Perbandingan Sosok Dajjal dan Antikristus, Musuh Terbesar Umat Manusia di Akhir Zaman
Jum'at, 13 Januari 2023 - 16:50 WIB
Beliau (Rasul) bersabda, ‘Ketika si pendusta melihatnya (Nabi ‘Isa), maka dia akan mencair bagaikan garam yang mencair di dalam air.
Selanjutnya dia berjalan menujunya, lalu membunuhnya hingga pepohonan dan bebatuan berkata, ‘Wahai Ruuhullaah, ini orang Yahudi,” maka dia tidak meninggalkan seorang pun yang mengikutinya (Dajjal) melainkan dia membunuhnya.”
Blasteran Setan
Siapakah sejatinya Dajjal itu? Apakah dia sebangsa manusia, ataukah makhluk gaib macam setan atau jin. Ada yang bilang, Dajjal adalah blasteran manusia dan jin. Ayahnya, manusia dan ibunya jin.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam kitab "Fatawa Anil Iman wa Arkaniha" yang disusun Abu Muhammad Asyraf bin Abdul Maqshud mengatakan bahwa Dajjal berasal dari anak cucu Adam alias manusia.
Hanya saja, ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa ia adalah setan. Sebagian ulama lagi menyatakan bahwa ayahnya manusia dan ibunya jin. "Pendapat-pendapat ini tidak benar. Yang jelas bahwa Dajjal adalah anak keturunan Adam dan dia butuh makan, minum dan lain-lain. Oleh karena itu Nabi Isa membunuhnya secara wajar sebagaimana membunuh manusia biasa," ujar Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.
Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil dalam kitab Asyraathus Saa’ah menjelaskan lafazh ad-Dajjal diambil dari perkataan orang Arab (دَجَلَ الْبَعِيْرَ), makna-nya adalah dicat dengan ter dan menutupi dengannya. Makna asal dari kata (الدَّجَلُ) ad-Dajalu adalah mencampuradukkan, dikatakan “دَجَلَ إِذَا لَبِسَ وَمَوَّهَ” maknanya adalah merancukan dan mengaduk-aduk.
Jadi, Dajjal adalah orang yang merancukan, pendusta dan yang diberikan sesuatu yang luar biasa. Kata tersebut termasuk bentuk mubaalaghah (melebihkan) dengan wazan (فَعَّالٌ), jadi maknanya adalah banyaknya kebohongan juga kerancuan darinya. Bentuk jamaknya (دَجَّالُوْنَ), sementara Imam Malik menjamakkannya dengan kata (دَجَاجَلَةُ), dan termasuk jama’ taksir.
Al-Qurthubi dalam At-Tadzkirah menuturkan bahwa Dajjal secara bahasa memiliki sepuluh makna. Dan lafazh Dajjal menjadi sebutan nama untuk al-Masih yang buta lagi pendusta. Jika dikatakan “Dajjal”, orang langsung ingat hanya kepadanya. Dia dinamakan Dajjal karena telah menutupi kebenaran dengan kebatilan, atau karena dia telah menutupi kekufurannya di hadapan manusia dengan kebohongan, juga perancuannya kepada mereka.
Ada juga yang mengatakan bahwa dia menutupi perkara yang benar dengan jumlah pengikutnya yang banyak.
Selanjutnya dia berjalan menujunya, lalu membunuhnya hingga pepohonan dan bebatuan berkata, ‘Wahai Ruuhullaah, ini orang Yahudi,” maka dia tidak meninggalkan seorang pun yang mengikutinya (Dajjal) melainkan dia membunuhnya.”
Blasteran Setan
Siapakah sejatinya Dajjal itu? Apakah dia sebangsa manusia, ataukah makhluk gaib macam setan atau jin. Ada yang bilang, Dajjal adalah blasteran manusia dan jin. Ayahnya, manusia dan ibunya jin.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam kitab "Fatawa Anil Iman wa Arkaniha" yang disusun Abu Muhammad Asyraf bin Abdul Maqshud mengatakan bahwa Dajjal berasal dari anak cucu Adam alias manusia.
Hanya saja, ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa ia adalah setan. Sebagian ulama lagi menyatakan bahwa ayahnya manusia dan ibunya jin. "Pendapat-pendapat ini tidak benar. Yang jelas bahwa Dajjal adalah anak keturunan Adam dan dia butuh makan, minum dan lain-lain. Oleh karena itu Nabi Isa membunuhnya secara wajar sebagaimana membunuh manusia biasa," ujar Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.
Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil dalam kitab Asyraathus Saa’ah menjelaskan lafazh ad-Dajjal diambil dari perkataan orang Arab (دَجَلَ الْبَعِيْرَ), makna-nya adalah dicat dengan ter dan menutupi dengannya. Makna asal dari kata (الدَّجَلُ) ad-Dajalu adalah mencampuradukkan, dikatakan “دَجَلَ إِذَا لَبِسَ وَمَوَّهَ” maknanya adalah merancukan dan mengaduk-aduk.
Jadi, Dajjal adalah orang yang merancukan, pendusta dan yang diberikan sesuatu yang luar biasa. Kata tersebut termasuk bentuk mubaalaghah (melebihkan) dengan wazan (فَعَّالٌ), jadi maknanya adalah banyaknya kebohongan juga kerancuan darinya. Bentuk jamaknya (دَجَّالُوْنَ), sementara Imam Malik menjamakkannya dengan kata (دَجَاجَلَةُ), dan termasuk jama’ taksir.
Al-Qurthubi dalam At-Tadzkirah menuturkan bahwa Dajjal secara bahasa memiliki sepuluh makna. Dan lafazh Dajjal menjadi sebutan nama untuk al-Masih yang buta lagi pendusta. Jika dikatakan “Dajjal”, orang langsung ingat hanya kepadanya. Dia dinamakan Dajjal karena telah menutupi kebenaran dengan kebatilan, atau karena dia telah menutupi kekufurannya di hadapan manusia dengan kebohongan, juga perancuannya kepada mereka.
Ada juga yang mengatakan bahwa dia menutupi perkara yang benar dengan jumlah pengikutnya yang banyak.
(mhy)