7 Karomah Habib Husein Luar Batang yang Cukup Populer

Jum'at, 20 Januari 2023 - 05:10 WIB
loading...
7 Karomah Habib Husein Luar Batang yang Cukup Populer
Makam Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus dan masjid peninggalan beliau di Kampung Luar Batang Jakarta Utara, tak pernah sepi dari peziarah. Foto/SINDOnews
A A A
Karomah Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus atau dikenal dengan "Habib Luar Batang" cukup populer di kalangan pecinta ulama dan Ahli Bait Nabi. Beliau adalah ulama besar yang mencapai derajat Waliyullah.

Keharuman nama beliau selalu dikenang umat muslim terutama para pecinta ulama karena jasanya menebarkan dakwah Islam di tanah Betawi (dulu Batavia) pada abad ke-18 M. Bahkan hingga kini makam dan masjid peninggalan beliau di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara, tak pernah sepi dari peziarah.

Baca Juga: Mengenal Al Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus (Habib Keramat)

Bagi masyarakat muslim Indonesia khususnya warga Jakarta sekitarnya, Makam Keramat Luar Batang merupakan salah satu tujuan wisata religi. Para ulama dan Habaib juga sering berziarah ke makam tersebut.

Ada beberapa karomah Habib Husein Luar Batang yang cukup populer. Karomah adalah kejadian luar biasa pada seseorang wali Allah. Karomah merupakan anugerah Allah kepada orang-orang saleh karena ketakwaannya.

Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus lahir di Miqab, dekat Hazam, sebuah desa di Hadhramaut, Yaman, sekitar tiga abad silam. Tidak ada riwayat pasti tentang tanggal kelahirannya. Pada usia 11 tahun, beliau ditinggal wafat oleh ayahnya.

Habib Husein wafat pada Hari Kamis tanggal 17 Ramadhan 1169 H atau bertepatan 27 Juni 1756 M. Pada masa kecilnya, Beliau diasuh oleh seorang ibu yang menafkahinya dari hasil pekerjaan sebagai pemintal benang. Habib Husein hidup dalam kesederhanaan.

Sebelum Habib Husein hijrah ke tanah Jawa, beliau terlebih dulu singgah ke India di sebuah daerah bernama Surati atau lebih dikenal Gujarat. Beliau pernah menimba ilmu kepada Quthbil Irsyad, Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad.

Menurut keterangan Habib Ali bin Husein Alattas dalam Kitabnya Taajul A'rasy mengatakan bahwa Habib Husein Alaydrus sebelum hijrah ke Indonesia, beliau telah mendapatkan mandat kepercayaan dari guru beliau Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad untuk menebarkan dakwah Islam.

Beliau Hijrah dari Hadramaut ke India dan Asia Timur kemudian sampai di di pulau Jawa tepatnya di Pelabuhan Sunda Kelapa. Setibanya di Pelabuhan Sunda Kelapa, beliau diusir oleh penjajah Belanda. Akhirnya dengan bantuan para Muhibbin di malam hari dengan menggunakan sekoci beliau tiba kembali di Pelabuhan Sunda Kelapa.
7 Karomah Habib Husein Luar Batang yang Cukup Populer

Habib Husein Luar Batang kemudian berdakwah di tanah Betawi. Namun, saat itu Belanda sangat sensitif kepada para ulama karena di Sunda Kelapa masih ada bekas-bekas pertempuran Sunda Kelapa di bawah pimpinan Sunan Gunung Jati Al-Imam Syarif Hidayatullah dan Fatahillah, sehingga penjagaannya sangat ketat. Habib Husein Alaydrus pun dicurigai sebagai pemberontak dan akhirnya dimasukkan ke dalam penjara, yang berada di sekitar Glodok.

Kisah Habib Husein Alaydrus dalam berdakwah sangat luar biasa. Salah satu karomah beliau di pagi hari berada di dalam penjara, menjelang Maghrib tidak ada di dalam penjara. Ajaibnya beliau sedang menyampaikan dakwah di musholla dan masjid-masjid sehingga membuat takut para sipir penjara.

Akhirnya kepala sipir penjara meminta agar Habib Husein keluar saja dari dalam penjara, namun beliau menolaknya. Hingga akhirnya seiring waktu beliau bebas dari penjara.

Berikut 7 Karomah Habib Husein Luar Batang

1. Menjadi Mesin Pemintal Benang
Pada masa mudanya, di tanah kelahirannya Hadhramaut Yaman, Habib Husein belajar kepada seorang ulama besar di kampung kelahirannya. Pada hari-hari libur ia pulang untuk menyambangi ibunya.

Pada suatu malam ketika berada di rumahnya, ibunda Habib Husein meminta tolong agar ia bersedia membantu mengerjakan pintalan benang yang ada di gudang. Habib Husein segera menyanggupi, dan ia segera ke gudang untuk mengerjakan apa yang di perintahkan ibunya.

Makan malam juga telah disediakan. Menjelang pagi hari, ibu Husein membuka pintu gudang. Ia sangat heran karena makanan yang disediakan masih utuh belum dimakan Husein. Selanjutnya ibunya kaget melihat hasil pintalan benang begitu banyaknya. Sang ibu tercengang melihat kejadian ini.

Dalam benaknya terpikir bagaimana mungkin hasil pemintalan benang yang seharusnya dikerjakan dalam beberapa hari, malah hanya dikerjakan kurang dari semalam. Padahal Habib Husein dijumpai dalam keadaan tidur pulas di sudut gudang. Kejadian ini oleh ibunya diceritakan kepada guru thariqah yang membimbing Habib Husein. Mendengar cerita itu maka ia bertakbir sambil berucap: "Sungguh Allah berkehendak pada anakmu, untuk diperolehnya derajat yang besar di sisi-Nya. Hendaklah ibu berbesar hati dan jangan bertindak keras kepadanya, rahasiakanlah segala sesuatu yang terjadi pada anakmu."

2. Menolong Warga Gujarat dari Bencana Kekeringan
Ketika hijrah dari Hadhramuat Yaman, Habib Husein singgah di daratan India, tepatnya di Surati atau lebih dikenal Gujarat. Kehidupan kota tersebut bagaikan kota mati karena dilanda kekeringan dan wabah kolera.

Kedatangan Habib Husein di daerah itu disambut oleh ketua adat setempat, kemudian beliau dibawa kepada kepala wilayah serta beberapa penasehat para normal. Masyarakat setempat sangat mengharapkan orang yang dapat menolong mereka keluar dari bencana kekeringan itu.

Habib Husein menyangupi bahwa dengan pertolongan Allah, ia akan membantu negeri ini menjadi daerah yang subur. Akan tetapi syaratnya mereka mengucapkan dua kalimat Syahadat dan menerima Islam sebagai agamanya.

Ada kisah menarik, Habib Husein meminta mereka membuat sumur dan sebuah kolam. Setelah sumur tergali, kemudian beliau mengajak para penduduk menengadahkan tangan. Seketika itu turunlah hujan yang sangat deras memenuhi sumur itu. Atas izin Allah, hujan turun sangat lebat, membasahi seluruh daratan yang tandus.

Sejak itu pula tanah yang kering berubah menjadi subur. Warga yang terserang wabah penyakit pun sembuh setelah mandi di kolam tersebut. Kota yang dahulunya mati kini berangsur makmur dan masyarakatnya hidup sejahtera. Banyak warga berbondong-bondong belajar agama Islam. Habib Husein ketika itu masih sangat muda (diperkirakan usianya 25 tahun).

3. Melindungi Tawanan Hingga Masuk Islam
Dari Gujarat India, Habib Husein melanjutkan hijrahnya ke Asia Tenggara untuk menebarkan dakwah Islam. Beliau menuju pulau Jawa, dan menetap di tanah Batavia (Jakarta). Pada masa itu Jakarta dalam jajahan pemerintahan VOC Belanda.

Pada suatu malam Habib Husein dikejutkan oleh kedatangan seorang yang berlari mencari perlidungan karena dikejar tentara VOC. Dengan pakaian basah kuyub ia meminta perlindungan karena akan dihukum mati. Ia adalah tawanan dari sebuah kapal dagang Tionghoa.

Esok harinya datanglah pasukan berkuda VOC ke kediaman Habib Husein untuk menangkap tawanan itu. Namun, beliau menolak melepaskan tawanan itu sambil berkata: "Aku akan melindungi tawanan ini dan aku adalah jaminannya."

Rupanya ucapan itu membuat pasukan VOC ketakutan. Semua menundukkan kepala dan akhirnya pergi, sedangkan tawanan Tionghoa itu berterima kasih kepada Habib Husein, hingga akhirnya ia memeluk Islam.

4. Menjadi Imam di Penjara
Dalam waktu yang singkat banyak orang datang belajar Islam ke rumah Habib Husein. Banyaknya warga yang datang membuat penguasa VOC khawatir akan keamanan. Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut utamanya ditangkap dan dimasukkan ke penjara Glodok. Bangunan penjara itu juga dikenal dengan sebutan "Seksi Dua."

Rupanya dalam tahanan Habib Husein ditempatkan dalam kamar terpisah dan ruangan yang sempit. Sedangkan pengikutnya ditempatkan di ruangan yang besar bersama tahanan yang lain.
Polisi penjara dibuat terheran-heran karena di tengah malam melihat Habib Husein menjadi imam di ruangan yang besar, memimpin sholat bersama-sama para pengikutnya.

Hingga menjelang Subuh masyarakat di luar pun ikut bermakmum. Anehnya dalam waktu bersamaan pula polisi penjara melihat Habib Husein tidur nyenyak di kamar ruangan yang sempit itu, dalam keadaan tetap terkunci.

Kejadian itu menjadi buah bibir di kalangan pemerintahan VOC. Dengan segala pertimbangan akhirnya pemerintah Belanda meminta maaf atas penahanan beliau. Akhirnya Habib Husein beserta semua pengikutnya dibebaskan dari tahanan.

5. Meramal Sinyo Belanda Menjadi Gubernur
Pada suatu hari Habib Husein ditemani seorang mualaf Tionghoa yang telah berubah nama "Abdul Kadir" duduk berteduh di daerah Gambir. Ketika mereka beristirahat lewatlah seorang Sinyo (anak Belanda di masa kolonial) mendekat ke Habib Husein. Seketika Habib Husein menghentakkan tangannya ke dada anak Belanda tersebut.

Si Sinyo kaget dan berlari ke arah pembantunya. Dengan cepat Habib Husein meminta temannya untuk menghampiri pembantu anak Belanda itu, untuk menyampaikan pesan agar disampaikan kepada majikannya, bahwa kelak anak ini akan menjadi seorang pembesar di negeri ini.

Seiring berjalannya waktu, anak Belanda itu melanjutkan sekolah tinggi di negeri Belanda. Kemudian setelah lulus ia dipercaya dan diangkat menjadi Gubernur Batavia. Ramalan Habib Husein menjadi kenyataan.

6. Hadiah Uang Dibuang ke Laut Hingga Sampai kepada Ibunya
Gubernur Batavia yang pada masa kecilnya pernah diramal Habib Husein akan menjadi orang besar di negeri ini, ternyata benar adanya. Rupanya Gubernur muda itu menerima wasiat dari ayahnya agar ia membalas budi dan tidak melupakan jasa Habib Husein.

Akhirnya Gubernur Batavia menghadiahkan beberapa karung uang kepada Habib Husein. Uang itu diterimanya namun beliau membuangnya ke laut. Setiap menerima uang dari sang gubernur, Habib Husein selalu membuangnya ke laut.

Gubernur yang memberi uang menjadi penasaran dan akhirnya bertanya mengapa uang pemberiannya selalu dibuang ke laut. Habib Husein menjawab bahwa uang itu dikirimkan untuk ibunya di Yaman.

Gubernur itu pun makin dibuat penasaran. Ia memerintahkan penyelam untuk mencari karung uang yang dibuang ke laut, tak satu keeping uang pun ditemukan. Selanjutnya Gubernur Batavia berupaya untuk membuktikan kebenaran ucapan Habib Husein itu, Ia mengutus seorang ajudan ke Yaman untuk bertemu dan menanyakannya kepada ibu Habib Husein.

Sekembalinya dari Yaman, ajudan Gubernur melaporkan bahwa benar adanya. Ibu Habib Husein telah menerima sejumlah uang yang dibuang ke laut itu pada hari dan tanggal yang sama.

7. Keberkahan Kampung Luar Batang
Gubernur Batavia sangat perhatian kepada Habib Husein. Ia pun menanyakan apa keinginan Habib Husein. Dijawab oleh beliau: "Saya tidak mengharapkan apapun dari tuan."

Akan tetapi Gubernur itu sangat bijak. Ia menghadiahkan sebidang tanah di Kampung baru, sebagai tempat tinggal dan peristirahatan yang terakhir. Habib Husein meninggal dunia pada hari Kamis tanggal 17 Ramadhan 1169 atau bertepatan tanggal 27 Juni 1756 M.

Sesuai peraturan pada masa itu bahwa setiap orang asing harus dikuburkan di pemakaman khusus yang terletak di Tanah Abang. Sebagai mana layaknya, jenazah Habib Husein diusung dengan keranda. Ternyata sesampainya di pekuburan, jenazah Habib Husein tidak ditemukan di dalam keranda.

Ajaibnya, jenazah Habib Husein kembali berada di tempat tinggalnya semula. Pengantar jenazah mencoba kembali mengusung jenazah Habib Husein ke pekuburan yang dimaksud, namun jenazah Habib Husein tetap saja berada di tempat tinggal semula.

Akhirnya para pengantar jenazah memahami dan bersepakat untuk memakamkan jenazah Habib Husein di kediamannya sendiri. Kemudian orang-orang menyebutnya "Kampung Baru Luar Batang" dan kini dikenal sebagai "Kampung Luar Batang."
7 Karomah Habib Husein Luar Batang yang Cukup Populer

Untuk diketahui, semasa hiduonya beliau pernah melanjutkan perjalanan dakwahnya ke Cirebon. Dalam perjalanan dakwahnya itu beliau menikah dengan seorang Syarifah dari marga bin Yahya bernama Aminah kemudian melahirkan seorang putri yang diberi nama Fathimah.

Syarifah Fatimah binti Husein Abubakar Al-Aydrus kemudian dinikahkan dengan Sayyid Thoha bin Yahya yang diakui kealimannya. Beliau menjadi guru para sultan, adipati dan senopati di wilayah Jawa.

Karena itu beliau diberi gelar oleh Keraton dengan nama Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Prawiro Kusumo karena sebelum menetap di Mataram beliau pernah tinggal di Pakistan, India dan penang Malaysia.

Nasab Beliau Bersambung kepada Nabi Muhammad SAW
Berikut silsilah nasab beliau yang bersambung kepada baginda Nabi Muhammad dari jalur Sayyidina Husein, cucu Rasulullah SAW.

Habib Husein bin Abubakar bin Abdullah bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Husein bin Abdullah Al-Aydrus bin Abubakar Al-Sakran bin Abdurrahman Assaqqaf bin Muhammad Maula Al-Dawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khala' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin ‘Ubaidillah bin Ahmad Al- Muhajir bin ‘Isa bin Muhammad An- Naqib bin Ali-‘Uraidhi bin Ja'far Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wasalam.

Itulah tujuh karomah Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus atau dikenal dengan Habib Luar Batang. Semoga beliau dikumpulkan bersama kaum sholihin.

Referensi:
1. Buku Riwayat singkat dan karomah Al-Habib Husein bin Abu Bakar Al-Aydrus karya Sayyid Abdullah bin Abu Bakar Al-aydrus
2. Taajul A'ras Jilid II karya Habib Ali bin Husein al-Atthas (Habib Ali Bungur)
3. Pustaka Pejaten.



Wallahu A'lam
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.7987 seconds (0.1#10.140)