Ceramah Gus Baha tentang Keutamaan Suami Mencari Nafkah : Dimuliakan Allah Ta'ala
Rabu, 19 Oktober 2022 - 09:09 WIB
Dalam sebuah ceramahnya, Gus Baha menjelaskan tentang keutamaan suami mencari nafkah . Gus Baha mengatakan suami yang bekerja membuat suami mulia dan diangkat derajatnya oleh Ta'ala dalamkeluarga, karena dirinya memenuhi tanggung jawab untuk bekerja mencarinafkah.
Orang yangbekerjadengan cara baik untuk memperoleh rezeki halal, juga sudah mengaplikasikan sunahRasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam. Suami yang tidak maubekerjauntuk memberi nafkah keluarga dianggap sebagai orang yang menyalahi aturanagama dan sunnatullah.
Dalam sebuah kanal YouTube tentang keutamaan bekerja untuk mencari nafkah, ulama bernama lengkap KH. Ahmad Bahauddin Nursalim ini menceritakan bahwa ketika Rasulullah dan para sahabat sedang bermajelis ilmu (sahabat mengaji mendengarkan ilmu yang disampaikan Rasulullah) di teras masjid, ada pemuda melewati majelis itu dan cuek tidak ikut duduk berkumpul mendengarkan Rasulullah yang sedang bermajelis.
Melihat hal itu, sahabat lain mengatakan bahwa pemuda tersebut sungguh sial, karena tidak ikut duduk di majelis dan mendengarkan ilmu yang disampaikan Rasulullah. Mendengar sahabat mengomentari si pemuda, Rasulullah mengatakan : "Janganlah begitu. Dia itu bisa saja bekerja untuk tidak meminta-minta kepada orang. Dan itu sunnah ku. Atau dia bekerja untuk keluarganya untuk ibunya dan itu juga sunnah ku. Dan Allah mencintai orang yang bekerja."
Jadi Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam membiarkan orang yang tidak duduk dalam majelis beliau karena bekerja. Dan sejak saat itu para sahabat tidak saling memberi komentar tentang orang yang enggan duduk dalam majelisnya Rasulullah karena ada sunnah bekerja.
Dalil-dalil Al-Qur'an tentang Mencari Nafkah
Terdapat banyak dalil yang menunjukkan tanggung jawab ini, di antaranya adalah firman Allah Ta'ala dalam Surah An-Nisa ayat 34 dan Surah Al-Baqarah ayat 233.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
"Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Maha Tinggi, Maha Besar."
(QS. An-Nisa' : 34)
Allah Ta'ala juga berfirman :
"Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya...." (QS. Al-Baqarah ; 233)
Agama Islam tidak membenarkan perbuatan seseorang yang hanya fokus terhadap amalakhirat. sementara untuk kehidupannya di dunia dia bermalas-malasan dan melupakan kewajiban mencari nafkah.
Namun demikian, Islam juga tidak membenarkan seseorang yang gila terhadap dunia hingga akhiratnya terbengkalai. Seseorang memang wajib beramal untuk amal akhirat tapi jangan menyepelekan dan menghindari amal dunia.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan."(QS. Al-Qasas : 77)
Wallahu A'lam
Orang yangbekerjadengan cara baik untuk memperoleh rezeki halal, juga sudah mengaplikasikan sunahRasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam. Suami yang tidak maubekerjauntuk memberi nafkah keluarga dianggap sebagai orang yang menyalahi aturanagama dan sunnatullah.
Dalam sebuah kanal YouTube tentang keutamaan bekerja untuk mencari nafkah, ulama bernama lengkap KH. Ahmad Bahauddin Nursalim ini menceritakan bahwa ketika Rasulullah dan para sahabat sedang bermajelis ilmu (sahabat mengaji mendengarkan ilmu yang disampaikan Rasulullah) di teras masjid, ada pemuda melewati majelis itu dan cuek tidak ikut duduk berkumpul mendengarkan Rasulullah yang sedang bermajelis.
Melihat hal itu, sahabat lain mengatakan bahwa pemuda tersebut sungguh sial, karena tidak ikut duduk di majelis dan mendengarkan ilmu yang disampaikan Rasulullah. Mendengar sahabat mengomentari si pemuda, Rasulullah mengatakan : "Janganlah begitu. Dia itu bisa saja bekerja untuk tidak meminta-minta kepada orang. Dan itu sunnah ku. Atau dia bekerja untuk keluarganya untuk ibunya dan itu juga sunnah ku. Dan Allah mencintai orang yang bekerja."
Jadi Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam membiarkan orang yang tidak duduk dalam majelis beliau karena bekerja. Dan sejak saat itu para sahabat tidak saling memberi komentar tentang orang yang enggan duduk dalam majelisnya Rasulullah karena ada sunnah bekerja.
Dalil-dalil Al-Qur'an tentang Mencari Nafkah
Terdapat banyak dalil yang menunjukkan tanggung jawab ini, di antaranya adalah firman Allah Ta'ala dalam Surah An-Nisa ayat 34 dan Surah Al-Baqarah ayat 233.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
اَلرِّجَا لُ قَوَّا مُوْنَ عَلَى النِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَاۤ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَا لِهِمْ ۗ فَا لصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗ وَا لّٰتِيْ تَخَا فُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَا جِعِ وَا ضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِ نْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَا نَ عَلِيًّا كَبِيْرًا
"Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Maha Tinggi, Maha Besar."
(QS. An-Nisa' : 34)
Allah Ta'ala juga berfirman :
وَا لْوَا لِدٰتُ يُرْضِعْنَ اَوْلَا دَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَا مِلَيْنِ لِمَنْ اَرَا دَ اَنْ يُّتِمَّ الرَّضَا عَةَ ۗ وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِا لْمَعْرُوْفِ ۗ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلَّا وُسْعَهَا ۚ
"Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya...." (QS. Al-Baqarah ; 233)
Agama Islam tidak membenarkan perbuatan seseorang yang hanya fokus terhadap amalakhirat. sementara untuk kehidupannya di dunia dia bermalas-malasan dan melupakan kewajiban mencari nafkah.
Namun demikian, Islam juga tidak membenarkan seseorang yang gila terhadap dunia hingga akhiratnya terbengkalai. Seseorang memang wajib beramal untuk amal akhirat tapi jangan menyepelekan dan menghindari amal dunia.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
وَا بْتَغِ فِيْمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّا رَ الْاٰ خِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَ حْسِنْ كَمَاۤ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْـفَسَا دَ فِى الْاَ رْضِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan."(QS. Al-Qasas : 77)
Wallahu A'lam
(wid)