Berikut Ini yang Dikhawatirkan Rasulullah terhadap Umatnya
Minggu, 05 Juli 2020 - 05:00 WIB
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam (SAW) sangat khawatir terhadap umatnya bila sampai terjatuh dalam kesyirikan , oleh sebab itu Rasulullah memperingatkan umatnya dengan peringatan yang sangat keras tentang masalah tersebut.
Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria dalam “Syirik pada Zaman Dahulu dan Sekarang” menyatakan sesungguhnya mengesakan Allah ta’ala dalam beribadah, dan berkeyakinan bahwa tidak ada sekutu dengan-Nya, tidak ada sesembahan selain-Nya, dan tidak ada yang semisal dengan-Nya, adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh seorang hamba-Nya. Bahkan hal tersebut adalah kewajiban yang paling urgen dan utama.
Ada dua sebab lain yang melatarbelakangi kekhawatiran Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terhadap umatnya terjatuh dalam kesyirikan, keduanya adalah:
Pertama, bahwasanya kesyirikan pada kebanyakan umat terdahulu sangat jelas bagi setiap individu yang ada, bisa dimengerti bahwa hal itu adalah syirik. Tidak samar bagi setiap orang, sehingga mudah untuk dijauhi. Berbeda dengan kesyirikan yang ada dalam tubuh umat ini. Ada yang tampak secara jelas, ada juga yang samar-samar. Oleh karenanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا هَذَا الشِّرْكَ فَإِنَّهُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ فَقَالَ لَهُ مَنْ شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَقُولَ وَكَيْفَ نَتَّقِيهِ وَهُوَ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا نَعْلَمُهُ وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا نَعْلَمُ » [أخرجه أحمد]
"Wahai sekalian manusia! hati-hatilah dari kesyirikan, karena hal itu lebih tersembunyi dibandingkan semut berwarna hitam". Ada seorang yang menimpali, ”Bagaimana kami berhati-hati wahai Rasulullah? Rasul menjawab, ”Katakanlah: “Aku berlindung dari menyekutukan Engkau dengan sesuatu yang kami ketahui, dan kami memohon ampun kepada-Mu dari hal yang tidak kami ketahui".
Dikarenakan begitu samarnya urusan kesyirikan ini, maka Rasulullah SAW mengkhawatirkan umatnya terjatuh ke dalamnya. Maka keluarlah peringatan terhadap seluruh jenis kesyirikan. Sebagaimana juga memperingatkan dari seluruh motif sebab terjadinya hal itu.
Kedua, ketika Rasulullah SAW mengetahui bahwa umat-umat terdahulu seperti Yahudi, Nasrani, dan Persia, telah diuji dengan perkara bid’ah dalam agama dan terjatuh dalam kesyirikan, maka Rasulullah SAW khawatir umatnya akan terjatuh dalam hal serupa yang dialami oleh umat-umat terdahulu.
Rasulullah memperingatkan umatnya agar tidak mengikuti metode umat yang terdahulu.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ, حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ. قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى. قَالَ: فَمَنْ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Sungguh kalian akan mengikuti jalan-jalan yang ditempuh oleh umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai-sampai andaikan mereka memasuki lubang Dhab niscaya kalian akan mengikutinya". Para sahabat bertanya, " Apakah Yahudi dan Nasrani Wahai Rasul?. Rasul menjawab,”Siapa lagi (kalau bukan mereka".
Rasulullah SAW juga memperingatkan dalam sabdanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ » [أخرجه الترمذي]
"Sungguh akan datang kepada umatku, apa yang datang pada bani Israil selangkah demi selangkah…..".
Rasulullah juga bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنِّى أَبْرَأُ إِلَى اللَّهِ أَنْ يَكُونَ لِى مِنْكُمْ خَلِيلٌ فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَدِ اتَّخَذَنِى خَلِيلاً كَمَا اتَّخَذَ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلاً وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا مِنْ أُمَّتِى خَلِيلاً لاَتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلاً أَلاَ وَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوا يَتَّخِذُونَ قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيهِمْ مَسَاجِدَ أَلاَ فَلاَ تَتَّخِذُوا الْقُبُورَ مَسَاجِدَ إِنِّى أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ » [أخرجه مسلم]
"Sesungguhnya aku memohon kepada Allah agar menjadikan bagiku seorang kekasih di antara kalian. Dan sesungguhnya Allah telah menjadikanku kekasih -Nya sebagaimana -Dia menjadikan Ibrahim sebagai kekasih. Andai saja aku boleh mengambil seorang kekasih dari kalangan umatku, tentu akan aku jadikan Abu Bakar sebagai kekasih. Ketahuilah, sungguh orang-orang sebelum kalian menjadikan kuburan para nabinya sebagai masjid. Maka janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid. Karena aku melarang hal tersebut".
Sebagaimana Rasulullah juga telah menutup pintu ghuluw pada umatnya, Rasulullah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُولُوا: عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ » [أخرجه البخاري]
"Janganlah kalian memujiku secara berlebihan sebagaimana orang Nasrani berlebihan dalam memuji Isa bin Maryam. Hanya saja aku hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah, hamba Allah dan rasul-Nya".
Sebagaimana Rasulullah menutup pintu kesyirikan pada umatnya, Rasulullah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « قَاتَلَ اللَّهُ قَوْمًا اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ. قالت عائشة: يُحَرِّمُ ذَلِكَ عَلَى أُمَّتِهِ » [أخرجه أحمد]
"Semoga Allah memerangi suatu kaum yang menjadikan kuburan para nabinya sebagai masjid". Aisyah mengatakan, "Hal itu diharamkan bagi umatnya".
Menurut Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria, Nabi Muhammad SAW melarang kuburan untuk dibangun, diduduki, dan salat menghadapnya. Begitu juga beliau melarang untuk mengkhususkan kuburan dan membangun bangunan di atasnya . Karena umat-umat yang terdahulu telah terjatuh dalam kesyirikan, maka Rasulullah SAW mentahdzir atau memberi peringatan umatnya agar jangan sampai terjatuh dalam kesyirikan seperti yang dialami oleh umat terdahulu.
Umat-umat yang terdahulu terjatuh dalam berbagai macam kesyirikan. Hasil dari berlebih-lebihan terhadap para nabi dan orang-orang saleh. Oleh karena itu telah ada peringatan dari nabi jauh-jauh hari mengenai hal itu.
Kiat-Kiat Agar Terjaga dari Syirik
Selanjutnya Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria menjelaskan mengenai contoh-contoh kekhawatiran Nabi Muhammad SAW terhadap umatnya agar tidak terjatuh dalam kesyirikan yang berkaitan dengan Dzat-Nya, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-Nya, serta peringatan dari kesyirikan. Diantara dalil yang menjelaskan hal ini ialah:
Sabda Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadis yang sahih:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لا يزال عبدي يسأل عني هذا الله خلقني فمن خلق الله » [أخرجه ابن أبي عاصم]
"Senantiasa ada hamba -Ku yang bertanya tentang-Ku. Ini adalah Allah, lalu siapakah yang menciptakan Allah?".
Demikian pula yang tersirat secara jelas di dalam sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِنَّ أُمَّتَكَ لاَ يَزَالُونَ يَقُولُونَ: مَا كَذَا مَا كَذَا حَتَّى يَقُولُوا: هَذَا اللَّهُ خَلَقَ الْخَلْقَ فَمَنْ خَلَقَ اللَّهَ » [أخرجه مسلم]
"Allah berfirman, Sesungguhnya umatmu senantiasa berkata. Apakah ini? Apakah itu? sampai-sampai mereka berkata:”Ini adalah Allah yang menciptakan makhluk, lantas siapakah yang menciptakan Allah?".
Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria mengingatkan keraguan seperti ini apabila menghujam dalam hati akan menyebabkan kesyirikan dalam dzat Allah ta’ala. Maka Nabi Muhammad SAW memperingatkan agar tidak terjerumus dalam hal tersebut, dan menjelaskan kiat-kiat agar manusia terjaga dari kesyirikan.
Rasulullah SAW bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْتِي أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ السَّمَاءَ فَيَقُولُ: اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ الْأَرْضَ فَيَقُولُ: اللَّهُ، فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ اللَّهَ. فَإِذَا أَحَسَّ أَحَدُكُمْ بِشَيْءٍ مِنْ هَذَا فَلْيَقُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ وَبِرُسُلِهِ » [أخرجه ابن أبي عاصم]
"Sesungguhnya setan mendatangi salah seorang di antara kalian sambil berkata, "Siapa yang menciptakan langit? Dijawab, "Allah". Lantas setan bertanya lagi, "Lalu siapa yang menciptakan bumi?. Dijawab, "Allah". Setan bertanya lagi, "Siapa yang menciptakan Allah?. Maka jika kalian merasakan hal tersebut hendaknya mengucapkan, "Saya beriman kepada Allah dan rasul-Nya".
Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فَإِذَا وَجَدَ أَحَدُكُمْ ذَلك فَلْيَقُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ وَبِرُسُلِهِ » [أخرجه ابن أبي عاصم]
"Apabila salah seorang dari kalian mendapati hal seperti itu maka katakanlah, "Saya beriman kepada Allah dan rasul -Nya".
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فَإِذَا بلَغَ من ذَلِكَ لِيَسْتَعِذ بالله ولْيَنتَه » [أخرجه مسلم]
"Apabila sampai pada hal tersebut hendaknya berlindung kepada Allah dan menghentikannya".
Di sebuah riwayat lagi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فَمَن وَجَدَ من ذَلِكَ شَيئًا - فَلْيَقُلْ: آمَنْتُ بِاللَّهِ » [أخرجه مسلم]
"Barangsiapa yang mendapatkan hal itu hendaknya mengatakan, "Saya beriman kepada Allah".
Dalam riwayat lain, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فإذا قالوا ذلك فقولوا (( الله أحد الله الصمد لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا أحد )) ثم ليتفل عن يساره ثلاثا وليستعذ بالله من الشيطان » [أخرجه أبو داود]
"Jika setan membisiki seperti itu, maka katakanlah, "Allahu Ahad, Allahus Shamad, Lam yalid walam yulad, walam yakun lahu kufuwan ahad". Kemudian meludah ke arah kirinya, dan meminta perlindungan (isti’adzah, pent.) kepada Allah dari setan".
Masuk dalam kategori ini pula yaitu perasaan was-was dengan urusan Rabb. Adapun bimbingan yang diberikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal itu, bahwasanya hal tersebut masih dalam kemurnian iman selama tidak melebihi batas dan tidak sampai mengatakannya.
Sebagaimana termaktub dalam beberapa hadis berikut ini:
1. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sekelompok sahabat mendatangi nya sambil mengadukan, "Wahai Rasulullah sesungguhnya kami mendapati dalam diri kami sesuatu yang akan menjadi perkara besar jika kami mengucapkannya".
Nabi menegaskan, "Apakah benar kalian mendapatkan dalam hati? Mereka menjawab, "Benar". Nabi bersabda, "Itulah yang dinamakan iman yang jelas".. Dikatakan dalam riwayat lain, "Itu adalah Iman yang murni".
)
2. Dalam riwayat lain disebutkan, "Pernah suatu ketika ada seorang laki-laki mendatangi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, "Wahai Rasulullah, aku berbicara dengan diriku mengenai perkara Rabb yang mana aku ditimpa oleh langit lebih aku sukai daripada membicarakannya". Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Itulah iman yang murni".
3. Dijelaskan dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, "Ada seorang lelaki mendatangi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sambil berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mendapati dalam diriku sesuatu yang mana aku menjadi arang, lebih aku cintai daripada membicarakannya".
Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Allahu Akbar, Segala puji bagi Allah yang mengembalikan perkaranya hanya sekadar was-was".
Masuk dalam kategori ini pula, kekhawatiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap umatnya agar tidak tersesat dalam permasalahan takdir, dan peringatan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terhadapnya. Oleh karenanya ada beberapa riwayat yang menyebutkan:
4. Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «أَخْوَفُ مَا أَخَافَ عَلَى أُمَّتِي ثَلاثَ: الاسْتِسْقَاءُ بِالأَنْوَاءِ وَحَيْفُ السُّلْطَانِ وَتَكْذِيبٌ بِالْقَدَرِ » [أخرجه أحمد]
"Ada tiga perkara yang paling aku takutkan menimpa umat ku, yaitu, meminta hujan kepada bintang-bintang, kelaliman penguasa, dan mendustakan takdir".
Dalam riwayat yang lain, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ مَجُوسًا وَإِنَّ مَجُوسَ هذه الأُمَة القَدَرِية » [أخرجه ابن أبي عاصم]
"Sesungguhnya setiap umat ada Majusinya, dan Majusi umat ku adalah Qadariyah".
Demikian pula disebutkan dalam sebuah hadis, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أُخِّرَ الْكَلامُ فِي الْقَدَرِ لِشِرَارِ أُمَّتِي فِي آخِرِ الزَّمَانِ » [أخرجه ابن أبي عاصم]
"Perbincangan terakhir dalam masalah takdir diucapnkan oleh umatku yang paling jelek kelak di akhir zaman".
Masuk dalam jenis ini pula, kekhawatiran nabi terhadap umatnya tertimpa kesombongan, yang mana hal itu adalah hak murni bagi Allah ta’ala. Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan umatnya agar tidak terjerumus dalam kesombongan dengan sabdanya :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يقول الله عز وجل: العظمة إزاري، والكبرياء ردائي، فمن نازعني واحدا منهما عذبته » [أخرجه ابن أبي شيبة]
"Allah ta’ala berfirman dalam hadis qudsi, "Kemuliaan adalah izarku, dan kesombongan adalah selendangku, barangsiapa yang menggunakan salah satunya niscaya akan Aku azab". ( )
Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria dalam “Syirik pada Zaman Dahulu dan Sekarang” menyatakan sesungguhnya mengesakan Allah ta’ala dalam beribadah, dan berkeyakinan bahwa tidak ada sekutu dengan-Nya, tidak ada sesembahan selain-Nya, dan tidak ada yang semisal dengan-Nya, adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh seorang hamba-Nya. Bahkan hal tersebut adalah kewajiban yang paling urgen dan utama.
Ada dua sebab lain yang melatarbelakangi kekhawatiran Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terhadap umatnya terjatuh dalam kesyirikan, keduanya adalah:
Pertama, bahwasanya kesyirikan pada kebanyakan umat terdahulu sangat jelas bagi setiap individu yang ada, bisa dimengerti bahwa hal itu adalah syirik. Tidak samar bagi setiap orang, sehingga mudah untuk dijauhi. Berbeda dengan kesyirikan yang ada dalam tubuh umat ini. Ada yang tampak secara jelas, ada juga yang samar-samar. Oleh karenanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا هَذَا الشِّرْكَ فَإِنَّهُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ فَقَالَ لَهُ مَنْ شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَقُولَ وَكَيْفَ نَتَّقِيهِ وَهُوَ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا نَعْلَمُهُ وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا نَعْلَمُ » [أخرجه أحمد]
"Wahai sekalian manusia! hati-hatilah dari kesyirikan, karena hal itu lebih tersembunyi dibandingkan semut berwarna hitam". Ada seorang yang menimpali, ”Bagaimana kami berhati-hati wahai Rasulullah? Rasul menjawab, ”Katakanlah: “Aku berlindung dari menyekutukan Engkau dengan sesuatu yang kami ketahui, dan kami memohon ampun kepada-Mu dari hal yang tidak kami ketahui".
Dikarenakan begitu samarnya urusan kesyirikan ini, maka Rasulullah SAW mengkhawatirkan umatnya terjatuh ke dalamnya. Maka keluarlah peringatan terhadap seluruh jenis kesyirikan. Sebagaimana juga memperingatkan dari seluruh motif sebab terjadinya hal itu.
Kedua, ketika Rasulullah SAW mengetahui bahwa umat-umat terdahulu seperti Yahudi, Nasrani, dan Persia, telah diuji dengan perkara bid’ah dalam agama dan terjatuh dalam kesyirikan, maka Rasulullah SAW khawatir umatnya akan terjatuh dalam hal serupa yang dialami oleh umat-umat terdahulu.
Rasulullah memperingatkan umatnya agar tidak mengikuti metode umat yang terdahulu.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ, حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ. قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى. قَالَ: فَمَنْ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Sungguh kalian akan mengikuti jalan-jalan yang ditempuh oleh umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai-sampai andaikan mereka memasuki lubang Dhab niscaya kalian akan mengikutinya". Para sahabat bertanya, " Apakah Yahudi dan Nasrani Wahai Rasul?. Rasul menjawab,”Siapa lagi (kalau bukan mereka".
Rasulullah SAW juga memperingatkan dalam sabdanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ » [أخرجه الترمذي]
"Sungguh akan datang kepada umatku, apa yang datang pada bani Israil selangkah demi selangkah…..".
Rasulullah juga bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنِّى أَبْرَأُ إِلَى اللَّهِ أَنْ يَكُونَ لِى مِنْكُمْ خَلِيلٌ فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَدِ اتَّخَذَنِى خَلِيلاً كَمَا اتَّخَذَ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلاً وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا مِنْ أُمَّتِى خَلِيلاً لاَتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلاً أَلاَ وَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوا يَتَّخِذُونَ قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيهِمْ مَسَاجِدَ أَلاَ فَلاَ تَتَّخِذُوا الْقُبُورَ مَسَاجِدَ إِنِّى أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ » [أخرجه مسلم]
"Sesungguhnya aku memohon kepada Allah agar menjadikan bagiku seorang kekasih di antara kalian. Dan sesungguhnya Allah telah menjadikanku kekasih -Nya sebagaimana -Dia menjadikan Ibrahim sebagai kekasih. Andai saja aku boleh mengambil seorang kekasih dari kalangan umatku, tentu akan aku jadikan Abu Bakar sebagai kekasih. Ketahuilah, sungguh orang-orang sebelum kalian menjadikan kuburan para nabinya sebagai masjid. Maka janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid. Karena aku melarang hal tersebut".
Sebagaimana Rasulullah juga telah menutup pintu ghuluw pada umatnya, Rasulullah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُولُوا: عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ » [أخرجه البخاري]
"Janganlah kalian memujiku secara berlebihan sebagaimana orang Nasrani berlebihan dalam memuji Isa bin Maryam. Hanya saja aku hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah, hamba Allah dan rasul-Nya".
Sebagaimana Rasulullah menutup pintu kesyirikan pada umatnya, Rasulullah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « قَاتَلَ اللَّهُ قَوْمًا اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ. قالت عائشة: يُحَرِّمُ ذَلِكَ عَلَى أُمَّتِهِ » [أخرجه أحمد]
"Semoga Allah memerangi suatu kaum yang menjadikan kuburan para nabinya sebagai masjid". Aisyah mengatakan, "Hal itu diharamkan bagi umatnya".
Menurut Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria, Nabi Muhammad SAW melarang kuburan untuk dibangun, diduduki, dan salat menghadapnya. Begitu juga beliau melarang untuk mengkhususkan kuburan dan membangun bangunan di atasnya . Karena umat-umat yang terdahulu telah terjatuh dalam kesyirikan, maka Rasulullah SAW mentahdzir atau memberi peringatan umatnya agar jangan sampai terjatuh dalam kesyirikan seperti yang dialami oleh umat terdahulu.
Umat-umat yang terdahulu terjatuh dalam berbagai macam kesyirikan. Hasil dari berlebih-lebihan terhadap para nabi dan orang-orang saleh. Oleh karena itu telah ada peringatan dari nabi jauh-jauh hari mengenai hal itu.
Kiat-Kiat Agar Terjaga dari Syirik
Selanjutnya Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria menjelaskan mengenai contoh-contoh kekhawatiran Nabi Muhammad SAW terhadap umatnya agar tidak terjatuh dalam kesyirikan yang berkaitan dengan Dzat-Nya, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-Nya, serta peringatan dari kesyirikan. Diantara dalil yang menjelaskan hal ini ialah:
Sabda Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadis yang sahih:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لا يزال عبدي يسأل عني هذا الله خلقني فمن خلق الله » [أخرجه ابن أبي عاصم]
"Senantiasa ada hamba -Ku yang bertanya tentang-Ku. Ini adalah Allah, lalu siapakah yang menciptakan Allah?".
Demikian pula yang tersirat secara jelas di dalam sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِنَّ أُمَّتَكَ لاَ يَزَالُونَ يَقُولُونَ: مَا كَذَا مَا كَذَا حَتَّى يَقُولُوا: هَذَا اللَّهُ خَلَقَ الْخَلْقَ فَمَنْ خَلَقَ اللَّهَ » [أخرجه مسلم]
"Allah berfirman, Sesungguhnya umatmu senantiasa berkata. Apakah ini? Apakah itu? sampai-sampai mereka berkata:”Ini adalah Allah yang menciptakan makhluk, lantas siapakah yang menciptakan Allah?".
Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria mengingatkan keraguan seperti ini apabila menghujam dalam hati akan menyebabkan kesyirikan dalam dzat Allah ta’ala. Maka Nabi Muhammad SAW memperingatkan agar tidak terjerumus dalam hal tersebut, dan menjelaskan kiat-kiat agar manusia terjaga dari kesyirikan.
Rasulullah SAW bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْتِي أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ السَّمَاءَ فَيَقُولُ: اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ الْأَرْضَ فَيَقُولُ: اللَّهُ، فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ اللَّهَ. فَإِذَا أَحَسَّ أَحَدُكُمْ بِشَيْءٍ مِنْ هَذَا فَلْيَقُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ وَبِرُسُلِهِ » [أخرجه ابن أبي عاصم]
"Sesungguhnya setan mendatangi salah seorang di antara kalian sambil berkata, "Siapa yang menciptakan langit? Dijawab, "Allah". Lantas setan bertanya lagi, "Lalu siapa yang menciptakan bumi?. Dijawab, "Allah". Setan bertanya lagi, "Siapa yang menciptakan Allah?. Maka jika kalian merasakan hal tersebut hendaknya mengucapkan, "Saya beriman kepada Allah dan rasul-Nya".
Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فَإِذَا وَجَدَ أَحَدُكُمْ ذَلك فَلْيَقُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ وَبِرُسُلِهِ » [أخرجه ابن أبي عاصم]
"Apabila salah seorang dari kalian mendapati hal seperti itu maka katakanlah, "Saya beriman kepada Allah dan rasul -Nya".
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فَإِذَا بلَغَ من ذَلِكَ لِيَسْتَعِذ بالله ولْيَنتَه » [أخرجه مسلم]
"Apabila sampai pada hal tersebut hendaknya berlindung kepada Allah dan menghentikannya".
Di sebuah riwayat lagi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فَمَن وَجَدَ من ذَلِكَ شَيئًا - فَلْيَقُلْ: آمَنْتُ بِاللَّهِ » [أخرجه مسلم]
"Barangsiapa yang mendapatkan hal itu hendaknya mengatakan, "Saya beriman kepada Allah".
Dalam riwayat lain, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فإذا قالوا ذلك فقولوا (( الله أحد الله الصمد لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا أحد )) ثم ليتفل عن يساره ثلاثا وليستعذ بالله من الشيطان » [أخرجه أبو داود]
"Jika setan membisiki seperti itu, maka katakanlah, "Allahu Ahad, Allahus Shamad, Lam yalid walam yulad, walam yakun lahu kufuwan ahad". Kemudian meludah ke arah kirinya, dan meminta perlindungan (isti’adzah, pent.) kepada Allah dari setan".
Masuk dalam kategori ini pula yaitu perasaan was-was dengan urusan Rabb. Adapun bimbingan yang diberikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal itu, bahwasanya hal tersebut masih dalam kemurnian iman selama tidak melebihi batas dan tidak sampai mengatakannya.
Sebagaimana termaktub dalam beberapa hadis berikut ini:
1. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sekelompok sahabat mendatangi nya sambil mengadukan, "Wahai Rasulullah sesungguhnya kami mendapati dalam diri kami sesuatu yang akan menjadi perkara besar jika kami mengucapkannya".
Nabi menegaskan, "Apakah benar kalian mendapatkan dalam hati? Mereka menjawab, "Benar". Nabi bersabda, "Itulah yang dinamakan iman yang jelas".. Dikatakan dalam riwayat lain, "Itu adalah Iman yang murni".
)
2. Dalam riwayat lain disebutkan, "Pernah suatu ketika ada seorang laki-laki mendatangi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, "Wahai Rasulullah, aku berbicara dengan diriku mengenai perkara Rabb yang mana aku ditimpa oleh langit lebih aku sukai daripada membicarakannya". Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Itulah iman yang murni".
3. Dijelaskan dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, "Ada seorang lelaki mendatangi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sambil berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mendapati dalam diriku sesuatu yang mana aku menjadi arang, lebih aku cintai daripada membicarakannya".
Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Allahu Akbar, Segala puji bagi Allah yang mengembalikan perkaranya hanya sekadar was-was".
Masuk dalam kategori ini pula, kekhawatiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap umatnya agar tidak tersesat dalam permasalahan takdir, dan peringatan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terhadapnya. Oleh karenanya ada beberapa riwayat yang menyebutkan:
4. Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «أَخْوَفُ مَا أَخَافَ عَلَى أُمَّتِي ثَلاثَ: الاسْتِسْقَاءُ بِالأَنْوَاءِ وَحَيْفُ السُّلْطَانِ وَتَكْذِيبٌ بِالْقَدَرِ » [أخرجه أحمد]
"Ada tiga perkara yang paling aku takutkan menimpa umat ku, yaitu, meminta hujan kepada bintang-bintang, kelaliman penguasa, dan mendustakan takdir".
Dalam riwayat yang lain, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ مَجُوسًا وَإِنَّ مَجُوسَ هذه الأُمَة القَدَرِية » [أخرجه ابن أبي عاصم]
"Sesungguhnya setiap umat ada Majusinya, dan Majusi umat ku adalah Qadariyah".
Demikian pula disebutkan dalam sebuah hadis, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أُخِّرَ الْكَلامُ فِي الْقَدَرِ لِشِرَارِ أُمَّتِي فِي آخِرِ الزَّمَانِ » [أخرجه ابن أبي عاصم]
"Perbincangan terakhir dalam masalah takdir diucapnkan oleh umatku yang paling jelek kelak di akhir zaman".
Masuk dalam jenis ini pula, kekhawatiran nabi terhadap umatnya tertimpa kesombongan, yang mana hal itu adalah hak murni bagi Allah ta’ala. Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan umatnya agar tidak terjerumus dalam kesombongan dengan sabdanya :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يقول الله عز وجل: العظمة إزاري، والكبرياء ردائي، فمن نازعني واحدا منهما عذبته » [أخرجه ابن أبي شيبة]
"Allah ta’ala berfirman dalam hadis qudsi, "Kemuliaan adalah izarku, dan kesombongan adalah selendangku, barangsiapa yang menggunakan salah satunya niscaya akan Aku azab". ( )
(mhy)
Lihat Juga :