Khalifah yang Membawa Daulah Abbasiyah Berjaya

Jum'at, 09 Desember 2022 - 15:06 WIB
Khalifah yang membawa Daulaj Abbasiyah berjaya adalah Harun Ar-Rasyid, kemudian puncaknya diraih Khalifah Al-Makmun. Foto/Ilustrasi: Ist
Khalifah yang membawa Daulah Abbasiyah berjaya adalah Khalifah Harun Al-Rasyid dan puncaknya pada pemerintahan Khalifah Al-Makmun. Pada masa ini ilmu pengetahun tumbuh pesat. Demikian juga dengan pembangunan infrastruktur .

Pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid, Baghdad berubah menjadi metropolitan paling besar di dunia. Kemegahannya bahkan mengalahkan Bizantium Romawi .

Philips K. Hitti dalam bukunya berjudul “History of The Arabs; From The Earliest Time To The Present” menyebut pada saat itu Kota Baghdad menjadi kota yang tak ada bandingannya di dunia.

Baghdad adalah merupakan ibu kota negara Dinasti Abbasiyah yang didirikan oleh Khalifah Abu Ja'far Al-Mansur (754-775 M) pada tahun 762 M.

Kota yang terletak di tepian sungai Tigris ini maraih masa keemasannya masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M), dan anaknya Al-Makmun (813-833 M).

Di kota ini banyak terdapat Kuttab (sekolah dasar menengah), Madrasah (perguruan tinggi), Darul Hikmah (perpustakaan nasional), masjid-masjid besar serta Majelis-majelis Muhadharah.



Tokoh-tokoh besar filsafat yang muncul di era ini antara lain Abu Ishak Al-Kindi, Abu Nashr Al-Faraby, Ibnu Bajah, Ibnu Thufail, Al-Ghazali. Lalu, di bidang kedokteran muncul antara lain Abu Zakaria Yuhana bin Maswaih, Sabur bin Sahal, Abu Zakaria Ar-Razy.

Ada juga Al-Khawarizmi yang menemukan angka nol dan bapak algebra dalam matematika dan ratusan tokoh lain dalam farmasi, kimia, astronomi, tafsir, hadits, kalam, dan ilmu nahasa.

Khalifah Kelima

Harun Al-Rasyid adalah khalifah kelima Dinasti Abbasiyah menggantikan Khalifah Musa Al-Hadi. Nama lengkapnya Abu Ja’far Harun bin Al-Mahdi bin Al-Manshur bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas.

Dia mendapat gelar Al-Rasyid dari ayahnya (Al-Mahdi) ketika dia sukses dalam ekspedisi militer menaklukkan Romawi. Bersamaan dengan pemberian gelar tersebut, dia pun dilantik sebagai putra mahkota setelah Musa Al-Hadi.

Imam As-Suyuthi dalam bukunya berjudul "Tarikh Khulafa’; Sejarah Para Khalifah" mengabarkan betapa Harun juga mencintai para ulama, gemar bersedekah, dan taat beribadah. Dikabarkan dia sholat sunnah seratus rakaat setiap hari. Orangnya tinggi dan kulitnya putih. Rajin membaca sholawat setiap mendengar nama Rasulullah SAW disebutkan.

Sejumlah sejarawan sepakat, bahwa era keemasan Dinasti Abbasiyah dimulai pada masa Harun Al-Rasyid, dan mencapai puncaknya di era Khalifah Al-Ma’mun.



Beberapa faktor yang mendorong lahirnya era keemasan tersebut di antaranya adalah meningkatnya gairah intektual kaum Muslimin. Meskipun agak sulit memastikan secara rinci faktor-faktor apa saja yang memicu lahirnya gairah intelektual yang besar tersebut. Tapi beberapa sejarawan menilai adanya fenomena ini tidak lepas dari peran para khalifah Abbasiyah yang sangat menggandrungi ilmu pengetahuan.

Pada era Harun Al-Rasyid, proyek penulisan dan penerjemahan buku-buku dari seluruh dunia terus digalakkan, bahkan didukung penuh oleh negara.

Khalifah Al-Makmun

Abdullah Al-Makmun bin Harun Ar-Rasyid (813-833 M) mulai memerintah Bani Abbasiyah pada 198-218 H/813-833 M. Ia adalah khalifah ketujuh Bani Abbasiyah yang melanjutkan kepemimpinan saudaranya, Al-Amin.

Untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan saat itu, Khalifah Al-Makmun memperluas Baitul Hikmah (Darul Hikmah) yang didirikan ayahnya, Harun Ar-Rasyid, sebagai Akademi Ilmu Pengetahuan pertama di dunia. Baitul Hikmah diperluas menjadi lembaga perguruan tinggi, perpustakaan, dan tempat penelitian. Lembaga ini memiliki ribuan buku ilmu pengetahuan.

Lembaga lain yang didirikan pada masa Al-Makmun adalah Majelis Al-Munazharah sebagai lembaga pengkajian keagamaan yang diselenggarakan di rumah-rumah, masjid-masjid, dan istana khalifah. Lembaga ini menjadi tanda kekuatan penuh kebangkitan Timur, di mana Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan ilmu pengetahuan dan puncak keemasan Islam.

Sayangnya, pemerintahan Al-Makmun sedikit tercemar lantaran ia melibatkan diri sepenuhnya dalam pemikiran-pemikiran teologi liberal, yaitu Muktazilah. Akibatnya, paham ini mendapat tempat dan berkembang cukup pesat di kalangan masyarakat.



Kemauan Al-Makmun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan tidak mengenal lelah. Ia ingin menunjukkan kemauan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat tradisi Yunani. Ia menyediakan biaya dan dorongan yang kuat untuk mencapai kemajuan besar di bidang ilmu. Salah satunya adalah gerakan penerjemahan karya-karya kuno dari Yunani dan Syria ke dalam bahasa Arab, seperti ilmu kedokteran, astronomi, matematika, dan filsafat alam secara umum.

Ahli-ahli penerjemah yang diberi tugas Khalifah Al-Makmun diberi imbalan yang layak. Para penerjemah tersebut antara lain Yahya bin Abi Manshur, Qusta bin Luqa, Sabian bin Tsabit bin Qura, dan Hunain bin Ishaq yang digelari Abu Zaid Al-Ibadi.

Hunain bin Ishaq adalah ilmuwan Nasrani yang mendapat kehormatan dari Al-Makmun untuk menerjemahkan buku-buku Plato dan Aristoteles. Al-Makmun juga pernah mengirim utusan kepada Raja Roma, Leo Armenia, untuk mendapatkan karya-karya ilmiah Yunani Kuno yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Selain para pakar ilmu pengetahuan dan politik, pada Khalifah Al-Makmun muncul pula sarjana Muslim di bidang musik, yaitu Al-Kindi. Khalifah Al-Makmun menjadikan Baghdad sebagai kota metropolis dunia Islam sekaligus pusat ilmu pengetahuan, pusat kebudayaan, peradaban Islam, dan pusat perdagangan terbesar di dunia selama berabad-abad lamanya.

(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيۡنَ يَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدۡوًاۢ بِغَيۡرِ عِلۡمٍ ‌ؕ كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمۡ ۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمۡ مَّرۡجِعُهُمۡ فَيُنَبِّئُهُمۡ بِمَا كَانُوۡا يَعۡمَلُوۡنَ
Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.

(QS. Al-An'am Ayat 108)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More