3 Kisah Mengagumkan Sebelum Imam Said bin Jubair Syahid di Tangan Hajjaj
loading...
A
A
A
Di antara kezaliman penguasa Kuffah, Hajjaj bin Yusuf (wafat 95 H) adalah membunuh Imam Sa'id bin Jubair rahimahullah (wafat 95 H atau 714 M), seorang ulama Tabiin di masa Dinasti Umayyah.
Hajjaj memang dikenal sebagai sosok penguasa bengis dan bertanggung jawab atas kematian ribuan kaum muslimin pada masanya. Berikut beberapa kisah Imam Said bin Jubair yang menakjubkan sebelum wafat syahid di tangan Hajjaj bin Yusuf.
Pengasuh Ma'had Subuluna Bontang Kalimantan Timur Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq menceritakan sosok Imam Said bin Jubair yang sarat dengan hikmah. Beliau lahir pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, hanya tahun tepatnya ulama berbeda pendapat. Sebagian menyatakan pada 38 Hijriyah, sedangkan ahli sejarah lainnya mengatakan lahir tahun 46 Hijriyah.
Imam Ibnu Jauzi berkata tentang Said bin Jubair: "Beliau adalah seorang imam, ahli Hadits, qari, ahli tafsir dan seorang syahid."
Berikut beberapa kisah yang dialami Imam Said sebelum dibunuh oleh Hajjaj. Apa dikhawatirkan oleh orang-orang terhadap Imam Sa'id bin Jubair akhirnya benar-benar terjadi. Gubernur Mekkah Khalid bin Abdullah Al-Qasri akhirnya mengirim pasukannya untuk menangkap beliau yang dipimpin seorang komandan bernama Multamis bin Ahwash.
Pasukan ini bergerak ke suatu daerah hingga mereka sampai di sebuah Biara, lalu menanyakan kepada pendeta penghuni biara itu tentang Said bin Jubair. Setelah disebutkan ciri-cirinya, pendeta itupun kemudian menunjukkan jalan menuju rumah Said bin Jubair rahimahullah.
Imam Said Dijaga oleh Dua Harimau
Rombongan pasukan ini bergerak cepat menuju lokasi yang ditunjukkan. Dan benar di sana kemudian mereka menemukan sang imam sedang dalam keadaan sujud. Mereka memanggilnya dengan teriakan, sang imam dengan tenang mengakhiri sholatnya. Pasukan itu mendekat dan mengucapkan Salam kepada beliau.
Sang imam menjawab salam mereka lalu bertanya: "Apakah aku harus ikut dengan kalian?" Mereka menjawab: "Iya, tidak boleh tidak." Sang imam bangkit sambil mengucap "Alhamdulillah" lalu menyerahkan dirinya untuk dibawa pasukan tersebut.
Pasukan ini pun bergerak. Ketika mereka tiba kembali di Biara tempat pendeta yang menunjukkan jalan, mereka mampir di sana. Sang pendeta mengatakan: "Sebentar lagi waktu malam akan tiba, masuklah kalian ke dalam biara. Karena biasanya singa-singa dan harimau akan berkeliaran mencari mangsa."
Pasukan itupun masuk ke dalam biara, namun Imam Said bin Jubair menolak dan meminta agar dibiarkan berada di luar biara. Multamis, si komandan pasukan itu menghardik beliau: "Apakah engkau ingin merencanakan untuk melarikan diri?"
Imam Said menjawab:
لا، ولكن لا أدخل منزل مشرك أبدا
"Saya tidak akan melarikan diri. Tapi alasannya karena saya tidak akan mau masuk ke tempat kesyirikan selama-lamanya."
Mereka mengatakan: "Jika kami biarkan engkau di luar, singa juga akan memangsamu."
Sang imam kembali menjawab:
لا ضير، إن معي ربي يصرفها عني، ويجعلها حرسا تحرسني
"Dia tidak akan membahayakanku. Sungguh yang bersamaku adalah Tuhanku. Bahkan Dia akan menjadikan singa itu sebagai penjaga untukku di malam ini."
Pendeta itu bertanya kepadanya: "Apakah kamu seorang Nabi?"
Imam Said menjawab:
ما أنا من الأنبياء، ولكن عبد من عبيد الله مذنب
Hajjaj memang dikenal sebagai sosok penguasa bengis dan bertanggung jawab atas kematian ribuan kaum muslimin pada masanya. Berikut beberapa kisah Imam Said bin Jubair yang menakjubkan sebelum wafat syahid di tangan Hajjaj bin Yusuf.
Pengasuh Ma'had Subuluna Bontang Kalimantan Timur Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq menceritakan sosok Imam Said bin Jubair yang sarat dengan hikmah. Beliau lahir pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, hanya tahun tepatnya ulama berbeda pendapat. Sebagian menyatakan pada 38 Hijriyah, sedangkan ahli sejarah lainnya mengatakan lahir tahun 46 Hijriyah.
Imam Ibnu Jauzi berkata tentang Said bin Jubair: "Beliau adalah seorang imam, ahli Hadits, qari, ahli tafsir dan seorang syahid."
Berikut beberapa kisah yang dialami Imam Said sebelum dibunuh oleh Hajjaj. Apa dikhawatirkan oleh orang-orang terhadap Imam Sa'id bin Jubair akhirnya benar-benar terjadi. Gubernur Mekkah Khalid bin Abdullah Al-Qasri akhirnya mengirim pasukannya untuk menangkap beliau yang dipimpin seorang komandan bernama Multamis bin Ahwash.
Pasukan ini bergerak ke suatu daerah hingga mereka sampai di sebuah Biara, lalu menanyakan kepada pendeta penghuni biara itu tentang Said bin Jubair. Setelah disebutkan ciri-cirinya, pendeta itupun kemudian menunjukkan jalan menuju rumah Said bin Jubair rahimahullah.
Imam Said Dijaga oleh Dua Harimau
Rombongan pasukan ini bergerak cepat menuju lokasi yang ditunjukkan. Dan benar di sana kemudian mereka menemukan sang imam sedang dalam keadaan sujud. Mereka memanggilnya dengan teriakan, sang imam dengan tenang mengakhiri sholatnya. Pasukan itu mendekat dan mengucapkan Salam kepada beliau.
Sang imam menjawab salam mereka lalu bertanya: "Apakah aku harus ikut dengan kalian?" Mereka menjawab: "Iya, tidak boleh tidak." Sang imam bangkit sambil mengucap "Alhamdulillah" lalu menyerahkan dirinya untuk dibawa pasukan tersebut.
Pasukan ini pun bergerak. Ketika mereka tiba kembali di Biara tempat pendeta yang menunjukkan jalan, mereka mampir di sana. Sang pendeta mengatakan: "Sebentar lagi waktu malam akan tiba, masuklah kalian ke dalam biara. Karena biasanya singa-singa dan harimau akan berkeliaran mencari mangsa."
Pasukan itupun masuk ke dalam biara, namun Imam Said bin Jubair menolak dan meminta agar dibiarkan berada di luar biara. Multamis, si komandan pasukan itu menghardik beliau: "Apakah engkau ingin merencanakan untuk melarikan diri?"
Imam Said menjawab:
لا، ولكن لا أدخل منزل مشرك أبدا
"Saya tidak akan melarikan diri. Tapi alasannya karena saya tidak akan mau masuk ke tempat kesyirikan selama-lamanya."
Mereka mengatakan: "Jika kami biarkan engkau di luar, singa juga akan memangsamu."
Sang imam kembali menjawab:
لا ضير، إن معي ربي يصرفها عني، ويجعلها حرسا تحرسني
"Dia tidak akan membahayakanku. Sungguh yang bersamaku adalah Tuhanku. Bahkan Dia akan menjadikan singa itu sebagai penjaga untukku di malam ini."
Pendeta itu bertanya kepadanya: "Apakah kamu seorang Nabi?"
Imam Said menjawab:
ما أنا من الأنبياء، ولكن عبد من عبيد الله مذنب