Sebab-Sebab Ekstrem Keagamaan Menurut Syaikh Muhammad al-Ghazali

Kamis, 24 November 2022 - 17:13 WIB
Syaikh Muhammad al-Ghazali. (Foto/Ilustrasi/Ist)
Syaikh Muhammad al-Ghazal i menganggap sikap ekstrem dalam beragama sebagai penyimpangan. Menurutnya, keberagamaan yang menyimpang karena sebab-sebab psikologis . Hal ini ini bisa dicermati pada pernyataan dan perilaku seseorang serta ekspresi sikap seseorang terhadap orang lain dan segala sesuatu.

"Sebab-sebab itu mempunyai kadar masing-masing, yaitu lemah dan kuat, sedikit dan banyak. Akan tetapi, walau bagaimanapun kondisinya, sebab-sebab ini tetap mempunyai pengaruh yang dalam terhadap pandangan seseorang," ujarnya dalam bukunya berjudul "As-Shahwatul Islamiyah Ru'yatu Nuqadiyatu Minal Daakhili".

Menurutnya, ibadah-ibadah yang telah disyariatkan Allah kepada manusia seharusnya dapat menyucikan jiwa, memelihara cela-cela lahir dan batin, serta menjaga tingkah laku dari penyelewangan, durhaka, dan berbuat serampangan. Hal ini dapat terwujud jika orang-orang yang beribadah menghayati hakikat ibadahnya.

"Hati nurani dan mata hatinya bersujud kepada Allah semata ketika anggota badannya melakukan sujud serta bergetar jiwanya ketika lidahnya mengucapkan bacaan sholat," ujar Syaikh Muhammad al-Ghazali.

Akan tetapi, bila ibadah-ibadah yang selama ini dilakukannya baru sampai pada kulitnya, maka wajar jika ibadah-ibadah itu tidak memberikan pengaruh pada perilakunya.





Supaya tidak salah, Syaikh Muhammad al-Ghazali adalah salah seorang tokoh kebangkitan Islam moderat pada abad ke-20. Ia adalah penulis lebih dari 94 buku itu lahir di Desa Nakla al-‘Inab, Buhairah, Mesir, pada 22 September 1917. Tokoh ini berbeda dengan Imam al-Ghazali atau Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i (1058-1111). Tokoh kedua adalah seorang filsuf dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan.

Syaikh Muhammad al-Ghazali bercerita pada suatu hari, ia sedang menulis tentang "Kesalahan di Seputar Dakwah." Saat itu ia bertanya dalam hati, "Apa yang Anda harapkan dari orang yang bertabiat jelek kecuali nasihat-nasihat dengan kalimat yang pedas dan ungkapan-ungkapan yang kasar?"

Tabiat sebagian orang dapat mengubah agama dari sudut pandangnya yang orisinal menjadi agama dalam sudut pandang tabiatnya yang buruk. Maka orang itu dapat menggantikan agama, yang berfungsi sebagai petunjuk, menjadi penghalang datangnya petunjuk.

Al-Qur'an telah mengingatkan akan bahaya sekelompok penginjil dan pendeta yang menjadikan agama sebagai kerahiban yang dapat merusak fitrah dan menolak manfaat. Firman Allah:

"Sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah." ( QS at-Taubah : 34)

Sekelompok orang semacam ini berbahaya bagi eksistensi agama-agama, Sebuah syair menyatakan:

"Dan apakah yang merusak agama justru para raja, pendeta Yahudi, dan rahib-rahib Nasrani yang jahat ..."

"Maka mereka menjual diri dan tidak memperoleh untung. Padahal dalam jual beli, harga tidak dimahalkan ..."



Sebab-Sebab Psikologis

Menurut Syaikh Muhammad al-Ghazali, sebab-sebab psikologis mulai tumbuh sejak masa kanak-kanak, bahkan terkadang terwarisi secara genetis. Jika pendidikan tidak berhasil melenyapkan sebab-sebab psikologis ini, maka dia akan tumbuh terus pada diri sang anak sampai usia remaja dan tetap berakar dalam tabiatnya hingga masa tua.

Dia memberi contoh Abu Sufyan, pemimpin senior yang terkemuka di Mekkah pada masa jahiliah. Dia dikenal oleh masyarakat sebagai orang yang gemar kemegahan.

Abbas ra pernah mengusulkan kepada Rasulullah SAW agar beliau berkenan menerangkan sesuatu yang dapat menenangkan hatinya setelah tauhid berhasil mendominasi kehidupan kota Mekkah. Nabi SAW mengabulkan keinginan pamannya dan bersabda:
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
cover top ayah
قُلۡ يٰعِبَادِىَ الَّذِيۡنَ اَسۡرَفُوۡا عَلٰٓى اَنۡفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُوۡا مِنۡ رَّحۡمَةِ اللّٰهِ‌ ؕ اِنَّ اللّٰهَ يَغۡفِرُ الذُّنُوۡبَ جَمِيۡعًا‌ ؕ اِنَّهٗ هُوَ الۡغَفُوۡرُ الرَّحِيۡمُ (٥٣) وَاَنِيۡبُوۡۤا اِلٰى رَبِّكُمۡ وَاَسۡلِمُوۡا لَهٗ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ يَّاۡتِيَكُمُ الۡعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنۡصَرُوۡنَ (٥٤) وَاتَّبِعُوۡۤا اَحۡسَنَ مَاۤ اُنۡزِلَ اِلَيۡكُمۡ مِّنۡ رَّبِّكُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ يَّاۡتِيَكُمُ الۡعَذَابُ بَغۡتَةً وَّاَنۡتُمۡ لَا تَشۡعُرُوۡنَۙ (٥٥)
Katakanlah, Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong. Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu (Al-Qur'an) dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu secara mendadak, sedang kamu tidak menyadarinya,

(QS. Az-Zumar Ayat 53-55)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More