Sahkah Tobat Ini? Saat Menjabat Korupsi, Baru Bertobat Setelah Pensiun

Jum'at, 10 Maret 2023 - 09:31 WIB
loading...
Sahkah Tobat Ini? Saat Menjabat Korupsi, Baru Bertobat Setelah Pensiun
Tobat menunggu tua dan tak berdaya sebelum ajal menjemput. Foto/Ilustrasi: myislam guide
A A A
Bagaimana kedudukan orang yang bertobat setelah dia tidak mungkin lagi melakukan maksiat? Misalnya, tobatnya seorang pejabat yang gemar korupsi dan bertobat setelah ia pensiun. Atau seorang yang ketika muda sering berzina, setelah tua dan tak punya nafsu seks bertobat atas perbuatannya waktu perkasa dulu.

Sahkah tobat orang seperti itu? Syaikh Yusuf al Qardhawi dalam bukunya yang berjudul "At Taubat Ila Allah" mengatakan satu kelompok ulama berkata: tobatnya tidak sah. "Karena tobat itu seharusnya dilakukan oleh orang yang masih mungkin menjalankan atau meninggalkan perbuatan maksiat yang ia tobatkan itu," ujarnya.

Tobat dilakukan terhadap sesuatu yang dapat dikerjakan, bukan terhadap sesuatu yang mustahil dikerjakan. Oleh karena itu tidak dapat dibayangkan tobat atas memindahkan gunung dari tempatnya, mengeringkan lautan, terbang di udara tanpa alat atau sejenisnya.



Menurut mereka, tobat adalah mengalahkan dorongan nafsu, dan mengikuti panggilan kebenaran. Sementara dalam masalah tadi tidak ada dorongan nafsu lagi, karena ia tahu tidak akan mampu mengerjakannya.

Ini adalah seperti orang yang dipaksa untuk meninggalkan sesuatu pekerjaan, dan ditugaskan secara paksa pula. Orang yang seperti ini tidak sah tobatnya.

Yang diterima fitrah dan akal manusia adalah, tobat orang yang pailit dan yang kejepit, adalah tobat yang tidak dapat diterima, dan tidak terpuji. Malah mereka menamakannya sebagai tobat orang pailit dan tobat orang kejepit.

Seorang penyair berkata: "Maka segera ku tanyakan tentang tobatnya ku dapati ternyata tobatnya adalah tobat orang yang pailit"!

Ini juga menunjukkan bahwa teks-teks yang banyak dan jelas menunjukkan bahwa tobat yang dilakukan ketika datang maut adalah tidak bermanfaat. Karena itu adalah tobat orang yang kepepet dan tidak memiliki pilihan lain: Allah SWT berfirman:

إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَٰئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا

"Sesungguhnya tobat di sisi Allah hanyalah tobat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertobat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah tobatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: Sesungguhnya saya bertaubat sekarang. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih." [ QS an Nisa : 17-18]



Syaikh Yusuf al Qardhawi menjelaskan dan "al-jahalah" di sini maksudnya adalah: ketidak tahuan kerja, meskipun ia tahu akan keharaman itu.

Qatadah berkata: para sahabat Rasulullah SAW berijma' bahwa seluruh perbuatan yang di dalamnya Allah SWT dimaksiati adalah kebodohan. Baik secara sengaja atau tidak. Dan seluruh orang yang maksiat kepada Allah SWT adalah orang yang bodoh. Sedangkan tobat secepatnya adalah, menurut mayoritas mufassir, tobat itu adalah tobat sebelum orang itu menghadapi ajalnya.

Ikrimah berkata: ia adalah tobat sebelum mati.

Dhahhak berkata: ia adalah tobat sebelum menjumpai malaikat maut.

As-Sudi dan al Kulabi berkata: yaitu agar orang bertobat pada waktu sehatnya dan sebelum ia sakit menjelang matinya.

Sayyid Rasyid Ridha memberikan komentar atas pendapat-pendapat itu. Manusia banyak tertipu dengan zahir pendapat-pendapat ini dalam menafsirkan ayat-ayat al Quran dan hadis-hadis itu, membuat mereka banyak menunda tobat, dan terus melakukan kemaksiatan, sehingga kemaksiatan itu melekat kuat dalam hati mereka, dan nafsu mereka menyenanginya.



Hal itu kemudian menjadi instink dan kebiasaan yang tidak dapat --atau sulit-- untuk mereka lepaskan, kecuali dalam kasus yang langka saja.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1870 seconds (0.1#10.140)