Perang Besar dalam Sejarah Islam di Bulan Ramadan

Jum'at, 17 Maret 2023 - 16:41 WIB
loading...
Perang Besar dalam Sejarah Islam di Bulan Ramadan
Perang besar dalam sejarah Islan di bulan Ramadan antara lain adalah Perang Badar. Foto/ilustrasi: Ist
A A A
Perang besar dalam sejarah Islam di bulan Ramadan antara lain adalah Perang Badar dan Pembebasan Kota Mekah . Dalam Kitab An-Nashoihud Diniyah karya Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad disebutkan Perang Badar terjadi pada 17 Ramadan sedangkan Pembebasan Mekah terjadi pada 10 Ramadhan 8 Hijriyah.

Perang Badar adalah pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan kaum kafir Quraish. Perang ini terjadi pada 17 Ramadan 2 H (13 Maret 624). Pasukan kecil kaum Muslim yang berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari Mekah yang berjumlah 1.000 orang.

Hari itu dinamakan Yaumul Furqan dimana dua golongan saling berhadapan. Dalam pertempuran ini, Allah memberikan kemenangan kepada pasukan Muslim yang dipimpin langsung Nabi Muhammad SAW . Pasukan muslim menghancurkan pertahanan pasukan Quraisy. Inilah kemenangan besar umat muslim yang terjadi di Bulan Ramadan.



Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" mengisahkan pada hari itu, 17 Ramadan, Rasulullah SAW sendiri tampil memimpin Muslimin dan mengatur barisan kaum muslimin.

Begitu menyaksikan pasukan Quraisy yang begitu besar, sedangkan pasukan muslim sangat sedikit, di samping perlengkapan yang sangat lemah dibanding dengan perlengkapan Quraisy, ia kembali ke pondoknya ditemani oleh Abu Bakar.

Cemas akan peristiwa yang akan terjadi pada kaum muslimin, Rasulullah SAW menghadapkan wajahnya ke kiblat, dengan seluruh jiwanya ia menghadapkan diri kepada Tuhan, ia memohon pertolongan kepada Allah SWT.

Begitu dalam beliau hanyut dalam doa, sambil berkata: "Allahumma ya Allah. Ini Quraisy sekarang datang dengan segala kecongkakannya, berusaha hendak mendustakan RasulMu. Ya Allah, pertolonganMu juga yang Kaujanjikan kepadaku. Ya Allah, jika pasukan ini sekarang binasa tidak lagi ada ibadat kepadaMu."

Sementara ia masih hanyut dalam doa kepada Tuhan sambil merentangkan tangan menghadap kiblat itu, mantelnya terjatuh. Ketika itu Abu Bakar lalu meletakkan mantel itu kembali ke bahunya, sambil ia bermohon: "Rasulullah, dengan doamu itu Tuhan akan mengabulkan apa yang telah dijanjikan kepadamu."

Sungguhpun begitu, Rasulullah SAW makin dalam terbawa dalam doa, dalam tawajuh kepada Allah; dengan penuh khusyu' dan kesungguhan hati beliau terus memanjatkan doa, memohonkan isyarat dan pertolongan Tuhan dalam menghadapi peristiwa, yang oleh kaum Muslimin sama sekali tidak diharapkan, dan untuk itu tidak pula mereka punya persiapan. Karena yang demikian inilah akhirnya ia sampai terangguk dalam keadaan mengantuk.



Dalam pada itu tampak olehnya pertolongan Tuhan itu ada. Beliau sadar kembali, kemudian beliau bangun dengan penuh rasa gembira. Selanjutnya beliau keluar menemui sahabat-sahabatnya; dikerahkannya mereka sambil berkata:

"Demi Dia Yang memegang hidup Muhammad. Setiap orang yang sekarang bertempur dengan tabah, bertahan mati-matian, terus maju dan pantang mundur, lalu ia tewas, maka Allah akan menempatkannya di dalam surga."

Jiwanya yang begitu kuat, yang telah diberikan Tuhan begitu tinggi melampaui segala kekuatan, telah tertanam pula dengan ajarannya ke dalam jiwa orang-orang beriman. Dan kekuatan mereka itu sudah melampaui semangat mereka sendiri, sehingga setiap orang dari mereka sama dengan dua orang, bahkan sama dengan sepuluh orang.

Apabila secara integral kemampuan moril ini belum lagi mencapai tujuannya disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat di kalangan Muslimin sebelum terjadi perang, belum dicapainya kekuatan materi sebagaimana yang diharapkan, maka dengan daya iman itu justru ia mempunyai kelebihannya.

Hal ini bertambah kuat lagi tatkala Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya dapat mengerahkan mereka. Maka dengan demikian, jumlah manusia dan perlengkapan yang sangat sedikit itu telah rnendapat kompensasi.

Dalam keadaan Nabi dan sahabat-sahabatnya yang demikian inilah kedua ayat ini turun: "O Nabi! Bangunkanlah semangat orang-orang beriman itu dalam menghadapi perang. Bila kamu berjumlah duapuluh orang yang tabah, mereka ini akan mengalahkan duaratus orang. Bila kamu berjumlah seratus orang, niscaya akan mengalahkan seribu orang kafir; sebab mereka adalah orang-orang yang tidak mengerti. Sekarang Tuhan meringankan kamu, karena Ia mengetahui, bahwa pada kamu masih ada kelemahan. Maka, jika kamu berjumlah seratus orang yang tabah, akan dapat mengalahkan duaratus orang, dan jika kamu seribu orang, akan dapat mengalahkan duaribu dengan ijin Allah. Dan Allah bersama orang-orang yang berhati tabah." (Qur'an, 8:55-56.)



Keadaan pasukan Muslimin bertambah kuat setelah Rasulullah SAW membangkitkan semangat mereka, turut hadir di tengah-tengah mereka, mendorong mereka mengadakan perlawanan terhadap musuh. Beliau menyerukan kepada mereka, bahwa surga bagi mereka yang telah teruji baik dan langsung terjun ke tengah-tengah musuh.

Dalam hal ini kaum Muslimin mengarahkan perhatiannya pada pemuka-pemuka dan pemimpin-pemimpin Quraisy. Mereka hendak dikikis habis sebagai balasan yang seimbang tatkala mereka disiksa di Mekah dulu, dirintangi memasuki Mesjid Suci dan berjuang untuk Allah.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2350 seconds (0.1#10.140)