Kisah Haman Patih Firaun yang Membangun Menara untuk Melihat Tuhan
Minggu, 11 September 2022 - 11:51 WIB
Haman disebutkan dalam Al-Qur'an sebanyak 6 kali. Dalam kerajaan Fir'aun , Haman menempati beberapa posisi penting dan sebagai pelaksana proyek pembangunan menara sebagai tempat Firaun melihat Tuhan. Proyek ini melibatkan 50.000 pekerja, belum termasuk tukang untuk membuat kuil-kuil.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebut Haman sebagai patih Raja Firaun yang mengatur rakyatnya dan yang menjalankan roda pemerintahan. Sebagian mufasir menyebut sebagai wazir, yakni penasihat atau menteri berkedudukan tinggi. Dia memiliki posisi sangat penting dalam pemerintahan Firaun dan menjadi salah satu pilar dalam pemerintahannya.
Firaun memerintahkan Haman membangun sebuah menara yang tinggi untuk melihat Tuhan. Allah SWT berfirman:
فَأَوْقِدْ لِي يَاهَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى
"Maka bakarlah, hai Haman, untukku tanah liat. Kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa." ( QS Al-Qashash : 38)
Tafsir Kementerian Agama menjelaskan dalam ayat ini disebutkan bahwa Fir'aun memerintahkan Haman supaya menyalakan api yang besar untuk membuat batu bata yang banyak dan mendirikan bangunan yang tinggi supaya dia dapat naik ke langit melihat Tuhan yang didakwahkan Musa. Fir'aun lalu menegaskan bahwa Musa adalah pembohong besar.
Senada dengan ini, Allah berfirman: Dan Fir'aun berkata, "Wahai Haman! Buatkanlah untukku sebuah bangunan yang tinggi agar aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, agar aku dapat melihat Tuhannya Musa, tetapi aku tetap memandangnya seorang pendusta."
Dan demikianlah dijadikan terasa indah bagi Fir'aun perbuatan buruknya itu, dan dia tertutup dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian. ( QS al-Mu'min/40 : 36-37)
Dirobohkan Jibril
Menurut Ibnu Katsir, Fir'aun memang membangun menara yang tinggi dan di masanya belum pernah ada bangunan setinggi itu. Hal tersebut tiada lain karena ia ingin membuktikan di mata rakyatnya akan kedustaan Musa dalam anggapannya yang mengatakan bahwa ada Tuhan lain selain Fir'aun.
Konon, pembuatan menara itu membutuhkan 50.000 pekerja dan belum termasuk tukang untuk membuat kuil-kuil.
Setelah pembangunan menara selesai, Fir'aun menembakkan panah dari puncak menara untuk mengalahkan Tuhan Musa. Fir'aun berbohong kepada Musa bahwa Tuhannya telah mati dengan menunjukkan anak panahnya yang kembali telah berlumuran darah.
Menara itu kemudian dirobohkan oleh Jibril menjadi tiga bagian yang menewaskan hampir seluruh pekerja.
Firaun dan Qarun
Posisi Haman berada di barisan Firaun dan Qarun yang mendustakan Nabi Musa. Allah SWT telah menyebutnya secara eksplisit dalam banyak ayat dalam Al-Quran.
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا مُوسٰى بِاٰيٰتِنَا وَسُلْطٰنٍ مُّبِيْنٍۙ اِلٰى فِرْعَوْنَ وَهَامٰنَ وَقَارُوْنَ فَقَالُوْا سٰحِرٌ كَذَّابٌ
“Dan sungguh, Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata kepada Firaun, Haman dan Qarun; lalu mereka berkata, (Musa) itu seorang pesihir dan pendusta.” ( QS Al Ghafir : 23-24)
Haman, Firaun, dan Qarun merespons dengan sombong atas seruan Nabi Musa yang jelas dengan tanda-tanda dan mukjizatnya. Mereka justru menolak seruan Nabi Musa. Sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat berikut:
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebut Haman sebagai patih Raja Firaun yang mengatur rakyatnya dan yang menjalankan roda pemerintahan. Sebagian mufasir menyebut sebagai wazir, yakni penasihat atau menteri berkedudukan tinggi. Dia memiliki posisi sangat penting dalam pemerintahan Firaun dan menjadi salah satu pilar dalam pemerintahannya.
Firaun memerintahkan Haman membangun sebuah menara yang tinggi untuk melihat Tuhan. Allah SWT berfirman:
فَأَوْقِدْ لِي يَاهَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى
"Maka bakarlah, hai Haman, untukku tanah liat. Kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa." ( QS Al-Qashash : 38)
Tafsir Kementerian Agama menjelaskan dalam ayat ini disebutkan bahwa Fir'aun memerintahkan Haman supaya menyalakan api yang besar untuk membuat batu bata yang banyak dan mendirikan bangunan yang tinggi supaya dia dapat naik ke langit melihat Tuhan yang didakwahkan Musa. Fir'aun lalu menegaskan bahwa Musa adalah pembohong besar.
Senada dengan ini, Allah berfirman: Dan Fir'aun berkata, "Wahai Haman! Buatkanlah untukku sebuah bangunan yang tinggi agar aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, agar aku dapat melihat Tuhannya Musa, tetapi aku tetap memandangnya seorang pendusta."
Dan demikianlah dijadikan terasa indah bagi Fir'aun perbuatan buruknya itu, dan dia tertutup dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian. ( QS al-Mu'min/40 : 36-37)
Dirobohkan Jibril
Menurut Ibnu Katsir, Fir'aun memang membangun menara yang tinggi dan di masanya belum pernah ada bangunan setinggi itu. Hal tersebut tiada lain karena ia ingin membuktikan di mata rakyatnya akan kedustaan Musa dalam anggapannya yang mengatakan bahwa ada Tuhan lain selain Fir'aun.
Konon, pembuatan menara itu membutuhkan 50.000 pekerja dan belum termasuk tukang untuk membuat kuil-kuil.
Setelah pembangunan menara selesai, Fir'aun menembakkan panah dari puncak menara untuk mengalahkan Tuhan Musa. Fir'aun berbohong kepada Musa bahwa Tuhannya telah mati dengan menunjukkan anak panahnya yang kembali telah berlumuran darah.
Menara itu kemudian dirobohkan oleh Jibril menjadi tiga bagian yang menewaskan hampir seluruh pekerja.
Firaun dan Qarun
Posisi Haman berada di barisan Firaun dan Qarun yang mendustakan Nabi Musa. Allah SWT telah menyebutnya secara eksplisit dalam banyak ayat dalam Al-Quran.
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا مُوسٰى بِاٰيٰتِنَا وَسُلْطٰنٍ مُّبِيْنٍۙ اِلٰى فِرْعَوْنَ وَهَامٰنَ وَقَارُوْنَ فَقَالُوْا سٰحِرٌ كَذَّابٌ
“Dan sungguh, Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata kepada Firaun, Haman dan Qarun; lalu mereka berkata, (Musa) itu seorang pesihir dan pendusta.” ( QS Al Ghafir : 23-24)
Haman, Firaun, dan Qarun merespons dengan sombong atas seruan Nabi Musa yang jelas dengan tanda-tanda dan mukjizatnya. Mereka justru menolak seruan Nabi Musa. Sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat berikut: