Ramadan Bulan Al-Qur'an, Saatnya Mengakrabi dan Mentadabburinya
loading...
A
A
A
Bulan Ramadan adalah bulannya Al-Qur'an, karena mengakrabi dan mentadabburi Al-Qur'an di malam-malan hari selama Ramadan merupakan rutinitas yang dicontohkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Apalagi bulan Ramadan memiliki kekhususan terkait dengan Al-Qur’an.
Sebagaimana firman Allah azza wa jalla,
"Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an (Qs. Al-Baqarah : 185)
Rutinitas teladan yang dilakukan Rasulullah ini juga diwarisi oleh para pewaris Nabi, mereka adalah para salafush shaleh, para pendahulu kita yang baik. Mereka membaca Al-Qur’an pada setiap bulan Ramadan di dalam salat dan di luar salat, terutama di malam-malam hari Ramadan.
Beberapa contoh salafus shaleh yang melakukannya, yakni Al-Aswad, ia membaca al-Qur’an setiap dua malam pada seluruh bulan dalam setahun, dan pada bulan Ramadan ia membaca Al-Qur’an setiap malam.
Imam asy-Syafi’i di bulan Ramadan dapat mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 60 kali, beliau membacanya di luar salat. Kebiasaan beliau di luar bulan Ramadan mengkhatamkan bacaan Al-Qur’an setiap tiga malam, dan di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan beliau mengkhatamkan bacaannya setiap malam di dalam salat.
Abu Qatadah, beliau selalu saja mengkhatamkan bacaannya pada setiap tujuh malam, dan di bulan Ramadan, beliau mengkhatamkan bacaannya pada setiap tiga malam, sedangkan pada sepuluh hari terakhirnya, beliau mengkhatamkannya setiap malam.
Dan masih banyak orang-orang shaleh lainnya yang benar-benar mengakrabi Al Qur'anul Karim pada Bulan Ramadan. Dikutip dari 'Al-Kasyfu Wa al-Bayan', Ahmad bin Muhammad ats-Tsa’labiy, dan Wadhaif Ramadan, Sulaiman bin Abdurrahman al-‘Umariy menjelaskan bahwa banyak mengakrabi Al-Qur'an, maka ia akan mendapatkan:
1. Kenimatan dan kelezatan Al-Qur’an
Demikianlah para salafus shaleh mengisi hari-hari di bulan Ramadan ini terlebih di malam-malam harinya dengan meningkatkan keakraban dengan al-Qur’an. Mereka sedemikian menikmati kelezatannya. Semakin mereka menikmati Al-Qur’an, hati mereka semakin merasakan kelezatannya. Karena, Al-Qur’an memiliki kelezatan yang tak ada tandingannya. Inilah Surga dunia. Dan, inilah jalan untuk mendapatkan Surga Akhirat. Maka, tempuhlah jalan ini !
2. Al-Qur’an penyejuk hati
Al-Qur’an merupakan penyejuk hati, sebagaimana dalam doa beliau –shallallahu ‘alaihi wasallam- :
(Ya Allah !) Jadikanlah al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, pengusir kesedihanku, serta penghilang kegundahanku (HR. Ahmad, dan dishahihkan oleh al-Albani)
Malik bin Dinar berkata :
Wahai para pembaca al-Qur’an ! … Apa yang telah al-Qur’an tanam di dalam hati-hati kalian ?! karena sesungguhnya al-Qur’an itu penyejuk hati sebagaimana halnya hujan penyejuk bumi.(al-Kasyfu Wa al-Bayan, 8/326)
Maka dari itu, tidak selayaknya kita melewatkan hari-hari terlebih di bulan Ramadan ini, terutama lagi di malam-malam harinya untuk membaca Al-Qur’an, meningkatkan keakraban kita dengannya. Tidak pernah merasa kenyang dari membacanya dan mentadabburinya.
Wallahu A'lam
Sebagaimana firman Allah azza wa jalla,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ
"Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an (Qs. Al-Baqarah : 185)
Rutinitas teladan yang dilakukan Rasulullah ini juga diwarisi oleh para pewaris Nabi, mereka adalah para salafush shaleh, para pendahulu kita yang baik. Mereka membaca Al-Qur’an pada setiap bulan Ramadan di dalam salat dan di luar salat, terutama di malam-malam hari Ramadan.
Beberapa contoh salafus shaleh yang melakukannya, yakni Al-Aswad, ia membaca al-Qur’an setiap dua malam pada seluruh bulan dalam setahun, dan pada bulan Ramadan ia membaca Al-Qur’an setiap malam.
Imam asy-Syafi’i di bulan Ramadan dapat mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 60 kali, beliau membacanya di luar salat. Kebiasaan beliau di luar bulan Ramadan mengkhatamkan bacaan Al-Qur’an setiap tiga malam, dan di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan beliau mengkhatamkan bacaannya setiap malam di dalam salat.
Abu Qatadah, beliau selalu saja mengkhatamkan bacaannya pada setiap tujuh malam, dan di bulan Ramadan, beliau mengkhatamkan bacaannya pada setiap tiga malam, sedangkan pada sepuluh hari terakhirnya, beliau mengkhatamkannya setiap malam.
Dan masih banyak orang-orang shaleh lainnya yang benar-benar mengakrabi Al Qur'anul Karim pada Bulan Ramadan. Dikutip dari 'Al-Kasyfu Wa al-Bayan', Ahmad bin Muhammad ats-Tsa’labiy, dan Wadhaif Ramadan, Sulaiman bin Abdurrahman al-‘Umariy menjelaskan bahwa banyak mengakrabi Al-Qur'an, maka ia akan mendapatkan:
1. Kenimatan dan kelezatan Al-Qur’an
Demikianlah para salafus shaleh mengisi hari-hari di bulan Ramadan ini terlebih di malam-malam harinya dengan meningkatkan keakraban dengan al-Qur’an. Mereka sedemikian menikmati kelezatannya. Semakin mereka menikmati Al-Qur’an, hati mereka semakin merasakan kelezatannya. Karena, Al-Qur’an memiliki kelezatan yang tak ada tandingannya. Inilah Surga dunia. Dan, inilah jalan untuk mendapatkan Surga Akhirat. Maka, tempuhlah jalan ini !
2. Al-Qur’an penyejuk hati
Al-Qur’an merupakan penyejuk hati, sebagaimana dalam doa beliau –shallallahu ‘alaihi wasallam- :
أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِي وَنُوْرَ صَدْرِي وَجِلَاءَ حُزْنِي وَذَهَابَ هَمِّي
(Ya Allah !) Jadikanlah al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, pengusir kesedihanku, serta penghilang kegundahanku (HR. Ahmad, dan dishahihkan oleh al-Albani)
Malik bin Dinar berkata :
يَا أَصْحَابَ الْقُرْآنِ مَاذَا زَرَعَ الْقُرْآنُ فِي قُلُوْبِكُمْ فَإِنَّ الْقُرْآنَ رَبِيْعُ الْقُلُوْبِ كَمَا أَنَّ الْغَيْثَ رَبِيْعُ اْلأَرْضِ
Wahai para pembaca al-Qur’an ! … Apa yang telah al-Qur’an tanam di dalam hati-hati kalian ?! karena sesungguhnya al-Qur’an itu penyejuk hati sebagaimana halnya hujan penyejuk bumi.(al-Kasyfu Wa al-Bayan, 8/326)
Maka dari itu, tidak selayaknya kita melewatkan hari-hari terlebih di bulan Ramadan ini, terutama lagi di malam-malam harinya untuk membaca Al-Qur’an, meningkatkan keakraban kita dengannya. Tidak pernah merasa kenyang dari membacanya dan mentadabburinya.
Wallahu A'lam
(wid)