Mengobati Penyakit Hati dengan Al-Qur'an

Kamis, 20 Oktober 2022 - 09:48 WIB
Obat penyakit hati yang keras, maka seorang muslim diwajibkan membaca Al Qur’ an dengan tadabbur dan kekhusukan. Allah akan mengganti kerasnya hati dengan kelembutan dan kembali kepada Allah Ta’ala. Foto ilustrasi/ist
Tidaklah Allah Ta'ala menurunkan penyakit melainkan Allah juga menurunkan obatnya, begitu pula dengan penyakit hati , sudah pasti ada obatnya. Untuk obat penyakit hati ini, berikut nasehat atau fatwa dari Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah. Beliau mengatakan, "Hati yang keras itu memiliki obat yaitu dengan sering-sering membaca Al Qur’an."

Dalilnya firman Allah Ta’ala,

لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعاً مُتَصَدِّعاً مِنْ خَشْيَةِ اللَّه


“Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah....” (QS Al Hasyr :21)



Sementara gunung seperti yang kita tahu isinya batu yang tuli kalau seandainya Al Qur’an diturunkan kepadanya ia akan tunduk dan terpecah belah. Demikian juga hati jika Al Qur’an sampai kepadanya dan seseorang membacanya dengan penuh penghayatan dan mencermati (maknanya) maka pasti akan berpengaruh di hatinya.

Perhatikan firman Allah Ta’ala berikut:

إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيد


“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (QS. Qaf : 37)

Karena itu, obat hati yang keras, maka seorang muslim diwajibkan membaca Al Qur’ an dengan tadabbur dan kekhusukan. Allah akan mengganti kerasnya hati dengan kelembutan dan kembali kepada Allah Ta’ala.

Selain membaca Al-Qur'an, terapi penyakit hati ini bisa dilakukan dengan berbagai amalan. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut terapi untuk penyakit hati ini,:

1. Mentauhidkan Allah

Obat yang paling mujarab untuk membersihkan hati adalah dengan mentauhidkan Allah dan menjauhkan diri dari syirik, ikhlas, serta beriman dengan keimanan yang benar. Tidak ada kebaikan hati melainkan jika Allah sebagai Rabb-nya, Pencipta-nya Yang Maha Esa, menjadi satu-satunya Dzat yang diibadahinya, puncak tujuannya, dan Yang paling dicintainya dari pada yang lain.

Firman Allah Ta'ala :

إِيَّاك نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ


“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5)

2. Menuntut ilmu syar’i dan mengamalkannya

Menuntut ilmu syar’i adalah ladang penyubur iman. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus oleh Allah kepada seluruh umat manusia dengan membawa dua hal, yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal shalih. Karenanya, konsekuensi dari menuntut ilmu adalah menerima kebenaran dan mengamalkannya. Orang yang paling bahagia adalah orang yang menuntut ilmu syar’i, ikhlas karena Allah, dan mengamalkannya.

3. Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat

Urutan dosa dan maksiat dari yang paling besar adalah syirik, kemudian bid’ah, lalu kemaksiatan secara umum. Kesemuanya ini harus dijauhkan dari amalan sehari-hari seorang muslim.
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Yang pertama kali yang dihisab (dihitung) dari perbuatan seorang hamba pada hari Kiamat adalah shalatnya. Jika sempurna ia beruntung dan jika tidak sempurna, maka Allah Azza wa Jalla berfirman, Lihatlah apakah hamba-Ku mempunyai amalan shalat sunnah? Bila didapati ia memiliki amalan shalat sunnah, maka Dia berfirman Lengkapilah shalat wajibnya yang kurang dengan shalat sunnahnya

(HR. Nasa'i No. 463)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More