Kisah Nabi Yosua Dituduh Membunuh Nabi Musa
loading...
A
A
A
Bani Israil begitu mudah menuduh orang membunuh. Tatkala Nabi Harun wafat, Nabi Musa dituduh membunuh saudaranya itu. Begitu juga ketika Nabi Musa wafat, mereka menuduh Nabi Yosua atau Yusya' bin Nun yang membunuh.
Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul "Kisah Para Nabi" menceritakan ketika Nabi Musa as dan murid beliau, Yusya', sedang berjalan, tiba-tiba berembuslah angin yang membawa gumpalan awan berwarna hitam pekat.
Saat Yusya' melihat gumpalan awan itu, ia menyangka Kiamat telah tiba maka ia pun berpegang kepada Musa. “Andai pun Kiamat terjadi, aku merasa tenang bersama Musa Nabi Allah,” ujarnya.
Selanjutnya, Musa melepas baju rangkapnya secara diam-diam dan meletakkannya di tangan Yusya'.
Ketika Yusya' kembali kepada kaumnya sambil membawa baju yang dipegangnya itu, Bani Israil segera menangkapnya. Mereka berkata, “Engkau telah membunuh Nabi Allah.”
Yusya' menjawab, “Tidak, demi Allah, aku tidak membunuhnya. Akan tetapi, beliau telah melepas pakaian ini.” Namun, mereka tidak memercayai kata-kata Yusya' dan mereka ingin membunuhnya.
“Jika kalian tidak percaya dengan pengakuanku, tangguhkanlah niat kalian itu selama tiga hari,” ujar Yusya'.
Setelah diberikan penangguhan, Yusya' berdoa kepada Allah. Setelah itu, Allah mengabarkan dalam mimpi setiap orang yang telah mengintrograsi Yusya' bahwa Yusya' tidak membunuh Musa: “Sesungguhnya, Kami telah mengangkat Musa ke sisi Kami." Setelah itu, mereka meninggalkan Yusya'.
Yusya' bin Nun adalah murid Nabi Musa as. Dialah yang mewarisi kepemimpinannya atas Bani Israil sepeninggal Nabi Musa. Yusya' dikenal sebagai tokoh yang memimpin Bani Israil memasuki Palestina. Dalam Yahudi dan Kristen, tokoh ini disebut Yosua.
Disholati Malaikat
Terdapat banyak riwayat terkait kisah wafatnya Nabi Musa as. Wahab bin Munabbih, sebagaimana dikutip Ibnu Katsir, menyebutkan bahwa suatu ketika Musa as berjalan melewati para malaikat yang sedang menggali makam yang sangat indah dan megah, yang belum pernah dilihat oleh Musa.
“Wahai para malaikat Allah, kalian menggali makam ini untuk siapa?” tanya Nabi Musa.
Mereka menjawab, “(Makam ini) untuk seorang hamba di antara hamba-hamba Allah yang mulia. Jika engkau ingin menjadi hamba tersebut, masuklah ke liang lahat ini, berbaringlah di dalamnya, dan hadapkanlah dirimu kepada Tuhanmu. Bernapaslah engkau dengan perlahan.”
Musa melakukan hal itu dan beliau pun wafat. Selanjutnya, para malaikat mensholatinya dan mengebumikannya di liang lahat itu.
Ahli Kitab dan lainnya menyebutkan bahwa Musa as wafat dalam usia 120 tahun.
Menampar Malaikat
Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: Malaikat maut mendatangi orang saat hendak mencabut nyawanya dalam sosok yang jelas dilihat oleh orang itu. Namun, ketika malaikat maut mendatangi Musa as yang telah tiba ajalnya, Musa menampar malaikat maut hingga matanya terlepas dari tempatnya.
Selanjutnya, malaikat maut itu kembali menemui Tuhannya seraya berkata: “Wahai Tuhanku, hamba-Mu Musa telah menamparku hingga mataku terlepas dari tempatnya. Seandainya bukan karena kemuliaan dirinya di sisi-Mu, niscaya aku sudah bersikap keras kepadanya.'
Menurut pendapat Yunus, malaikat itu berkata: “Seandainya bukan karena kemuliaan dirinya di sisi-Mu, niscaya aku akan membelahnya.”
Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul "Kisah Para Nabi" menceritakan ketika Nabi Musa as dan murid beliau, Yusya', sedang berjalan, tiba-tiba berembuslah angin yang membawa gumpalan awan berwarna hitam pekat.
Saat Yusya' melihat gumpalan awan itu, ia menyangka Kiamat telah tiba maka ia pun berpegang kepada Musa. “Andai pun Kiamat terjadi, aku merasa tenang bersama Musa Nabi Allah,” ujarnya.
Selanjutnya, Musa melepas baju rangkapnya secara diam-diam dan meletakkannya di tangan Yusya'.
Ketika Yusya' kembali kepada kaumnya sambil membawa baju yang dipegangnya itu, Bani Israil segera menangkapnya. Mereka berkata, “Engkau telah membunuh Nabi Allah.”
Yusya' menjawab, “Tidak, demi Allah, aku tidak membunuhnya. Akan tetapi, beliau telah melepas pakaian ini.” Namun, mereka tidak memercayai kata-kata Yusya' dan mereka ingin membunuhnya.
“Jika kalian tidak percaya dengan pengakuanku, tangguhkanlah niat kalian itu selama tiga hari,” ujar Yusya'.
Setelah diberikan penangguhan, Yusya' berdoa kepada Allah. Setelah itu, Allah mengabarkan dalam mimpi setiap orang yang telah mengintrograsi Yusya' bahwa Yusya' tidak membunuh Musa: “Sesungguhnya, Kami telah mengangkat Musa ke sisi Kami." Setelah itu, mereka meninggalkan Yusya'.
Yusya' bin Nun adalah murid Nabi Musa as. Dialah yang mewarisi kepemimpinannya atas Bani Israil sepeninggal Nabi Musa. Yusya' dikenal sebagai tokoh yang memimpin Bani Israil memasuki Palestina. Dalam Yahudi dan Kristen, tokoh ini disebut Yosua.
Baca Juga
Disholati Malaikat
Terdapat banyak riwayat terkait kisah wafatnya Nabi Musa as. Wahab bin Munabbih, sebagaimana dikutip Ibnu Katsir, menyebutkan bahwa suatu ketika Musa as berjalan melewati para malaikat yang sedang menggali makam yang sangat indah dan megah, yang belum pernah dilihat oleh Musa.
“Wahai para malaikat Allah, kalian menggali makam ini untuk siapa?” tanya Nabi Musa.
Mereka menjawab, “(Makam ini) untuk seorang hamba di antara hamba-hamba Allah yang mulia. Jika engkau ingin menjadi hamba tersebut, masuklah ke liang lahat ini, berbaringlah di dalamnya, dan hadapkanlah dirimu kepada Tuhanmu. Bernapaslah engkau dengan perlahan.”
Musa melakukan hal itu dan beliau pun wafat. Selanjutnya, para malaikat mensholatinya dan mengebumikannya di liang lahat itu.
Ahli Kitab dan lainnya menyebutkan bahwa Musa as wafat dalam usia 120 tahun.
Menampar Malaikat
Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: Malaikat maut mendatangi orang saat hendak mencabut nyawanya dalam sosok yang jelas dilihat oleh orang itu. Namun, ketika malaikat maut mendatangi Musa as yang telah tiba ajalnya, Musa menampar malaikat maut hingga matanya terlepas dari tempatnya.
Selanjutnya, malaikat maut itu kembali menemui Tuhannya seraya berkata: “Wahai Tuhanku, hamba-Mu Musa telah menamparku hingga mataku terlepas dari tempatnya. Seandainya bukan karena kemuliaan dirinya di sisi-Mu, niscaya aku sudah bersikap keras kepadanya.'
Menurut pendapat Yunus, malaikat itu berkata: “Seandainya bukan karena kemuliaan dirinya di sisi-Mu, niscaya aku akan membelahnya.”