Kisah Utsman bin Thalhah, Juru Kunci Kakbah saat Fathu Makkah
loading...
A
A
A
Utsman bin Thalhah al-‘Abdary adalah pemegang kunci Kakbah pada saat Rasulullah SAW dan umat Islam membebaskan Kota Mekkah . Kala itu, Utsman bin Thalhah belum muslim. Sedangkan pembersihan Kakbah dari berhala-berhala Quraisy merupakan salah satu program Fathu Makkah .
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menghimpun dua riwayat masyhur mengenai kisah Utsman bin Thalhah ini. Pertama, dari jalur Muhammad bin Ishaq. Rasulullah SAW meminta kunci Kakbah dari Utsman untuk beliau masuk ke dalam Kakbah. Beliau menemukan patung burung merpati dari kayu, dan beliau pun menyingkirkannya agar tidak menjadi penghalang bagi kiblat sholat.
Setelah Kakbah dibersihkan, Rasulullah SAW berdiri di depan pintu Kakbah, sementara orang-orang berkumpul di masjid. Kemudian Rasulullah berkhutbah:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، أَلَا إِنَّ كُلَّ مَأْثُرَةٍ تُعَدُّ وَتُدَّعَى، وَدَمٍ وَمَالٍ تَحْتَ قَدَمَيَّ هَاتَيْنِ إِلَّا سِدَانَةَ الْبَيْتِ، أَوْ سِقَايَةَ الْحَاجِّ…
“Tiada Tuhan selain Allah. Dia telah menepati janji-Nya, memenangkan hamba-Nya, dan menaklukkan pasukan sekutu dengan sendiri-Nya. Ketahuilah, seluruh kemuliaan yang dipersiapkan dan diklaim, darah, dan kekayaan,berada di bawah kedua kakiku ini, kecuali wewenang sidanah (perawatan Kakbah) dan siqayah (pemberi minuman kepada jamaah haji)…” (HR. Ahmad)
Setelah itu, Rasulullah duduk di dalam masjid. Datanglah Ali bin Abi Thalib ra yang membawa kunci Kakbah di tangannya, dan berkata, “Wahai Rasulullah, serahkahlah kewenangan hijabah/sidanah dan siqayah kepada kami. Selawat Allah dilimpahkan padamu.”
Namun, Rasulullah SAW malah bertanya, “Di mana Utsman bin Thalhah?”.
Dipanggillah Utsman bin Thalhah, kemudian Rasulullah memberikan kunci Kakbah itu sambil berkata, “Inilah kuncimu (kunci Kakbah) wahai Utsman, hari ini adalah hari kebaikan dan penepatan janji,” sembari membacakan ayat ke-58 dari surat An-Nisa’:
۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا
Artinya: Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. ( QS An-Nisa : 58)
Kedua, yaitu riwayat dari Ibnu Mardawaih dari jalur al-Kalbiy, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas. Saat peristiwa Fathu Makkah, Rasulullah SAW memanggil Utsman bin Thalhah dan berkata kepadanya, “Berikan aku kunci Kakbah.” Utsman pun menemui Rasulullah dengan membawa kunci tersebut.
Namun begitu, Utsman menyodorkan kunci itu, Abbas bin Abdul Muthalib berdiri menghampiri Rasulullah SAW, dan berkata, “Wahai Rasulullah, demi ayahku dan ibuku, berikanlah kunci itu dan wewenang memberi minum orang haji kepadaku.” Utsman pun menarik tangannya kembali.
Rasulullah SAW kembali berkata, “Berikan kepadaku kuncinya, wahai Utsman.” Utsman kembali menyodorkan kuncinya, tetapi Abbas mengatakan permintaannya lagi, dan Utsman pun menarik tangannya lagi.
Rasulullah SAW kemudian bersabda, “Wahai Utsman, jika kau beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, berikanlah aku kuncinya.” Setelah itu, Utsman pun akhirnya bisa benar-benar memberikannya seraya berkata, “Inilah kuncinya, dengan amanah Allah SWT.”
Rasulullah SAW menemukan patung Ibrahim as di dalamnya, dengan obor api yang biasa disembah oleh kaum Quraisy. Singkat cerita, Rasulullah pun menyingkirkannya. Setelah itu, Rasulullah keluar dari Kakbah dan tawaf sekali atau dua kali putaran.
Saat itulah Jibril as turun dan menyampaikan ayat ke-58 surat Alnisa’, agar kunci Kakbah dikembalikan kepada Utsman. Rasulullah SAW pun melakukannya, mengembalikan kunci tersebut kepada Utsman sambil menyampaikan ayat tersebut.
Sepeninggalnya, Utsman bin Thalhah menyerahkan kunci Kakbah kepada sepupunya, Syaibah.
Keturunan Qushayy
Al-Qurthubi dalam "al-Isti’ab fi Ma’rifatis Shahabah" menyebut leluhur Utsman bin Thalhah adalah pemegang kunci Kakbah. Nasab Utsman bin Thalhah adalah Utsman bin Thalhah bin Abdullah bin Abdul Uzza bin Utsman bin Abdud Dar bin Qushayy bin Kilab al-Qurasyi al-‘Abdariy.
Ayahnya bernama Thalhah bin Abi Thalhah, dan pamannya bernama Utsman bin Abi Thalhah. Ia memiliki tiga saudara; Musafi’, al-Jallas, dan al-Harits. Mereka semua mati terbunuh dalam keadaan kafir pada Perang Uhud.
Utsman bin Thalhah masuk Islam pada tahun 8 Hijriah, bersama Khalid bin Walid dan Amru bin al-‘Ash. Saat bertemu Utsman di perjalanan menuju Madinah, Khalid sempat ragu untuk mengajaknya masuk Islam, lantaran ia mengerti bahwa seluruh keluarga Utsman terbunuh oleh kaum Muslim pada Perang Uhud.
Namun ternyata, setelah Khalid menawarkannya, Utsman pun setuju untuk bergabung dengannya. Bersama Amru bin al-Ash, berangkatlah mereka bertiga ke Madinah untuk bersama berbaiat kepada Rasulullah Saw. dan masuk Islam.
Utsman lalu tinggal di Madinah sampai Rasulullah wafat. Sepeninggal beliau, Utsman kembali ke Mekkah dan tinggal sana, sampai wafatnya pada tahun 42 H. Sepeninggalnya, kunci Kakbah diserahkan kepada Syaibah, sepupunya.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menghimpun dua riwayat masyhur mengenai kisah Utsman bin Thalhah ini. Pertama, dari jalur Muhammad bin Ishaq. Rasulullah SAW meminta kunci Kakbah dari Utsman untuk beliau masuk ke dalam Kakbah. Beliau menemukan patung burung merpati dari kayu, dan beliau pun menyingkirkannya agar tidak menjadi penghalang bagi kiblat sholat.
Setelah Kakbah dibersihkan, Rasulullah SAW berdiri di depan pintu Kakbah, sementara orang-orang berkumpul di masjid. Kemudian Rasulullah berkhutbah:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، أَلَا إِنَّ كُلَّ مَأْثُرَةٍ تُعَدُّ وَتُدَّعَى، وَدَمٍ وَمَالٍ تَحْتَ قَدَمَيَّ هَاتَيْنِ إِلَّا سِدَانَةَ الْبَيْتِ، أَوْ سِقَايَةَ الْحَاجِّ…
“Tiada Tuhan selain Allah. Dia telah menepati janji-Nya, memenangkan hamba-Nya, dan menaklukkan pasukan sekutu dengan sendiri-Nya. Ketahuilah, seluruh kemuliaan yang dipersiapkan dan diklaim, darah, dan kekayaan,berada di bawah kedua kakiku ini, kecuali wewenang sidanah (perawatan Kakbah) dan siqayah (pemberi minuman kepada jamaah haji)…” (HR. Ahmad)
Setelah itu, Rasulullah duduk di dalam masjid. Datanglah Ali bin Abi Thalib ra yang membawa kunci Kakbah di tangannya, dan berkata, “Wahai Rasulullah, serahkahlah kewenangan hijabah/sidanah dan siqayah kepada kami. Selawat Allah dilimpahkan padamu.”
Namun, Rasulullah SAW malah bertanya, “Di mana Utsman bin Thalhah?”.
Dipanggillah Utsman bin Thalhah, kemudian Rasulullah memberikan kunci Kakbah itu sambil berkata, “Inilah kuncimu (kunci Kakbah) wahai Utsman, hari ini adalah hari kebaikan dan penepatan janji,” sembari membacakan ayat ke-58 dari surat An-Nisa’:
۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا
Artinya: Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. ( QS An-Nisa : 58)
Kedua, yaitu riwayat dari Ibnu Mardawaih dari jalur al-Kalbiy, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas. Saat peristiwa Fathu Makkah, Rasulullah SAW memanggil Utsman bin Thalhah dan berkata kepadanya, “Berikan aku kunci Kakbah.” Utsman pun menemui Rasulullah dengan membawa kunci tersebut.
Namun begitu, Utsman menyodorkan kunci itu, Abbas bin Abdul Muthalib berdiri menghampiri Rasulullah SAW, dan berkata, “Wahai Rasulullah, demi ayahku dan ibuku, berikanlah kunci itu dan wewenang memberi minum orang haji kepadaku.” Utsman pun menarik tangannya kembali.
Rasulullah SAW kembali berkata, “Berikan kepadaku kuncinya, wahai Utsman.” Utsman kembali menyodorkan kuncinya, tetapi Abbas mengatakan permintaannya lagi, dan Utsman pun menarik tangannya lagi.
Rasulullah SAW kemudian bersabda, “Wahai Utsman, jika kau beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, berikanlah aku kuncinya.” Setelah itu, Utsman pun akhirnya bisa benar-benar memberikannya seraya berkata, “Inilah kuncinya, dengan amanah Allah SWT.”
Rasulullah SAW menemukan patung Ibrahim as di dalamnya, dengan obor api yang biasa disembah oleh kaum Quraisy. Singkat cerita, Rasulullah pun menyingkirkannya. Setelah itu, Rasulullah keluar dari Kakbah dan tawaf sekali atau dua kali putaran.
Saat itulah Jibril as turun dan menyampaikan ayat ke-58 surat Alnisa’, agar kunci Kakbah dikembalikan kepada Utsman. Rasulullah SAW pun melakukannya, mengembalikan kunci tersebut kepada Utsman sambil menyampaikan ayat tersebut.
Sepeninggalnya, Utsman bin Thalhah menyerahkan kunci Kakbah kepada sepupunya, Syaibah.
Keturunan Qushayy
Al-Qurthubi dalam "al-Isti’ab fi Ma’rifatis Shahabah" menyebut leluhur Utsman bin Thalhah adalah pemegang kunci Kakbah. Nasab Utsman bin Thalhah adalah Utsman bin Thalhah bin Abdullah bin Abdul Uzza bin Utsman bin Abdud Dar bin Qushayy bin Kilab al-Qurasyi al-‘Abdariy.
Ayahnya bernama Thalhah bin Abi Thalhah, dan pamannya bernama Utsman bin Abi Thalhah. Ia memiliki tiga saudara; Musafi’, al-Jallas, dan al-Harits. Mereka semua mati terbunuh dalam keadaan kafir pada Perang Uhud.
Utsman bin Thalhah masuk Islam pada tahun 8 Hijriah, bersama Khalid bin Walid dan Amru bin al-‘Ash. Saat bertemu Utsman di perjalanan menuju Madinah, Khalid sempat ragu untuk mengajaknya masuk Islam, lantaran ia mengerti bahwa seluruh keluarga Utsman terbunuh oleh kaum Muslim pada Perang Uhud.
Namun ternyata, setelah Khalid menawarkannya, Utsman pun setuju untuk bergabung dengannya. Bersama Amru bin al-Ash, berangkatlah mereka bertiga ke Madinah untuk bersama berbaiat kepada Rasulullah Saw. dan masuk Islam.
Utsman lalu tinggal di Madinah sampai Rasulullah wafat. Sepeninggal beliau, Utsman kembali ke Mekkah dan tinggal sana, sampai wafatnya pada tahun 42 H. Sepeninggalnya, kunci Kakbah diserahkan kepada Syaibah, sepupunya.
(mhy)