Kisah Syahidnya Imam Said di Tangan Penguasa Zalim Hajjaj bin Yusuf
Sabtu, 05 November 2022 - 07:05 WIB
Kisah syahidnya Imam Said bin Jubair (wafat 95 H atau 714 Masehi) di tangan penguasa zalim Hajjaj bin Yusuf patut dijadikan pelajaran berharga.
Hajjaj bin Yusuf dikenal sebagai penguasa kontroversial dalam sejarah awal umat Islam pada masa Dinasti Umayyah dipimpin Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Berikut kisah syahidnya Imam Said bin Jubair diceritakan oleh Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq dalam satu kajiannya.
Ketika Imam Said bin Jubair rahimahullah telah berada di hadapan Hajjaj bin Yusuf, terjadilah dialog antara beliau dengan penguasa durjana itu. Berikut dialognya:
Hajjaj bertanya: "Siapa namamu?"
Imam Said: "Nama saya Sa'id bin Jubair (bahagia anak orang yang teguh)"
Hajjaj: "Bukan, tapi namamu adalah Syaqi bin Kusair (Si celaka anak orang yang rusak)"
Imam Said: "Orang tuaku yang memberi namaku. Dia lebih tahu daripadamu"
Hajjaj: "Engkau Celaka. Ibu bapakmu yang memberi namamu juga celaka".
Imam Said: "Yang tahu perkara ghaib itu bukan kamu."
Hajjaj: "Diam kau! Akan aku tukar tempatmu dari dunia pindah ke neraka!"
Imam Said: "Kalau aku tahu bahwa engkau yang berkuasa menentukan tempatku di akhirat, tentulah aku telah menyembahmu".
Hajjaj: "Apa pendapatmu tentang Muhammad?"
Imam Said: "Dia Nabi yang membawa kasih sayang dan petunjuk".
Hajjaj: "Bagaimana pendapatmu tentang Ali bin Abi Thalib? Adakah dia masuk surga atau neraka?"
Imam Said: "Jika saya telah ke surga atau neraka, tentulah saya dapat memberitahu kamu siapa yang ada di dalamnya."
Hajjaj: "Bagaimana pula pendapatmu tentang khalifah-khalifah yang lainnya?"
Imam Said: "Bukanlah pekerjaanku untuk menyelidiki amal dan kerja mereka".
Hajjaj: "Siapakah di antara mereka itu yang paling engkau sukai?"
Imam Said : "Yang paling diridhai oleh penciptaku".
Hajjaj: "Siapa yang paling diridhai oleh sang pencipta?"
Imam Said: "Ilmu tentang urusan itu di sisi-Nya."
Hajjaj: "Aku senang engkau berkata jujur kepadaku."
Imam Said: "Karena aku tidak suka untuk mendustaimu."
Hajjaj: "Mengapa engkau tidak pernah ketawa?"
Imam Said: "Siapalah gerangan akan ketawa, kalau dia tahu dia berasal dari tanah yang akan dibakar api."
Hajjaj: "Jadi, salahkah kami kalau kami tertawa?"
Imam Said: "Hati kita tidak sama".
Kemudian dibawalah ke hadapan Said bin Jubair berbagai batu permata yang mahal-mahal dan harta yang banyak. Melihat itu Said berkata: "Kalau harta ini bisa menebus dirimu dari huru-hara hari Kiamat, beruntunglah kamu dapat mengumpulnya.
Tetapi satu hentakan saja pada hari Kiamat, dapat menggugurkan anak yang masih di dalam kandungan dan dapat melepaskan anak dari pangkuan ibunya. Tidak ada gunanya mengumpul harta, kalau tidak dapat menolong di hari Kiamat. Harta tidak berfaedah kecuali yang diperoleh secara baik dan bersih."
Kemudian Hajjaj menyuruh orang memainkan alat-alat musik dan nyanyian di hadapan Said. Mendengar bunyi-bunyian itu, beliau menangis. Hajjaj bin Yusuf lantas bertanya kepadanya: "Mengapa engkau menangis?"
Imam Said: "Karena tiupan seruling ini mengingatkan aku akan tiupan Sangkakala hari Kiamat yang Maha dahsyat."
Hajjaj: "Celakalah engkau Wahai Said".
Imam Said: "Orang yang celaka adalah orang yang tidak dimasukkan ke surga, tetapi justru dilemparkan ke dalam neraka."
Hajjaj: "Wahai Sa'id, pilihlah bagaimana cara aku membunuhmu!".
Imam Said: "Engkau sendiri yang berhak memilihnya. Demi Allah, cara apapun yang engkau tempuh untuk membunuhku, engkau akan menerima hal yang sama."
Hajjaj: "Apakah engkau akan meminta ampun? Aku bersedia mengampunimu."
Imam Said: "Kalau ampunan itu dari engkau, aku tidak akan memohonnya. Ampunan itu milik Allah, karenanya aku cukup memohon terus kepada-Nya."
Hajjaj: "Bawalah dia, dan bunuhlah segera!"
Lalu Imam Said dibawa oleh pengawal Hajjaj, ketika akan keluar dari pintu ruangan. Justru beliau tertawa, satu hal yang sangat mengherankan termasuk para pengawal karena Imam Said tidak pernah tertawa.
Hal itu lalu diberitahukan kepada Hajjaj. Ia pun menjadi sangat penasaran, Said bin Jubair pun diminta untuk dibawa kembali menghadap kepadanya.
Hajjaj: "Mengapa engkau tertawa?"
Imam Said: "Aku sangat heran melihat keberanianmu terhadap Allah, dan aku takjub kelembutan Allah kepadamu."
Hajjaj sangat marah, dan kembali berkata: "Bunuhlah dia segera!"
Imam Said bin Jubair sedikit pun tidak merasa takut. Dengan kebulatan hatinya menyerahkan dirinya kepada Allah.
Saat eksekusi akan dilaksanakan, wajahnya dihadapkan oleh algojo ke langit. Mulut sang imam menyebut-nyebut nama Allah dan kalimat suci. Melihat itu hati Hajjaj bertambah benci lalu berkata: "Bunuh dia!"
Algojo memiringkan wajah Said untuk dipancung, namun justru ia membaca ayat:
وجهت وجهي للذي فطر السموات والأرض
"Sesungguhnya aku hadapkan wajah dan diriku kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi."
Mendengar itu, Hajjaj bertambah benci lalu memerintah: "Jangan hadapkan mukanya ke arah kiblat".
Mendengar perintah itu Imam Said membaca pula ayat yang lain:
فأينما تولوا فثم وجه الله
"Dan ke mana saja kamu arahkan diri (ke kiblat untuk mengadap Allah) maka di situlah arah yang diridhoi Allah."
Lalu Hajjaj berkata: "Hadapkan mukanya itu ke tanah!".
Imam Said membaca ayat lain:
منها خلقناكم، وفيها نعيدكم
"Dari tanahlah Kami ciptakan kamu, dan ke dalamnya Kami akan mengembalikan kamu."
Hajjaj semakin gusar lalu berkata memerintah: "Pancunglah lehernya segera!" Ketika kepalanya ditekan beliau berkata dengan lantang:
إني أشهد وأحاج أن لا إله إلا الله، وحده لاشريك له، وأن محمدا عبده ورسوله، خذها مني حتى تلقاني يوم القيامة
"Aku Bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, ambillah kesaksianku ini sampai kita bertemu nanti di hari Kiamat."
Kemudian beliau melanjutkan membaca doa:
اللهم لا تسلطه على أحد يقتله بعدي
"Ya Allah, jangan berikan kesempatan orang zalim ini untuk membunuh siapapun lagi setelah aku."
Pedang pun dijatuhkan ke batang leher Imam Said rahimahullah. Terpisah kepala itu dari badannya. Manusia mulia inipun meraih syahid tertinggi sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah sholallahu 'alaihi wasallam:
سَيِّدُ الشُهَدَاءِ حَمْزَةُ بْنُ عَبْدُ الْمُطَلِّبِ، وَرَجُلٌ قَامَ إِلَى إِمَامٍ جَائِرٍ فَأَمَرَهُ وَنَهَاهُ فَقَتَلَهُ
Artinya: "Penghulu para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthallib dan orang yang mendatangi penguasa dzalim lalu memerintahkannya (kepada kebaikan) dan mencegahnya (dari keburukan), kemudian ia (penguasa zalim itu) membunuhnya." (HR Hakim)
Semoga Allah mencurahkan rahmat kasih sayang-Nya kepada Imam As-Syahid Said bin Jubair rahimahullah.
Ustaz Ahmad Syahrin mengatakan, Hajjaj bin Yusuf hanya diberi umur tidak lebih dari 15 hari setelah kematian Said bin Jubair rahimahullah. Hajjaj tertimpa penyakit aneh yang mengerikan. Akhirnya Allah mengistirahatkan hamba dan makhluk-Nya dari segala kezalimannya.
Bagaimana kematian Hajjaj bin Yusuf, tunggu cerita selanjutnya dari Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq, insya Allah!
Referensi:
Siyar A'lam Nubala (4/321- 332)
Hajjaj bin Yusuf dikenal sebagai penguasa kontroversial dalam sejarah awal umat Islam pada masa Dinasti Umayyah dipimpin Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Berikut kisah syahidnya Imam Said bin Jubair diceritakan oleh Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq dalam satu kajiannya.
Ketika Imam Said bin Jubair rahimahullah telah berada di hadapan Hajjaj bin Yusuf, terjadilah dialog antara beliau dengan penguasa durjana itu. Berikut dialognya:
Hajjaj bertanya: "Siapa namamu?"
Imam Said: "Nama saya Sa'id bin Jubair (bahagia anak orang yang teguh)"
Hajjaj: "Bukan, tapi namamu adalah Syaqi bin Kusair (Si celaka anak orang yang rusak)"
Imam Said: "Orang tuaku yang memberi namaku. Dia lebih tahu daripadamu"
Hajjaj: "Engkau Celaka. Ibu bapakmu yang memberi namamu juga celaka".
Imam Said: "Yang tahu perkara ghaib itu bukan kamu."
Hajjaj: "Diam kau! Akan aku tukar tempatmu dari dunia pindah ke neraka!"
Imam Said: "Kalau aku tahu bahwa engkau yang berkuasa menentukan tempatku di akhirat, tentulah aku telah menyembahmu".
Hajjaj: "Apa pendapatmu tentang Muhammad?"
Imam Said: "Dia Nabi yang membawa kasih sayang dan petunjuk".
Hajjaj: "Bagaimana pendapatmu tentang Ali bin Abi Thalib? Adakah dia masuk surga atau neraka?"
Imam Said: "Jika saya telah ke surga atau neraka, tentulah saya dapat memberitahu kamu siapa yang ada di dalamnya."
Hajjaj: "Bagaimana pula pendapatmu tentang khalifah-khalifah yang lainnya?"
Imam Said: "Bukanlah pekerjaanku untuk menyelidiki amal dan kerja mereka".
Hajjaj: "Siapakah di antara mereka itu yang paling engkau sukai?"
Imam Said : "Yang paling diridhai oleh penciptaku".
Hajjaj: "Siapa yang paling diridhai oleh sang pencipta?"
Imam Said: "Ilmu tentang urusan itu di sisi-Nya."
Hajjaj: "Aku senang engkau berkata jujur kepadaku."
Imam Said: "Karena aku tidak suka untuk mendustaimu."
Hajjaj: "Mengapa engkau tidak pernah ketawa?"
Imam Said: "Siapalah gerangan akan ketawa, kalau dia tahu dia berasal dari tanah yang akan dibakar api."
Hajjaj: "Jadi, salahkah kami kalau kami tertawa?"
Imam Said: "Hati kita tidak sama".
Kemudian dibawalah ke hadapan Said bin Jubair berbagai batu permata yang mahal-mahal dan harta yang banyak. Melihat itu Said berkata: "Kalau harta ini bisa menebus dirimu dari huru-hara hari Kiamat, beruntunglah kamu dapat mengumpulnya.
Tetapi satu hentakan saja pada hari Kiamat, dapat menggugurkan anak yang masih di dalam kandungan dan dapat melepaskan anak dari pangkuan ibunya. Tidak ada gunanya mengumpul harta, kalau tidak dapat menolong di hari Kiamat. Harta tidak berfaedah kecuali yang diperoleh secara baik dan bersih."
Kemudian Hajjaj menyuruh orang memainkan alat-alat musik dan nyanyian di hadapan Said. Mendengar bunyi-bunyian itu, beliau menangis. Hajjaj bin Yusuf lantas bertanya kepadanya: "Mengapa engkau menangis?"
Imam Said: "Karena tiupan seruling ini mengingatkan aku akan tiupan Sangkakala hari Kiamat yang Maha dahsyat."
Hajjaj: "Celakalah engkau Wahai Said".
Imam Said: "Orang yang celaka adalah orang yang tidak dimasukkan ke surga, tetapi justru dilemparkan ke dalam neraka."
Hajjaj: "Wahai Sa'id, pilihlah bagaimana cara aku membunuhmu!".
Imam Said: "Engkau sendiri yang berhak memilihnya. Demi Allah, cara apapun yang engkau tempuh untuk membunuhku, engkau akan menerima hal yang sama."
Hajjaj: "Apakah engkau akan meminta ampun? Aku bersedia mengampunimu."
Imam Said: "Kalau ampunan itu dari engkau, aku tidak akan memohonnya. Ampunan itu milik Allah, karenanya aku cukup memohon terus kepada-Nya."
Hajjaj: "Bawalah dia, dan bunuhlah segera!"
Lalu Imam Said dibawa oleh pengawal Hajjaj, ketika akan keluar dari pintu ruangan. Justru beliau tertawa, satu hal yang sangat mengherankan termasuk para pengawal karena Imam Said tidak pernah tertawa.
Hal itu lalu diberitahukan kepada Hajjaj. Ia pun menjadi sangat penasaran, Said bin Jubair pun diminta untuk dibawa kembali menghadap kepadanya.
Hajjaj: "Mengapa engkau tertawa?"
Imam Said: "Aku sangat heran melihat keberanianmu terhadap Allah, dan aku takjub kelembutan Allah kepadamu."
Hajjaj sangat marah, dan kembali berkata: "Bunuhlah dia segera!"
Imam Said bin Jubair sedikit pun tidak merasa takut. Dengan kebulatan hatinya menyerahkan dirinya kepada Allah.
Saat eksekusi akan dilaksanakan, wajahnya dihadapkan oleh algojo ke langit. Mulut sang imam menyebut-nyebut nama Allah dan kalimat suci. Melihat itu hati Hajjaj bertambah benci lalu berkata: "Bunuh dia!"
Algojo memiringkan wajah Said untuk dipancung, namun justru ia membaca ayat:
وجهت وجهي للذي فطر السموات والأرض
"Sesungguhnya aku hadapkan wajah dan diriku kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi."
Mendengar itu, Hajjaj bertambah benci lalu memerintah: "Jangan hadapkan mukanya ke arah kiblat".
Mendengar perintah itu Imam Said membaca pula ayat yang lain:
فأينما تولوا فثم وجه الله
"Dan ke mana saja kamu arahkan diri (ke kiblat untuk mengadap Allah) maka di situlah arah yang diridhoi Allah."
Lalu Hajjaj berkata: "Hadapkan mukanya itu ke tanah!".
Imam Said membaca ayat lain:
منها خلقناكم، وفيها نعيدكم
"Dari tanahlah Kami ciptakan kamu, dan ke dalamnya Kami akan mengembalikan kamu."
Hajjaj semakin gusar lalu berkata memerintah: "Pancunglah lehernya segera!" Ketika kepalanya ditekan beliau berkata dengan lantang:
إني أشهد وأحاج أن لا إله إلا الله، وحده لاشريك له، وأن محمدا عبده ورسوله، خذها مني حتى تلقاني يوم القيامة
"Aku Bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, ambillah kesaksianku ini sampai kita bertemu nanti di hari Kiamat."
Kemudian beliau melanjutkan membaca doa:
اللهم لا تسلطه على أحد يقتله بعدي
"Ya Allah, jangan berikan kesempatan orang zalim ini untuk membunuh siapapun lagi setelah aku."
Pedang pun dijatuhkan ke batang leher Imam Said rahimahullah. Terpisah kepala itu dari badannya. Manusia mulia inipun meraih syahid tertinggi sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah sholallahu 'alaihi wasallam:
سَيِّدُ الشُهَدَاءِ حَمْزَةُ بْنُ عَبْدُ الْمُطَلِّبِ، وَرَجُلٌ قَامَ إِلَى إِمَامٍ جَائِرٍ فَأَمَرَهُ وَنَهَاهُ فَقَتَلَهُ
Artinya: "Penghulu para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthallib dan orang yang mendatangi penguasa dzalim lalu memerintahkannya (kepada kebaikan) dan mencegahnya (dari keburukan), kemudian ia (penguasa zalim itu) membunuhnya." (HR Hakim)
Semoga Allah mencurahkan rahmat kasih sayang-Nya kepada Imam As-Syahid Said bin Jubair rahimahullah.
Ustaz Ahmad Syahrin mengatakan, Hajjaj bin Yusuf hanya diberi umur tidak lebih dari 15 hari setelah kematian Said bin Jubair rahimahullah. Hajjaj tertimpa penyakit aneh yang mengerikan. Akhirnya Allah mengistirahatkan hamba dan makhluk-Nya dari segala kezalimannya.
Bagaimana kematian Hajjaj bin Yusuf, tunggu cerita selanjutnya dari Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq, insya Allah!
Referensi:
Siyar A'lam Nubala (4/321- 332)
(rhs)