Meraih Rahmat lewat Ramadhan Istimewa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menjalankan ibadah puasa Ramadhan di tengah situasi pandemi Covid-19 memberikan hikmah tersendiri bagi umat Islam. Anjuran untuk tinggal di rumah membuat setiap keluarga muslim memiliki kesempatan untuk lebih banyak mengerjakan ibadah secara berjamaah.
Tidak hanya salat berjamaah, ibadah lain seperti membaca Alquran, berdzikir, dan mengajarkan anak-anak tentang ilmu agama juga tersedia waktu lebih banyak. Dengan terbukanya waktu yang lebih banyak untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, terutama di 10 hari pertama Ramadan, maka kesempatan untuk mendapatkan keutamaan Ramadan, yakni rahmat Allah SWT semakin terbuka.
Ketua Ikatan Sarjana Quran Hadis Indonesia Ustadz Fauzan Amin mengatakan, kehadiran Ramadan bersamaan dengan pandemi wabah korona di semua wilayah di negeri ini seharusnya menjadi kesempatan bagi seluruh umat muslim untuk menjadikannya sebagai puasa paling istimewa.
Disebut istimewa, kata dia, sebab pada Ramadhan sebelumnya semua orang bebas menjalankan ibadah seperti tarawih dan i'tikaf di masjid. Tapi kali ini ibadah-ibadah tersebut harus dilakukannya di rumah. Selain itu, jelasnya, dampak lain seperti ekonomi dan juga pembatasan akses tentu akan mengganggu kenyamanan ibadah. “Maka jika semua di jalani dengan sabar maka akan mendatangkan pahala yang berlipat-lipat daripada ibadah biasa tanpa rintangan,” katanya kepada KORAN SINDO kemarin.
Fauzan memberi kesimpulan bahwa semakin sulit kita meraih sesuatu maka akan semakin puas jika hasil atau target yang kita inginkan itu tercapai. Maka dia berharap target pahala dari ibadah puasa yang dijalankan umat Islam di tengah wabah yang tengah melanda mendapatkan pahala dan juga ridha Allah SWT.
Fauzan melanjutkan, musibah pandemi corona yang datang pasti terasa membebani siapapun. Tidak hanya sisi kesehatan yang membuat orang harus menjaga jarak aman, namun juga menyangkut ekonomi di mana banyak orang kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Saat ini sudah ada jutaan orang yang menganggur karena harus dirumahkan atau terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Menurut Fauzan, beban yang tengah menimpit itu pun akan terasa makin berat jika hati berontak atau tidak menerima kenyataan bahwa segala yang menimpa para hamba Allah itu semata-mata ujian yang diberikan Sang Pencipta. “Maka yang menentukan kondisi kita itu sebenarnya tergantung sejauh mana kita mampu mengatur rasa ikhlas dalam hati," tuturnya.
Dia menjelaskan, Allah SWT berjanji akan menguji semua hamba-hamba-Nya tanpa terkecuali, termasuk mereka yang beriman. Ujian ini diberikan Allah SWT dengan tujuan untuk mengetahui kualitas keimanan hambanya. Apakah dengan datangnya ujian dari Allah SWT itu mereka semakin dekat atau malah sebaliknya.
“Ujian Allah beraneka ragam tergantung kehendak-Nya (Al-Baqarah 155). Sama-sama terdampak korona tapi variabelnya pasti beda. Ada yang takut korona, takut lapar, usaha mandek, dan lain-lain. Maka beruntunglah orang yang bersabar,” tuturnya
Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Asep Saefuddin mengartikan tatanan baru di mana orang harus bekerja ataupun belajar dari rumah pada Ramadan kali ini sebagai kesempatan total ibadah. Dia mengatakan, tahun sebelumnya ketika bulan Ramadhan datang umat muslim tidak hanya disibukkan dengan aktivitas di kantor namun juga kegiatan lain. Misalnya saja buka bersama dengan para kolega-kolega.
“Ibadah puasa saya mengartikannya sebagai total ibadah. Sehingga pada saat dimana kita diharuskan "di rumah saja", termasuk kegiatan ibadah tarawih itu banyak hikmahnya,” katanya kepada kemarin.
Asep mengatakan, sibuknya kegiatan seseorang di bulan Ramadhan pada masa normal pun membuat tatap muka dengan keluarga di rumah jarang dilakukan. Namun kali ini, ujarnya, ketika pandemi Covid-19 melanda negeri keluarga pun bisa berinteraksi dengan lebih banyak. Orangtua bisa memandu anak berpuasa dengan maksimal dan juga bisa mendampingi dalam ibadah lainnya.
“Selain itu, tentu berpuasa pola WFH (work from home) ini banyak waktu itu ibadah lainnya, seperti baca Quran, baca buku, menulis, dan lainnya. Dengan demikian puasa WFH dapat meningkatkan kekeluargaan, kebersamaan, kepedulian, dan ibadah,” terang Asep.
Asep melanjutkan, Wabah Covid-19 ini memang telah banyak mengubah kebiasaan yang umumnya dilakukan masyarakat. Kegiatan ibadah seperti tarawih yang biasa dilakukan berjamaah di masjid kini harus dilakukan di rumah. Namun dari kondisi ini intinya adalah menghindari mudharat lebih baik daripada mencari manfa'at. Tentu, bukan ibadahnya yang dilarang, katanya, tetapi berjamaah di tempat beribadah (mesjid, mushola) yang tidak diperbolehkan. “Karena faktanya penyebaran Covid-19 itu bisa terjadi melalui orang ke orang yang berdekatan,” ujarnya.
Asep melanjutkan, hikmah lainnya adalah kepedulian terhadap sesama bisa ditingkatkan di tengah pandemi Covid-19 ini. Seperti buka bersama yang biasanya dilakukan secara fisik kini bisa dilakukan lewat daring. Adapun biaya buka bersama bisa dibelikan nasi kotak dan dibagikan ke mereka yang memerlukan, seperti panti asuhan atau para pengusaha kecil yang tidak ada pembelinya, dan orang yang terkena PHK. (Neneng Zubaidah)
Tidak hanya salat berjamaah, ibadah lain seperti membaca Alquran, berdzikir, dan mengajarkan anak-anak tentang ilmu agama juga tersedia waktu lebih banyak. Dengan terbukanya waktu yang lebih banyak untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, terutama di 10 hari pertama Ramadan, maka kesempatan untuk mendapatkan keutamaan Ramadan, yakni rahmat Allah SWT semakin terbuka.
Ketua Ikatan Sarjana Quran Hadis Indonesia Ustadz Fauzan Amin mengatakan, kehadiran Ramadan bersamaan dengan pandemi wabah korona di semua wilayah di negeri ini seharusnya menjadi kesempatan bagi seluruh umat muslim untuk menjadikannya sebagai puasa paling istimewa.
Disebut istimewa, kata dia, sebab pada Ramadhan sebelumnya semua orang bebas menjalankan ibadah seperti tarawih dan i'tikaf di masjid. Tapi kali ini ibadah-ibadah tersebut harus dilakukannya di rumah. Selain itu, jelasnya, dampak lain seperti ekonomi dan juga pembatasan akses tentu akan mengganggu kenyamanan ibadah. “Maka jika semua di jalani dengan sabar maka akan mendatangkan pahala yang berlipat-lipat daripada ibadah biasa tanpa rintangan,” katanya kepada KORAN SINDO kemarin.
Fauzan memberi kesimpulan bahwa semakin sulit kita meraih sesuatu maka akan semakin puas jika hasil atau target yang kita inginkan itu tercapai. Maka dia berharap target pahala dari ibadah puasa yang dijalankan umat Islam di tengah wabah yang tengah melanda mendapatkan pahala dan juga ridha Allah SWT.
Fauzan melanjutkan, musibah pandemi corona yang datang pasti terasa membebani siapapun. Tidak hanya sisi kesehatan yang membuat orang harus menjaga jarak aman, namun juga menyangkut ekonomi di mana banyak orang kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Saat ini sudah ada jutaan orang yang menganggur karena harus dirumahkan atau terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Menurut Fauzan, beban yang tengah menimpit itu pun akan terasa makin berat jika hati berontak atau tidak menerima kenyataan bahwa segala yang menimpa para hamba Allah itu semata-mata ujian yang diberikan Sang Pencipta. “Maka yang menentukan kondisi kita itu sebenarnya tergantung sejauh mana kita mampu mengatur rasa ikhlas dalam hati," tuturnya.
Dia menjelaskan, Allah SWT berjanji akan menguji semua hamba-hamba-Nya tanpa terkecuali, termasuk mereka yang beriman. Ujian ini diberikan Allah SWT dengan tujuan untuk mengetahui kualitas keimanan hambanya. Apakah dengan datangnya ujian dari Allah SWT itu mereka semakin dekat atau malah sebaliknya.
“Ujian Allah beraneka ragam tergantung kehendak-Nya (Al-Baqarah 155). Sama-sama terdampak korona tapi variabelnya pasti beda. Ada yang takut korona, takut lapar, usaha mandek, dan lain-lain. Maka beruntunglah orang yang bersabar,” tuturnya
Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Asep Saefuddin mengartikan tatanan baru di mana orang harus bekerja ataupun belajar dari rumah pada Ramadan kali ini sebagai kesempatan total ibadah. Dia mengatakan, tahun sebelumnya ketika bulan Ramadhan datang umat muslim tidak hanya disibukkan dengan aktivitas di kantor namun juga kegiatan lain. Misalnya saja buka bersama dengan para kolega-kolega.
“Ibadah puasa saya mengartikannya sebagai total ibadah. Sehingga pada saat dimana kita diharuskan "di rumah saja", termasuk kegiatan ibadah tarawih itu banyak hikmahnya,” katanya kepada kemarin.
Asep mengatakan, sibuknya kegiatan seseorang di bulan Ramadhan pada masa normal pun membuat tatap muka dengan keluarga di rumah jarang dilakukan. Namun kali ini, ujarnya, ketika pandemi Covid-19 melanda negeri keluarga pun bisa berinteraksi dengan lebih banyak. Orangtua bisa memandu anak berpuasa dengan maksimal dan juga bisa mendampingi dalam ibadah lainnya.
“Selain itu, tentu berpuasa pola WFH (work from home) ini banyak waktu itu ibadah lainnya, seperti baca Quran, baca buku, menulis, dan lainnya. Dengan demikian puasa WFH dapat meningkatkan kekeluargaan, kebersamaan, kepedulian, dan ibadah,” terang Asep.
Asep melanjutkan, Wabah Covid-19 ini memang telah banyak mengubah kebiasaan yang umumnya dilakukan masyarakat. Kegiatan ibadah seperti tarawih yang biasa dilakukan berjamaah di masjid kini harus dilakukan di rumah. Namun dari kondisi ini intinya adalah menghindari mudharat lebih baik daripada mencari manfa'at. Tentu, bukan ibadahnya yang dilarang, katanya, tetapi berjamaah di tempat beribadah (mesjid, mushola) yang tidak diperbolehkan. “Karena faktanya penyebaran Covid-19 itu bisa terjadi melalui orang ke orang yang berdekatan,” ujarnya.
Asep melanjutkan, hikmah lainnya adalah kepedulian terhadap sesama bisa ditingkatkan di tengah pandemi Covid-19 ini. Seperti buka bersama yang biasanya dilakukan secara fisik kini bisa dilakukan lewat daring. Adapun biaya buka bersama bisa dibelikan nasi kotak dan dibagikan ke mereka yang memerlukan, seperti panti asuhan atau para pengusaha kecil yang tidak ada pembelinya, dan orang yang terkena PHK. (Neneng Zubaidah)
(ysw)