Kisah Imam Sirri As-Saqothi Istighfar 30 Tahun karena Ucapan Hamdalah
loading...
A
A
A
Bagi pecinta ilmu tasawuf, pasti tidak asing dengan sosok ulama sufi Imam Sirri as-Saqothi (wafat 253 H di Baghdad). Guru sekaligus paman Imam Junaid al-Baghdadi punya kisah menarik yang terbilang unik.
Biasanya seseorang bertaubat atau beristighfar karena perbuatan maksiat, namun Imam Sirri justru bertaubat kepada Allah karena ucapan Alhamdulillah. Tidak tanggung-tanggung, beliau membaca istighfar selama 30 tahun.
Imam Sirri bernama lengkap Abi al-Hasan Sarri ibn al-Mughilis as-Saqathi. Beliau adalah seorang ulama besar dengan keluasan ilmu yang mumpuni. Beliau menguasai ilmu hadits, fikih, ilmu sejarah, tasawuf, ilmu kalam dan filsafat. Beliau suka menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah Ta'ala.
Imam Junaid Al-Baghdadi pernah berkata: "Aku tidak melihat seorang yang lebih hebat ibadahnya daripada Imam Sirii as-Saqathi." Selama 98 tahun beliau tidak pernah berbaring kecuali pada saat sakit jelang wafatnya. Beliau senantiasa beribadah kepada Allah baik siang atau malam hari. Beliau tidur dalam keadaan duduk, sehingga wudhunya tidak batal.
Beliau mendapat julukan dari masyarakat dan muridnya, Al-Mughilis karena beliau tidak pernah keluar rumah kecuali hanya untuk beribadah. Berikut sekelumit kisah beliau beristighfar selama 30 tahun karena pernah mengucap hamdalah diceritakan dalam Al-I'lam karya Ibn Al-Mulaqqin.
Suatu ketika Imam Sirri mendengar kalau kompleks tempat tinggalnya kebakaran. Rumah-rumah dan toko-toko di sana hampir semua hangus terbakar. Lalu datanglah seseorang membawa berita bahwa rumahnya selamat dari kebakaran itu. Imam Sirri pun bersyukur dan mengucapkan hamdalah (alhamdulillaah).
Setelah itu beliau kemudian merenung dan berfikir. "Seharusnya saya ikut bersedih atas apa yang menimpa saudara-saudara seiman saya.Tidak adakah sedikitpun perasaan sedih di hatimu atas musibah yang menimpa banyak orang, wahai Sari?"
Di sini beliau teringat pesan Nabi: "Barang siapa melewatkan waktu paginya tanpa memerhatikan urusan kaum muslimin, niscaya bukanlah ia termasuk dari kaum muslimin".
Beliau merasa bersalah karena sempat senang di atas penderitaan orang lain. Akhirnya beliau beristighfar kepada Allah selama 30 tahun lamanya.
Tak hanya istighfar, harta bendanya yang tersisa dikeluarkan dan dibagikan kepada masyarakat yang terkena musibah, terutama untuk anak yatim dan fakir miskin.
Itulah sekelumit kisah Imam Sirri yang sarat dengan hikmah dan pelajaran. Semoga bermanfaat.
Biasanya seseorang bertaubat atau beristighfar karena perbuatan maksiat, namun Imam Sirri justru bertaubat kepada Allah karena ucapan Alhamdulillah. Tidak tanggung-tanggung, beliau membaca istighfar selama 30 tahun.
Imam Sirri bernama lengkap Abi al-Hasan Sarri ibn al-Mughilis as-Saqathi. Beliau adalah seorang ulama besar dengan keluasan ilmu yang mumpuni. Beliau menguasai ilmu hadits, fikih, ilmu sejarah, tasawuf, ilmu kalam dan filsafat. Beliau suka menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah Ta'ala.
Imam Junaid Al-Baghdadi pernah berkata: "Aku tidak melihat seorang yang lebih hebat ibadahnya daripada Imam Sirii as-Saqathi." Selama 98 tahun beliau tidak pernah berbaring kecuali pada saat sakit jelang wafatnya. Beliau senantiasa beribadah kepada Allah baik siang atau malam hari. Beliau tidur dalam keadaan duduk, sehingga wudhunya tidak batal.
Beliau mendapat julukan dari masyarakat dan muridnya, Al-Mughilis karena beliau tidak pernah keluar rumah kecuali hanya untuk beribadah. Berikut sekelumit kisah beliau beristighfar selama 30 tahun karena pernah mengucap hamdalah diceritakan dalam Al-I'lam karya Ibn Al-Mulaqqin.
Suatu ketika Imam Sirri mendengar kalau kompleks tempat tinggalnya kebakaran. Rumah-rumah dan toko-toko di sana hampir semua hangus terbakar. Lalu datanglah seseorang membawa berita bahwa rumahnya selamat dari kebakaran itu. Imam Sirri pun bersyukur dan mengucapkan hamdalah (alhamdulillaah).
Setelah itu beliau kemudian merenung dan berfikir. "Seharusnya saya ikut bersedih atas apa yang menimpa saudara-saudara seiman saya.Tidak adakah sedikitpun perasaan sedih di hatimu atas musibah yang menimpa banyak orang, wahai Sari?"
Di sini beliau teringat pesan Nabi: "Barang siapa melewatkan waktu paginya tanpa memerhatikan urusan kaum muslimin, niscaya bukanlah ia termasuk dari kaum muslimin".
Beliau merasa bersalah karena sempat senang di atas penderitaan orang lain. Akhirnya beliau beristighfar kepada Allah selama 30 tahun lamanya.
Tak hanya istighfar, harta bendanya yang tersisa dikeluarkan dan dibagikan kepada masyarakat yang terkena musibah, terutama untuk anak yatim dan fakir miskin.
Itulah sekelumit kisah Imam Sirri yang sarat dengan hikmah dan pelajaran. Semoga bermanfaat.
(rhs)