Bergembiralah! Karena Kegembiraan pada Idulftri adalah Syiar Agama

Kamis, 20 April 2023 - 05:15 WIB
loading...
Bergembiralah! Karena Kegembiraan pada Idulftri adalah Syiar Agama
Ibnu Hajar: Menampakkan kegembiraan pada hari-hari raya merupakan syiar agama. Foto/Ilustrasi: okezone
A A A
Imam Al-Baghawi mengatakan menampakkan kegembiraan pada dua hari raya merupakan syiar (slogan) agama ini, dan tidaklah hari raya itu seperti hari-hari lain. Hal yang sama dinyatakan Ibnu Hajar : "Menampakkan kegembiraan pada hari-hari raya merupakan syiar agama".

Keduanya menyatakan hal itu tatkala menjelaskan sebuah hadis dari Aisyah ra tentang sikap Rasulullah SAW yang membiarkan dua anak perempuan bernyanyi di hari raya Idulfitri .

Aisyah ra ia berkata: Rasulullah SAW masuk menemuiku sedangkan di sisiku ada dua anak perempuan kecil yang sedang bernyanyi dengan nyanyian Bu’ats. Lalu beliau berbaring di tempat tidur dan memalingkan wajahnya. Masuklah Abu Bakar , lalu dia menghardikku dan berkata: ‘Seruling setan di sisi Nabi SAW?’ Rasulullah SAW kemudian menghadap ke Abu Bakar seraya berkata: ’Biarkan kedua anak perempuan itu’. Ketika beliau tidur, aku memberi isyarat dengan mata kepada dua anak itu maka merekapun keluar”.

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda: ”Wahai Abu Bakar, setiap kaum memiliki hari raya, dan ini adalah hari raya kita”. (Kedua hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Ibnu Majah)



Imam Al-Baghawi dalam “Syarhus Sunnah” menjelaskan Bu’ats adalah hari yang terkenal di antara hari-harinya bangsa Arab. Pada hari itu suku Aus mendapatkan kemenangan yang besar dalam peperangan dengan suku Khazraj. Peperangan antara kedua suku ini berlangsung selama 120 tahun sampai datang Islam.

Syair yang didendangkan oleh kedua anak perempuan itu berisi penggambaran (tentang) peperangan dan keberanian serta menyinggung upaya untuk membantu tegaknya perkara agama.

"Adapun nyanyian yang berisi kekejian, pengakuan berbuat haram dan menampakkan kemungkaran dengan terang-terangan melalui ucapan, adalah termasuk nyanyian yang dilarang. Tidak mungkin nyanyian seperti itu yang di dendangkan di hadapan beliau lalu dilalaikan untuk mengingkarinya," ujar Al-Baghawi.

Menurut Imam Al-Baghawi, sabda beliau: “Ini adalah hari raya kita”, beliau mengemukakan alasan dari Aisyah bahwa menampakkan kegembiraan pada dua hari raya merupakan syiar (slogan) agama ini, dan tidaklah hari raya itu seperti hari-hari lain”.



Sedangkan al-Hafidh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menjelaskan dalam hadis ini ada beberapa faedah, salah satunya disyariatkan untuk memberikan kelapangan kepada keluarga pada hari-hari raya untuk melakukan berbagai hal yang dapat menyampaikan mereka pada kesenangan jiwa dan istirahatnya tubuh dari beban ibadah.

"Dan sesungguhnya berpaling dari hal itu lebih utama. Dalam hadis ini juga menunjukkan bahwa menampakkan kegembiraan pada hari-hari raya merupakan syi’ar agama," ujar Ibnu Hajar.

Dua Hari Raya

Sedangkan dua hari raya (Idulfitri dan Iduladha) dikisahkan oleh hadis dari Anas ra bahwa Nabi SAW datang ke Madinah sedang penduduknya memiliki dua hari raya di mana mereka bersenang-senang di dalamnya di masa jahiliyah. Maka beliau bersabda:

“Aku datang pada kalian sedang kalian memiliki dua hari yang kalian besenang-senang di dalamnya pada masa jahiliyah. Sungguh Allah telah menggantikan untuk kalian yang lebih baik dari dua hari itu yaitu: hari Raya Kurban dan hari Idulfitri”. [Hadis Sahih, dikeluarkan oleh Ahmad (3/103,178,235), Abu Daud (1134), An-Nasa’i (3/179) dan Al-Baghawi (1098)]



Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari dalam buku "Ahkaamu Al’ Iidaini Fii Al-Sunnah Al-Muthahharah" yang diterjemahkan Ummu Ishaq Zulfa Hussein menjadi "Hari Raya Bersama Rasulullah" mengutip Syaikh Ahmad Abdurrahman Al-Banna menjelaskan hari Idulfitri dan hari raya kurban ditetapkan oleh Allah Ta’ala, merupakan pilihan Allah untuk mahluk-Nya dan karena keduanya mengikuti pelaksanaan dua rukun Islam yang agung yaitu haji dan puasa.

"Pada dua hari tersebut, Allah mengampuni orang-orang yang melaksanakan ibadah haji dan orang-orang yang berpuasa, dan Dia menebarkan rahmat-Nya kepada seluruh mahluk-Nya yang taat," ujar Syaikh Al-Banna.

Adapun hari Nairuz dan Mahrajan, katanya, merupakan pilihan para pembesar pada masa itu yang tentunya disesuaikan dengan zaman, selera dan semisalnya dari keistimewaan yang akan pudar. Maka perbedaan keistimewaan dari Idulfitri dan Iduladha dengan hari Nairuz dan Mahrajan sangat jelas bagi siapa yang mau memperhatikannya.
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1703 seconds (0.1#10.140)