Ketika Mekkah Jadi Negeri Para Pedagang, Begini Peran Penting Leluhur Nabi Muhammad SAW

Kamis, 20 Januari 2022 - 13:18 WIB
loading...
Ketika Mekkah Jadi Negeri Para Pedagang, Begini Peran Penting Leluhur Nabi Muhammad SAW
Mekkah menjadi negeri para pedagang berkat perjuangan leluhur Rasulullah SAW. (Foto/Ilustrasi: arabamerica.com)
A A A
Perintis perdagangan di Mekkah adalah leluhur Nabi Muhammad SAW , setidaknya ini era pasca-Qushay sebagai pengelola Kota Mekkah dan Kakbah . Abd Manaf membuat perjanjian perdamaian dengan tetangga-tetangganya.

Anak-anak Abd Manaf, yaitu Hasyim, Abd Syams, Muthalib, dan Naufal adalah pionir perdagangan di kota Mekkah. "Hasyim yang membuat ketentuan perjalanan musim, musim dingin dan musim panas. Perjalanan musim dingin ke Yaman, dan perjalanan musim panas ke Suriah," tulis Muhammad Husain Haekal dalam bukunya "Sejarah Hidup Muhammad".



Ali Husni Al-Kharbuthli dalam bukunya berjudul "Sejarah Ka’bah" menambahkan Hasyim sendiri membuat perjanjian sebagai tetangga baik dan bersahabat dengan Imperium Romawi dan dengan penguasa Ghassan.

Pihak Romawi mengizinkan orang-orang Quraisy memasuki Suriah dengan aman. Demikian juga Abd Syams membuat pula perjanjian dagang dengan Najasyi (Negus). "Selanjutnya Naufal dan Muthalib juga membuat persetujuan dengan Persia dan perjanjian dagang dengan pihak Himyar di Yaman," tutur Haekal.

Mekkah pun bertambah kuat dan bertambah makmur. Demikian pandainya penduduk kota itu dalam perdagangan sehingga tak ada pihak lain yang semasa yang dapat menyainginya.

Rombongan kafilah datang ke tempat itu dari segenap penjuru dan berangkat lagi pada musim dingin dan musim panas. Di sekitar tempat itu didirikan pasar-pasar guna menjalankan perdagangan itu.



Menurut Philip K Hitti dalam bukunya "History of the Arabs", masyarakat Mekkah yang progresif dan memiliki naluri dagang telah berhasil mengubah kota tersebut menjadi pusat kemakmuran. Dan, bangsa Arab melalui suku Quraisy termasuk pelaku dagang global paling awal di Jazirah Arab .

Fuad Hashem juga mengatakan masyarakat Mekkah memang mayoritas berprofesi sebagai pedagang. Jiwa saudagar telah menyatu dalam denyut nadi masyarakat yang hidup di tengah gurun tandus ini. Strabo (63/64 SM), Geografer dan Sejarawan Yunani Kuno, pernah melukiskan profesi sebagian besar masyarakat Arab, jika tidak pedagang pastilah makelar.

Demikian juga dengan Badia Y Leblich (1767–1818), seorang mata-mata Kristen Spanyol, menyebut bahwa masyarakat Arab telah melayani perdagangan internasional dua imperium besar (Romawi dan Persia) sejak lama.

Untuk itulah jika ditinjau dari sisi geografis, Mekkah memang terletak di tengah rute perdagangan strategis, tepat berada pada pertemuan jalur perdagangan dunia: baik darat maupun laut.

Jalur penting ini menghubungkan antara Yaman di Selatan dengan laut Arab dan Suriah di Utara. Di wilayah barat berbatasan dengan laut Merah dan Semenanjung Sinai (Mesir) di Asia Barat, dan di wilayah timur berbatasan dengan Teluk Persia. Sehingga memungkinkan terciptanya jalur perniagaan dari Timur ke Barat, yakni dari Eropa menuju Mesopotamia (Irak). Atau, perdagangan dari Selatan ke Utara, pedagang bangsa Timur (Cina, India), menuju Barat (Eropa) melalui Yaman.



Inovasi Hasyim bin Abdul Manaf
Semula Mekkah hanyalah sebagai tempat persinggahan,selain karena keberadaan Kakbah sebagai tempat ziarah spiritual juga memiliki sumber air zamzam yang cukup melimpah untuk melepas dahagakaravan pedagang di jalur tersebut.

Sehingga pola perdagangan di Mekkah lebih bersifat pasif, aktivitas jual-beli terbatas dilakukan dengan karavan yang melintasi Mekkah semata. Barulah ketika masa kepemimpinan Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay, dia melakukan inovasi dengan membuka perjalanan niaga keluar negeri dua kali dalam setahun.

Kafilah dagang meninggalkan Mekkah di musim dingin berangkat ke Selatan ke negeri Yaman yang hangat. Di Yaman mereka mendapatkan barang seperti emas, permata, sutera dan berbagai jenis tekstil dari India, serta berbagai jenis dupa dan rempah-rempah: kayu manis, kunyit, merica, jahe, dan lainnya.

Jika musim panas, mereka pergi berniaga ke negeri Syam (Suriah) dan Gaza (Palestina) yang sejuk. Dari sinilah mereka membawa anggur, telur burung unta, kulit hewan, dan berbagai komoditas lain yang berasal dari Eropa. Allah SWT melukiskan perjalanan duta dagang saudagar Quraisy ini dalam Al-Quran surat Quraisy ayat 1-2: “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy. (Yaitu) kebiasaan melakukan perjalan dagang pada musim dingin dan musim panas.”

Misi dagang ke berbagai belahan dunia Arab ini tak lepas dari faktor etos kerja Quraisy yang tinggi. Etos dagang yang tidak hanya terbatas di sekitar Makkah, tapi juga juga membuka hubungan dengan berbagai bangsa lain di belahan dunia.

Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1811 seconds (0.1#10.140)