Kisah Mengharukan Keluarga Rasulullah SAW di Hari Raya Idulfitri

Sabtu, 22 April 2023 - 22:58 WIB
loading...
Kisah Mengharukan Keluarga Rasulullah SAW di Hari Raya Idulfitri
Pada saat orang-orang berbahagia merayakan lebaran, keluarga Rasulullah SAW jutsru makan dengan gandum seadanya. Foto ilustrasi/ebookanak
A A A
Kisah keluarga Rasulullah ﷺ pada hari Raya Idulfitri benar-benar mengharukan. Di saat orang-orang berbahagia merayakan lebaran, keluarga Rasulullah SAW jutsru makan seadanya.

Baginda Rasulullah ﷺ pun tak kuasa menahan air matanya. Beliau menangis melihat keluarga putri tercinta Sayyidah Fathimah radhiyallahu 'anha dan dua cucu kesangan beliau, Sayyidina Hasan dan Husein hanya makan gandum "basi" di hari Raya Idul Fitri.

Saat malam Takbiran, Sayyidina Ali bin Abi Thalib sedang sibuk membagi-bagikan gandum dan kurma. Beliau bersama istrinya, Sayyidah Fathimah az-Zahra, Sayyidina Ali menyiapkan tiga karung gandum dan dua karung kurma.

Beliau memanggul gandum, sementara Sayyidah Fatimah menuntun Hasan dan Husein. Mereka sekeluarga mendatangi rumah-rumah kaum fakir miskin untuk disantuni.

Esoknya ketika selesai salat 'Id, keluarga Rasulullah pulang ke rumah dengan wajah ceria dan penuh gembira. Sahabat beliau, Ibnu Rafi'i bermaksud mengucapkan tahniah "Selamat 'Idul Fitri" kepada keluarga putri Rasulullah.

Sampai di depan pintu rumah, alangkah tercengangnya Ibnu Rafi'i melihat apa yang dimakan oleh keluarga Nabi Muhammad ﷺ itu. Sayyidina Ali, Fatimah, Hasan dan Husein yang kala itu masih kecil, makanannya adalah gandum tanpa mentega, yang baunya tercium oleh sahabat Nabi ﷺ itu.

Seketika Ibnu Rafi'i istighfar, sambil mengusap-usap dadanya. Ibnu Rafi'i pun tak kuasa menahan air matanya.
Hati Ibnu Rafi'i seakan berkcamuk dan bergegas menghadap Rasulullah ﷺ.

Beliau menceritakan apa yang dilihatnya kepada Rasulullah. "Ya Rasulullah, Ya Rasulullah, Ya Rasulullah, putri Baginda dan cucu Baginda," ujar Ibnu Rafi'i.

"Ada apa wahai sahabatku?" tanya Rasulullah.

"Tengoklah ke rumah putri baginda wahai Rasulullah. Lihatlah cucu baginda Hasan dan Husein."

Rasulullah ﷺ pun bergegas menuju rumah putrinya Sayyidah Fatimah. Ketika tiba di rumah, tawa bahagia mengisi percakapan antara Sayyidina Ali, Sayyidah Fatimah dan kedua putranya.

Mata Rasulullah ﷺ pun berlinang. Beliau menangis melihat keluarga putri tercinta dan dua cucunya yang hanya makan gandum "basi" di hari Raya Idul Fitri.

"Ya Allah, Allahumma Isyhad...Ya Allah, Allahumma Isyhad... (Ya Allah saksikanlah, saksikanlah). Di hari Idul Fitri keluargaku makanannya adalah gandum yang tak enak."

Sayyidah Fathimah tersadar kalau di luar pintu rumah, sang ayah sedang berdiri tegak. "Wahai ayah, ada apa gerangan ayah menangis?"

Setengah berlari beliau memeluk putri kesayangannya sambil berkata, "Surga untukmu wahai putriku. Surga untukmu.”

Demikianlah menurut Ibnu Rafi'i, keluarga Rasulullah ﷺ pada hari Idul Fitri menyantap makanan yang sederhana. Ibnu Rafi'i berkata, "Aku diperintahkan oleh Rasulullah ﷺ agar tidak menceritakan tradisi keluarganya setiap Idul Fitri dan aku pun simpan kisah itu dalam hatiku."

Namun, selepas Rasulullah ﷺ wafat, aku takut dituduh menyembunyikan Hadits, maka aku ceritakan hal ini agar menjadi pelajaran bagi segenap kaum Muslimin." (Musnad Imam Ahmad Jilid 2, Hal 232)

Hikmah Berharga
Kisah Mengharukan Keluarga Rasulullah SAW di Hari Raya Idulfitri

Dai lulusan Kairo Mesir, Ustaz Miftah el-Banjary memberi nasihat berharga tentang kesederhaan Rasulullah dan keluarga beliau. Ada hikmah yang dapat dipetik bahwa keluarga Rasulullah SAW merupakan orang-orang pilihan di muka bumi.

Namun mereka tetap memilih untuk zuhud pada hari Idul Fitri. Sekiranya Rasulullah berdoa meminta kekayaan, Malaikat Jibril pun menawarkan gunung Uhud menjadi emas, namun beliau menolaknya. Rasulullah dan keluarga lebih memilih zuhud di dunia, sebab beliau mengetahui bahwa kehidupan di dunia tidaklah abadi.

Semoga kita tidak terlalu bersedih hanya karena tidak memiliki sesuatu yang baru di hari Idulfitri. Sebab hari raya yang sesungguhnya, bukanlah pakaian serba baru atau makanan enak, melainkan kembalinya pada fitrah atau kesucian diri hakiki.

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2229 seconds (0.1#10.140)