Clarence Mujahid Ali: Miliarder Dermawan yang Menjalankan Bisnis dengan Prinsip-Prinsip Islam

Selasa, 08 November 2022 - 09:56 WIB
Clarence Mujahid Ali, sukses membangun bisnis dengan prinsip-prinsip Islam. Foto/Ilustrasi: linkedin
Clarence Mujahid Ali yang sebelum menjadi muslim bernama Clarence C. Lilley adalah pengusaha Amerika Serikat yang sukses. Miliarder ini dikenal amat dermawan . Dia menjalankan bisnis dengan prinsip-prinsip Islam. Kini ia menjadi pengurus Masjid Al-Haqq di Newark, Amerika Serikat.

Steven Barbosa dalam buku berjudul "American Jihad, Islam After Malcolm X" menyebut Mujahid Ali memulai karirnya di bagian pengiriman New York Times, kemudian meneruskan usaha memproduksi lebih dari 60 drama di New Jersey, Pennsylvania, dan kepulauan Karibia, dan menjadi mitra kepemilikan beberapa sistem televisi kabel. Selanjutnya dia menjadi produser dan sutradara film serta pengusaha di bidang komunikasi.

Dia adalah salah seorang miliyuner Muslim Amerika. Tetapi gaya hidupnya sangat sederhana. Dia tinggal di rumah yang sangat sederhana dan mengendarai mobil perusahaan.



Berikut penuturan Mujahid Ali dalam buku yang diterjemahkan Sudirman Teba dan Fettiyah Basri menjadi "Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm X" (Mizan, 1995) tersebut.

Saya berkecimpung di bisnis hiburan sejak berusia belasan tahun. Saya beralih dari akting, ke penyutradaraan, lalu menjadi produser, dan wirausaha.

Karena saya memiliki kepercayaan moral atas segala sesuatu yang saya lakukan, saya tahu akan sangat sulit bagi saya untuk bekerja untuk orang lain. Ketika saya masih seorang aktor, saya mendapat banyak kesulitan ketika akan memainkan suatu peran.

Seorang sutradara mengatakan kalau saya tidak mau melakukan suatu peran sebagaimana yang diperintahkannya, saya harus keluar dan mendirikan perusahaan film sendiri sehingga saya dapat melakukan apa saja yang saya inginkan. Tidak terlalu lama setelah itu, saya mewujudkannya: yaitu Theater of Universal Images. Di situ tercakup segala hal, dari teater, televisi, sampai program pendidikan.

Perusahaan tersebut berkembang cukup cepat. Perusahaan itu dirintis dengan cara yang sangat berbeda dari kebanyakan perusahaan teater lain yang ada saat itu. Tidak ada dana yang besar. Tidak ada peningkatan jumlah bantuan yang besar.

Saya mengumpulkan semua modal saya, dan mengajak beberapa teman untuk bergabung. Saya berkata, "Ini adalah sesuatu yang bisa kita lakukan."

Perusahaan kami benar-benar berciri sosial dan bersifat bantuan.Teater itu telah bekerja dengan semua orang, seperti Samuel L. Jackson, Antonio Fargas, Melvin van Peebles, Esther Rolle, John Amos, Ella Joyce, yang tampil di Roc. Itu memberi pengaruh besar terhadap teater Afro-Amerika.



Saya memulai perusahaan televisi dengan fokus yang sama. Saya melakukan riset sebelum melakukan proyek apa pun. Saya tahu televisi kabel mulai melanda masyarakat kota. Saya tahu jika tidak dikelola oleh orang Afro-Amerika, fasilitas ini tidak akan melayani kebutuhan masyarakat tersebut. Masyarakat Newark terdiri dari 65 atau bahkan 70% orang-orang Afro-Amerika.

Saya merintis perusahaan tersebut dengan tiga orang mitra. Kami melamar dan memenangkan hak monopoli Newark, dan kemudian memenangkan dua hak monopoli lain dengan suara yang banyak, karena di Dewan Kota Newark terdapat blok Afro-Amerika yang besar. Orang-orang Afro-Amerika memberikan suaranya pada kami; yang lain tidak.

Saya pikir (prinsip-prinsip Islam) tercermin dalam karakter dan kualitas perencanaan yang saya pilih dan dalam cara saya mengendalikan kebijaksanaan bisnis. Keseimbangan Islam membantu saya menjaga kesehatan rohani saya.

Islam meluruskan jalan saya dan membersihkan saya dari segala macam kebodohan dalam hidup. Saat ini saya banyak melihat berbagai hal yang negatif, saya hanya bermohon diri dan berkata, saya tidak harus melakukan bisnis dengan cara seperti ini atau dengan orang-orang semacam itu. Islam telah memberi saya kemampuan untuk melangkah di tengah situasi seperti ini.

Apabila masyarakat Afro-Amerika harus memandang kenyataan bahwa sebagian besar dari kami datang kemari sebagai orang Muslim, bukan sebagai orang Kristen, itu akan membantu mempererat hubungan kami dan memperkuat kami untuk mengoreksi segala problem yang kami miliki sebagai suatu bangsa. Itu akan menghentikan banyak pertengkaran dan percekcokan.

Bukan berarti tidak ada pertengkaran dan perselisihan dalam Islam. Tetapi saya pikir semakin dekat dan beriman Anda pada satu agama yang benar, semakin sedikit hal itu menjadi rintangan bagi Anda.



Bisnis saya yang utama adalah TUI. Yang berikutnya adalah perusahaan kabel, Connection Communications Corporation, yang dibangun pada 1980 dengan modal sebesar 12 juta dolar. Usaha ini dimulai tanpa banyak modal pribadi. Kami menjualnya pada Gilbert Media seharga 33,5 juta dolar.

Saya sangat mendukung komunitas Muslim. Masjid yang saya datangi adalah bagian dari American Muslim Mission. Saya adalah pengikut Allah, Al-Quran, dan sunnah Nabi.

Menurut saya, Imam Warith Deen Muhammed adalah salah satu Imam yang paling pandai sehingga saya banyak mengadakan hubungan dengannya. Saya juga berhubungan dengan banyak Imam Islam Timur Tengah di sini.

Warith tidak memproyeksikan dirinya sebagai pemimpin seperti yang dilakukan oleh Farrakhan atau Yang Mulia Elijah Muhammad. Dia menampilkan diri sebagai juru bicara dan telah mengembangkan komunitas Muslim dengan cara tertentu. Kepemimpinannya muncul dengan sendirinya.

Menurut saya, ada hubungan yang langsung antara keberhasilan saya dan kenyataan bahwa saya seorang Muslim. Cara saya mengendalikan bisnis, bagaimana saya menghadapi hidup, bagaimana saya menghadapi pengalaman hidup, semua itu dapat dihubungkan dengan Islam.

Banyak halangan yang telah saya hadapi. Semua cara yang mungkin dibayangkan untuk menghalangi seseorang seperti saya mencapai kesuksesan, benar-benar telah dilakukan terhadap saya.

Saya pikir dalam bisnis kita hanya berhubungan dengan orang-orang yang tepat. Tetapi karena hal itu tidak selalu dapat terjadi, kolega bisnis saya tidak harus menyukai saya, tetapi mereka harus menghormati saya.

(mhy)
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
هَلۡ اَتٰى عَلَى الۡاِنۡسَانِ حِيۡنٌ مِّنَ الدَّهۡرِ لَمۡ يَكُنۡ شَيۡـٴً۬ـا مَّذۡكُوۡرًا (١) اِنَّا خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ مِنۡ نُّطۡفَةٍ اَمۡشَاجٍۖ نَّبۡتَلِيۡهِ فَجَعَلۡنٰهُ سَمِيۡعًۢا بَصِيۡرًا (٢) اِنَّا هَدَيۡنٰهُ السَّبِيۡلَ اِمَّا شَاكِرًا وَّاِمَّا كَفُوۡرًا‏ (٣)
Bukankah pernah datang kepada manusia waktu dari masa, yang ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya dengan perintah dan larangan, karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sungguh, Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur.

(QS. Al-Insan Ayat 1-3)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More