Maroko dan Kisah Sepasang Waliyullah Gunakan Bola sebagai Media Komunikasi

Jum'at, 09 Desember 2022 - 17:46 WIB
loading...
Maroko dan Kisah Sepasang Waliyullah Gunakan Bola sebagai Media Komunikasi
Maroko menjadi destinasi favorit bagi penuntut ilmu maupun wisatawan mancanegara. Di negara ini terdapat banyak tempat bersejarah, makam para Waliyullah dan lembaga pendidikan Islam terkenal. Foto/dok asianews
A A A
Maroko menjadi sorotan dunia setelah lolos 8 besar Piala Dunia Qatar 2022 usai kalahkan Spanyol. Keberhasilan timnas sepak bola Maroko ini membuat negara Maroko menjadi buah bibir.

Tak hanya negaranya yang unik, timnas sepak bolanya juga punya keunikan. Setiap selesai pertandingan, mereka ramai-ramai bersujud di atas rumput sebagai bentuk syukur atas kemenangan. Beberapa pemainnya juga tak sungkan memeluk orang tua dan keluarga tercintanya di tribun penonton.

Salah satu pemain timnas Maroko, Zakaria Aboukhlal adalah seorang qori, hafiz dan kerap menjadi imam sholat dan khatib Jumat. Uniknya lagi, punggawa Maroko membaca Surat Al-Fatihah sebelum adu Penalti melawan Spanyol. Selain mengandalkan kemampuan, mereka tak lupa berdoa kepada sang Khalik.

Negeri Maghribi (Al-Mamlakah Al-Maghribiyah) ini memang unik. Ada banyak fakta unik tentang negara berpenduduk muslim di ujung barat Afrika ini. Salah satunya, kisah asmara sepasang Waliyullah yang menggunakan bola sebagai media komunikasinya.

Untuk diketahui, Maroko dijuluki sebagai buminya para Wali. Di negara ini terdapat terdapat sekitar 5.000 makam Waliyullah yang umumnya adalah para pelaku tarekat (thariqah) sufi yang tersebar di seluruh Maroko.

Tak heran jika negara berpenduduk muslim 66 juta jiwa ini banyak melahirkan Ulama besar ahli tasawuf. Seperti Imam Al-Jazuli (807-870 H), pengarang kitab sholawat yang populer "Dalail Khairat". Kemudian beberapa Waliyullah asal Maroko telah melahirkan enam tarekat besar di dunia. Di antaranya, Imam Syaikh Ahmad at-Tijani; Syaikh Mohamed bin Isa Al-Mgahribi; Syaikh Abul Hasan Asy-Syadzili; Syaikh Sidi Ali bin Mohamed Al-Boudsyisyi; Syaikh Ahmad Al-Badawi; Syaikh As-Saqwati dan masih banyak lainnya.

Kisah Asmara Sepasang Waliyullah
Maroko dan Kisah Sepasang Waliyullah Gunakan Bola sebagai Media Komunikasi

Bagi masyarakat muslim Maroko, makam Waliyullah dianggap sesuatu yang sakral dan meyakini adanya barokah dari para Wali-wali Allah yang terkubur di makam itu. Mereka sering berziarah sebagai wasilah (perantara) dikabulkannya doa-doa dan hajat mereka, atas izin Allah.

Koordinator Himpunan Alumni Marokko di Indonesia (HIMAMI), Dr Med Hatta menceritakan kisah unik sepasang Waliyullah di Maroko dalam catatannya di Islamkaffah. Di antara banyak makam Wali Allah yang pernah dikunjunginya terdapat sebuah makam sepasang Wali sejoli yang fenomenal di wilayah Azemmour, yaitu Lalla 'Aicha Bahriah dan Molay Bouchuaib.

Kedua Wali sejoli ini mempunyai kisah asmara yang unik. Mereka hidup pada awal Abad ke-15 M atau sekitar abad ke-10 Hijriyah. Lalla 'Aicha pada masanya dikenal sebagai pejuang wanita yang disegani penjajah kolonial Perancis. Kelihaian berperang dan keberaniannya bersama pejuang wanita membuat kerepotan tentara penjajah di wilayah Dukkalah 'Abdah.

Menurut legenda masyarakat Maroko bahwa sesungguhnya Lalla 'Aicha Bahriah aslinya bukan warga Maroko, tapi ia adalah pendatang dari Kota Baghdad Irak. Ia datang ke Maroko demi mengejar cintanya kepada seorang Wali yang tinggal di Azemmour yaitu Molay Bouchuaib.

Alkisah, jalinan asmara keduanya terjadi dengan cara yang unik, mereka berkomunikasi jarak jauh secara spritual. Dan uniknya, media yang mereka gunakan untuk berkomunikasi adalah bola (football).

Konon, jika Molay Bouchouaib yang tinggal di Maroko rindu pada kekasihnya Lalla 'Aicha yang tinggal di Baghdad, ia hanya mengambil sebuah bola kaki lalu ditendang ke arah Baghdad (Timur) sambil berteriak "Terima-lah ini 'Aicha." Maka, Lalla 'Aicha menerima bola itu kemudian menendangnya kembali ke arah Maroko (Barat) sambil berteriak pula "terima-lah (juga) ini Bouchuaib". Dan seterusnya.

Meski ada juga versi lain yang menceritakan bahwa kisah asmara mereka diawali setelah pertemuan pertama di Baghdad, yaitu ketika Molay Bouchouaib berkelana menuntut ilmu ke Baghdad dan belajar pada seorang syaikh besar di kota itu yang tidak lain adalah orang tua 'Aicha sendiri.

Namun, cinta mereka kandas karena tidak direstui oleh kedua orang tua 'Aicha Bahria maka pulanglah Molay Bouchouaib ke Maroko dengan patah hati. Berkat cinta yang terpendam di dalam hati 'Aicha Bahri pada Molay Bouchouaib sangat dalam, maka ia memutuskan berkelana ke Maroko untuk menemui sang pujaan hati di Azemmur.

Tetapi nahas, sebelum Lalla 'Aicha Bahriah sampai ke Azemmour ia keburu dijemput ajal dengan sebuah kecelakaan perahu tenggelam di laut menjelang memasuki dermaga Azemmour, dan langsung di makamkan di sana.

Mengetahui kekasihnya meninggal dunia setelah susah payah mencari dirinya, Molay Bouchouaib dirundung penyesalan yang mendalam sehingga ia mengikrarkan dalam hatinya untuk hidup membujang selamanya. Ia berwasiat bila suatu saat ia meninggal dunia agar dimakamkan berdekatan dengan makam Lalla 'Aicha Bahriah kekasih sejatinya itu.

Dr Meh Hatta menceritakan, karena melegendanya kisah cinta Lalla 'Aicha dengan Molay Bouchouaib, meskipun tidak "Happy Ending", dan kesalehan serta keteladanan keduanya membuat makamnya ramai didatangi pengunjung lokal dan manca negara. Bahkan penziarahnya tidak terbatas pada umat Islam saja tetapi diziarahi pula oleh umat agama lain.

Yang lebih unik lagi, kata Meh Hatta, makam Lalla 'Aicha Bahriah yang bersebelahan dengan makam Molay Buoucouaib di Azemmour ini lebih khusus diziarahi oleh (umumnya) perawan tua. Yaitu para perempuan yang sudah lama menanti jodohnya tapi belum kunjung datang. Mereka meyakini bahwa keramat Lalla 'Aicha Bahriah dapat mempertemukan jodohnya dan menikah.

Berbeda dengan peziarah makam Molay Bouchouaib pengunjungnya biasanya pasangan-pasangan yang menginginkan anak laki-laki atau keturunan.

Demikian sekelumit kisah unik sepasang Wali yang makamnya selalu ramai dikunjungi di Maroko. Wallahu A'lam.

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2043 seconds (0.1#10.140)