Lubna dari Cordoba : Sosok Muslimah Pejuang Literasi di Eropa
loading...
A
A
A
Lubna adalah seorang gadis asal Andalusia atau Spanyol sekarang. Sosoknya muncul di era Bani Umayyah , dan ia menjadi salah satu tokoh terpenting di Istana Ummayah di Cordoba pada abad ke 10. Awalnya Lubna seorang budak yang kemudian menjadi sekertaris istana khalifah ‘Abd al-Rahman III (931-961 H) dan putranya al-Hakam bin ‘Abd al-Rahman (wafat 976 H)
Pada masa kejayaan peradaban Islam di Andalusia, banyak tokoh yang terkenal karena ilmunya. Perkembangan ilmu di Andalusia juga berkat dukungan dari para pemimpinnya. Lubna, muncul sebagai salah satu sosok wanita muslimah dari Andalusia yang dikenal cerdas.
Dikutip dari wikipedia, Lubna disebutkan juga sebagai sosok ilmuwan muslimah yang juga seorang ahli matematika yang terampil dan memimpin perpustakaan kerajaan. Lubna pun dikenal sebagai pejuang literasi dari negara Eropa tersebut.
Beberapa sumber mengatakan, dalam menjalankan tugasnya sebagai pustakawan, Lubna bertanggung jawab untuk memperoleh buku perpustakaan sehingga dia pun pernah melakukan perjalanan ke Kairo, Damaskus, dan Baghdad.
Dalam berjuang sebagai pustakawan kekhalifahan, Lubna berhasil mendapatkan koleksi buku hingga lebih dari 500 ribu buah. Selama berabad-abad, perpustakaan yang dipimpin Lubna ini adalah yang terbesar di Eropa dan hanya bisa dikalahkan oleh perpustakaan di Baghdad.
Perjuangan Lubna tersebut mungkin berlandaskan sebuah ungkapan "buku adalah jendela dunia" sehingga Lubna mengabdikan dirinya untuk buku. Karena itu, Muslimah ini patut menjadi contoh untuk para Muslimah di Indonesia sehingga dapat melahirkan generasi-generasi yang cerdas.
Selain kesuksesannya menjadi seorang pustakawan, perannya sebagai juru tulis juga sangat penting untuk dicontoh. Juru tulis saat itu melampaui tugas standar seorang penulis dan penerjemah karena dia bertanggung jawab untuk menyalin banyak teks termasuk Euclid dan Archimedes. Apalagi, ia harus memahami sendiri akan teks yang sudah ada tersebut.
Berdasarkan sumber yang menyebut Lubna sebagai matematikawan besar, Lubna sering berjalan di sepanjang jalan-jalan Cordoba untuk mengajar persamaan matematika kepada anak-anak. Anak-anak tersebut akan mengikutinya hingga dinding pembatas istana Cordoba sambil membaca tabel perkalian yang diajarkan Lubna.
Seorang sejarawan dan penulis sejarah Andalusia, Ibnu Bashkuwal, mengatakan, bahkan Lubna merupakan wanita yang ahli di bidang tulis-menulis, gramatika, dan puisi. Selain itu, keahlian di bidang matematika dan sainsnya juga luar biasa. "Saat itu tak ada seorang pun yang lebih mulia dibanding dirinya," kata Ibnu Bashkuwal. [Ibn Bashkuwal, kitab al-Silla (Cairo, 2008), Vol. 2: 324].
Bersama Hasdai bin Shaprut, Lubna juga menjadi inisiator pembangunan perpustakaan yang sangat terkenal saat itu, Madinah az-Zahra (berarti 'kota kembang'). Berdasarkan sejumlah riwayat dari sejarawan Arab, pada masa al-Hakam II tersebut ada lebih dari 170 perempuan terdidik yang bertanggung jawab untuk menyalin naskah-naskah penting.
Sosok Lubna mungkin menjadi salah satu sosok perempuan yang terlupakan dalam peradaban Islam. Namun, berdasarkan sumber yang mengungkap sosok Lubna, kini dia dapat menginspirasi perempuan Muslim yang hidup di zaman ini.
Kontribusinya yang dilakukan selama hidup menjadikannya diingat sebagai wanita muslimah yang hebat dari Andalusia. Kecerdasannya diakui banyak pihak, mulai dari khalifah yang memimpin di istana Cordoba sampai para ahli sejarah. Lubna wafat pada tahun 984 dan belum diketahui apa penyebab kematiannya.
Pada masa kejayaan peradaban Islam di Andalusia, banyak tokoh yang terkenal karena ilmunya. Perkembangan ilmu di Andalusia juga berkat dukungan dari para pemimpinnya. Lubna, muncul sebagai salah satu sosok wanita muslimah dari Andalusia yang dikenal cerdas.
Dikutip dari wikipedia, Lubna disebutkan juga sebagai sosok ilmuwan muslimah yang juga seorang ahli matematika yang terampil dan memimpin perpustakaan kerajaan. Lubna pun dikenal sebagai pejuang literasi dari negara Eropa tersebut.
Beberapa sumber mengatakan, dalam menjalankan tugasnya sebagai pustakawan, Lubna bertanggung jawab untuk memperoleh buku perpustakaan sehingga dia pun pernah melakukan perjalanan ke Kairo, Damaskus, dan Baghdad.
Dalam berjuang sebagai pustakawan kekhalifahan, Lubna berhasil mendapatkan koleksi buku hingga lebih dari 500 ribu buah. Selama berabad-abad, perpustakaan yang dipimpin Lubna ini adalah yang terbesar di Eropa dan hanya bisa dikalahkan oleh perpustakaan di Baghdad.
Perjuangan Lubna tersebut mungkin berlandaskan sebuah ungkapan "buku adalah jendela dunia" sehingga Lubna mengabdikan dirinya untuk buku. Karena itu, Muslimah ini patut menjadi contoh untuk para Muslimah di Indonesia sehingga dapat melahirkan generasi-generasi yang cerdas.
Selain kesuksesannya menjadi seorang pustakawan, perannya sebagai juru tulis juga sangat penting untuk dicontoh. Juru tulis saat itu melampaui tugas standar seorang penulis dan penerjemah karena dia bertanggung jawab untuk menyalin banyak teks termasuk Euclid dan Archimedes. Apalagi, ia harus memahami sendiri akan teks yang sudah ada tersebut.
Berdasarkan sumber yang menyebut Lubna sebagai matematikawan besar, Lubna sering berjalan di sepanjang jalan-jalan Cordoba untuk mengajar persamaan matematika kepada anak-anak. Anak-anak tersebut akan mengikutinya hingga dinding pembatas istana Cordoba sambil membaca tabel perkalian yang diajarkan Lubna.
Seorang sejarawan dan penulis sejarah Andalusia, Ibnu Bashkuwal, mengatakan, bahkan Lubna merupakan wanita yang ahli di bidang tulis-menulis, gramatika, dan puisi. Selain itu, keahlian di bidang matematika dan sainsnya juga luar biasa. "Saat itu tak ada seorang pun yang lebih mulia dibanding dirinya," kata Ibnu Bashkuwal. [Ibn Bashkuwal, kitab al-Silla (Cairo, 2008), Vol. 2: 324].
Bersama Hasdai bin Shaprut, Lubna juga menjadi inisiator pembangunan perpustakaan yang sangat terkenal saat itu, Madinah az-Zahra (berarti 'kota kembang'). Berdasarkan sejumlah riwayat dari sejarawan Arab, pada masa al-Hakam II tersebut ada lebih dari 170 perempuan terdidik yang bertanggung jawab untuk menyalin naskah-naskah penting.
Sosok Lubna mungkin menjadi salah satu sosok perempuan yang terlupakan dalam peradaban Islam. Namun, berdasarkan sumber yang mengungkap sosok Lubna, kini dia dapat menginspirasi perempuan Muslim yang hidup di zaman ini.
Biografi Lubna
Terkait nama lengkapnya, tidak ditemukan keterangan lebih lanjut. Berbagai literatur hanya menyebutnya Lubna dari Cordoba yang terlahir sebagai budak wanita. Pada masa abad ke-10 di Andalusia memang masih ada tradisi jual beli budak. Beberapa kali namanya juga disebut dengan versi lain, yaitu Labana Al Qurthuba.Kontribusinya yang dilakukan selama hidup menjadikannya diingat sebagai wanita muslimah yang hebat dari Andalusia. Kecerdasannya diakui banyak pihak, mulai dari khalifah yang memimpin di istana Cordoba sampai para ahli sejarah. Lubna wafat pada tahun 984 dan belum diketahui apa penyebab kematiannya.
(wid)