidak ada seorang pun di antara Bani Israil yang keluar dari Padang Tiih bersama Musa as, kecuali Yusya' bin Nun dan Kalib bin Yaufna (suami Maryam, saudara perempuan Musa dan Harun).
Allah SWT berfirman: “Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, 'Serbulah mereka melalui pintu gerbang itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman.' ( QS Al-Ma'idah (5) : 23)
Menurut Ibnu Katsir, 'dua orang laki-laki' yang dimaksud dalam ayat ini adalah Yusya' bin Nun dan Kalib bin Yaufna. Kedua laki-laki itu adalah tokoh Bani Israil yang ikut bergabung bersama kaumnya Musa. Mereka berdua inilah yang disebut dalam ayat sebagai dua orang bertakwa yang menyeru Bani Israil untuk masuk ke negeri Baitul Maqdis tanpa harus takut menghadapi penduduk kota tersebut.
Di dalam al-Qur'an Allah menyebutkan nama Yusya' secara samar, yakni dalam kisah Khidir, berkaitan dengan firman Allah SWT: “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya.” ( QS Al-Kahfi : 60)
Demikian juga firman-Nya: “Maka tatkalah mereka berdua berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya.” ( QS Al-Kahfi : 62)
Menurut Ibnu Katsir, hadis sahih dari riwayat Ubay bin Ka'ab, dari Nabi SAW: “Sesungguhnya, orang itu adalah Yusya' bin Nun.”
Kenabian Yusya' telah disepakati oleh Ahli Kitab. Sementara itu, sekelompok orang dari Ahli Kitab yang dikenal sebagai as-Samirah tidak mengakui kenabian seorang pun setelah Musa, kecuali Yusya' bin Nun karena ia disebutkan dengan jelas di dalam Taurat.
Mereka mengingkari semua nabi dan rasul yang datang setelah Yusya', termasuk di antaranya Nabi Isa dan Muhammad. Mereka menganggap pendapat mereka itu merupakan suatu kebenaran yang berasal dari Tuhan mereka.
Adapun kisah yang berasal dari Ibnu Jarir dan ulama lainnya dari kalangan ahli tafsir yang berasal dari Ibnu Ishaq dijelaskan: “Sesungguhnya, nubuwwah (kenabian) itu diserahterimakan dari Musa ke Yusya' pada masa akhir usia Musa as.
Selanjutnya, Musa meminta kepada Yusya' agar bersedia mengemban perintah dan larangan yang diterimanya dari Allah SWT.
Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul "Kisah Para Nabi" menyebutkan, orang yang keluar bersama pasukan Bani Israil dari Padang Tiih menuju ke Baitul Maqdis adalah Yusya' bin Nun.
Sementara Ahli Kitab dan yang lainnya dari kalangan ahli sejarah menyebutkan bahwa Yosua bersama pasukan Bani Israil berhasil menyeberangi Sungai Urdun hingga mereka sampai di Ariha, sebuah kota yang memiliki benteng paling kokoh, istana paling megah, dan penduduk paling banyak.
Nabi Yosua dan pasukannya mengepung kota itu selama enam bulan. Selanjutnya, pasukan Yosua berhasil menerobos masuk untuk melakukan penyerangan dengan mengumandangkan pekik takbir.
Akhirnya, mereka berhasil menguasai kota itu dengan mendapatkan banyak harta ghanimah (harta rampasan perang). Dalam penyerangan tersebut, pihak musuh yang tewas sebanyak 12.000 orang laki-laki dan perempuan.
Selanjutnya, Yusya' dan pasukannya berperang melawan para raja hingga dikatakan bahwa mereka berhasil menaklukkan 31 raja di antara kerajaan-kerajaan Syam.
Para Ahli Kitab, tutur Ibnu Katsir, juga menjelaskan bahwa Josua mengakhiri penyerangannya pada hari Jumat setelah waktu ashar ketika matahari hampir tenggelam memasuki hari Sabtu yang merupakan hari besar bagi mereka pada masa itu.
Yosua berkata, “Wahai matahari, engkau menjalankan perintah. Aku juga menjalankan perintah. Aku minta kepadamu, bertahanlah.”
Lantas, hari itu tiba-tiba berhenti sehingga memungkinkan baginya untuk menyelesaikan dan memenangkan peperangan. Selanjutnya, Yosua memerintahkan kepada bulan agar bertahan dari peredarannya maka bulan pun tidak muncul.
Hal ini menunjukkan bahwa malam itu adalah malam ke-14 pada bulan pertama. Ibnu Katsir mengatakan matahari yang ditahan dari peredarannya merupakan kisah yang disebutkan di dalam hadis.
Adapun bulan yang ditahan dari garis peredarannya merupakan kisah yang berasal dari Ahli Kitab yang tidak kontradiktif dengan hadis. Bahkan, dalam hal ini justru merupakan informasi tambahan, sebagai penguat yang tidak perlu diingkari dan tidak pula dipercayai.
Akan tetapi, penjelasan mereka yang berkaitan dengan penaklukan kota Ariha, masih diperdebatkan. Boleh jadi, penyerangan mereka ke kota Ariha dilakukan dalam rangka mencapai tujuan mereka yang sangat agung menuju Baitul Magdis. Wallahu a'lam.
Soal matahari yang ditahan, disampaikan Rasulullah dala hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya, matahari tidak pernah ditahan terbit bagi seseorang pun, kecuali untuk Yusya' bin Nun dalam perjalanan malam ke Baitul Maqdis'.” (HR Ahmad)
Di dalam hadis tersebut terdapat indikasi bahwa orang yang membebaskan Baitul Maqdis adalah Yusya' bin Nun atau Yosua. Peristiwa ditahannya matahari dari garis edarnya adalah berkaitan dengan pembebasan Baitul Maqdis, bukan pembebasan Ariha.
Surat Al-Ma'idah Ayat 23
Sepeninggal Nabi Harun dan Nabi Musa, Bani Israil sukses memasuki Baitul Maqdis dipimpin Nabi Josua atau Yusya' bin Nun.
Hanya saja, orang-orang yang pernah menolak perintah untuk berperang melawan kaum Jabbar, tidak ada seorang pun dari mereka yang ikut masuk ke Baitul Maqdis. Pasalnya, mereka semua telah meninggal dunia, tanpa pernah menyaksikan kemenangan tersebut.
Ibnu Katsir mengatakan bahwa tidak ada seorang pun di antara Bani Israil yang keluar dari Padang Tiih bersama Musa as, kecuali Yusya' bin Nun dan Kalib bin Yaufna (suami Maryam, saudara perempuan Musa dan Harun).
Allah SWT berfirman: “Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, 'Serbulah mereka melalui pintu gerbang itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman.' ( QS Al-Ma'idah (5) : 23)
Menurut Ibnu Katsir, 'dua orang laki-laki' yang dimaksud dalam ayat ini adalah Yusya' bin Nun dan Kalib bin Yaufna. Kedua laki-laki itu adalah tokoh Bani Israil yang ikut bergabung bersama kaumnya Musa. Mereka berdua inilah yang disebut dalam ayat sebagai dua orang bertakwa yang menyeru Bani Israil untuk masuk ke negeri Baitul Maqdis tanpa harus takut menghadapi penduduk kota tersebut.
Di dalam al-Qur'an Allah menyebutkan nama Yusya' secara samar, yakni dalam kisah Khidir, berkaitan dengan firman Allah SWT: “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya.” ( QS Al-Kahfi : 60)
Demikian juga firman-Nya: “Maka tatkalah mereka berdua berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya.” ( QS Al-Kahfi : 62)
Menurut Ibnu Katsir, hadis sahih dari riwayat Ubay bin Ka'ab, dari Nabi SAW: “Sesungguhnya, orang itu adalah Yusya' bin Nun.”
Kenabian Yusya' telah disepakati oleh Ahli Kitab. Sementara itu, sekelompok orang dari Ahli Kitab yang dikenal sebagai as-Samirah tidak mengakui kenabian seorang pun setelah Musa, kecuali Yusya' bin Nun karena ia disebutkan dengan jelas di dalam Taurat.
Mereka mengingkari semua nabi dan rasul yang datang setelah Yusya', termasuk di antaranya Nabi Isa dan Muhammad. Mereka menganggap pendapat mereka itu merupakan suatu kebenaran yang berasal dari Tuhan mereka.
Adapun kisah yang berasal dari Ibnu Jarir dan ulama lainnya dari kalangan ahli tafsir yang berasal dari Ibnu Ishaq dijelaskan: “Sesungguhnya, nubuwwah (kenabian) itu diserahterimakan dari Musa ke Yusya' pada masa akhir usia Musa as.
Selanjutnya, Musa meminta kepada Yusya' agar bersedia mengemban perintah dan larangan yang diterimanya dari Allah SWT.
Baca Juga
(mhy)