Aktivitas Pesantren Siswa Al Ma'soem, Terapkan Reward and Punishment

Rabu, 29 April 2020 - 08:49 WIB
loading...
Aktivitas Pesantren...
Santri sedang mengikuti kegiatan keagamaan di Pesantren Siswa Al Ma’soem (PSAM) di Cipacing, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Foto/Istimewa
A A A
Pesantren Siswa Al Ma'soem (PSAM) lahir dari sebuah keinginan membentuk sumber daya manusia (SDM) yang cakap secara akademik dan berakhlakul karimah. Sejak hadir pada medio 2000-an, PSAM telah mampu menjawab kebutuhan para orang tua yang ingin anaknya cakap secara spiritual dan akademik.

PSAM lahir dari keinginan kuat pengusaha sukses asli Jawa Barat H Ma'soem. Tujuannya menciptakan pemuda-pemudi Indonesia yang memiliki kemampuan akademik bagus dan berakhlak baik. Namun begitu, keinginan mulia itu baru bisa terealisasi pada 2000.

PSAM lahir setelah Yayasan Al Ma'soem Bandung mengelola SMP dan SMA sejak 1987. Dua jenjang pendidikan ini selama puluhan tahun telah menjadi lembaga pendidikan unggulan. Lulusan SMP dan SMA Al Ma’soem diakui banyak pihak cakap dalam akademik. Kini, lembaga pendidikan ini banyak menampung siswa dari seluruh Indonesia. Beberapa di antaranya bahkan dari luar negeri.

"Baru pada 2000, Pesantren Siswa Al Ma’soem berdiri. Itu sesuai keinginan sejak lama H Ma’soem untuk mendirikan pesantren, dan baru bisa terlaksana oleh putranya, Pak Nanang Ma’soem," ungkap Direktur PSAM Asep Dedi.

PSAM kini telah menjadi salah satu pesantren yang banyak diburu siswa dan orang tua. Pada usianya yang hampir 20 tahun ini, PSAM memiliki 1.060 santri. Mereka adalah siswa SMP dan SMA Al Masoem pada pagi hari, dan santri PSAM pada sore, malam, hingga pagi hari.

Yayasan Al Masoem Bandung, berdiri di atas lahan sekitar 5 hektare. Letaknya di Jalan Bandung Garut, Cipacing, Kabupaten Bandung. Posisinya yang tak jauh dari pintu Tol Cileunyi, membuat pesantren ini mudah diakses.

Dari sisi pembelajaran, menurut Asep Dedi, PSAM menggabungkan sekolah reguler dan pesantren. Di mana, paginya mereka sekolah, sore, malam, hingga subuh mereka di pesantren.

"Sepulang sekolah atau bada ashar, mereka ada yang eskul, istirahat, dan kegiatan lainnya. Kemudian magrib mulai aktivitas pesantren dimulai dengan salat berjamah, terus makan malam. Salat isya berjamaah. Setelah isya ada pembelajaran reguler pesantren," beber dia.

Saat di pesantren inilah mereka menimba ilmu agama. Para santri diajarkan ilmu fikih, tajwid, nahwu sorof, dan lainnya. Sementara untuk kelas takhasus, mereka diajarkan kitab kuning dan tahfiz Alquran. Namun, pembelajaran kitab tidak dilakukan secara mendalam karena tingkatan santri yang baru SMP dan SMA.

"Mereka belajar sampai pukul 20.30 malam. Setelah itu kembali ke asrama untuk belajar mandiri atau lainnya. Subuh, mereka salat berjamaah dan mengikuti tadarus dan pembelajaran Alquran hingga pagi sebelum sekolah," ujar dia.

Menurut Asep, santri di asrama tidak dibiarkan begitu saja. Setiap kelas atau asrama akan dibimbing oleh seorang wali santri. Satu wali santri pegang sampai 40 anak. Wali santri ini juga yang memantau perkembangan anak.

Yang menarik, pesantren ini menerapkan sistem reward dan punishment secara ketat. Santri yang melanggar aturan, berkata jorok, merokok, dan lainnya, akan mendapat penilaian berupa poin.

"Nanti ada rekap bulanan untuk poin ini. Nanti dilaporkan ke orang tua. Ada aplikasi namanya PSAN. orang tua bisa pantau anaknya dari situ. Termasuk memantau prestasinya apa aja, sakit pun bisa tahu lewat aplikasi," kata dia.

Menurut dia, bila poinnya sampai 250, nanti santri itu akan dikembalikan kepada orang tuanya. Hal itu sesuai kesepakatan awal adanya reward dan punishment. Dan itu sudah disepakati semua orang tua yang menitipkan anaknya di PSAM.

Sementara untuk reward, PSAM juga menjalankan secara konsisten bagi santri berprestasi. Di mana untuk santri yang mampu menghafal Alquran, akan diberi beasiswa. Yaitu bagi yang hafal 1 juz, akan mendapat beasiswa berupa pengurangan 20% biaya tahunan pesantren. Bila hafal 2 juz, akan dikurangi 30%, dan seterusnya. "Jadi kalau hafal 9 juz, bisa bebas biaya tahunan untuk pesantren," kata dia.

Tegasnya penerapan reward dan punishment ini membuat SDM lulusan Yayasan Al Ma’soem Bandung diakui banyak pihak. Sekolah dan pasantren ini mencatat beberapa penghargaan dan prestasi di tingkat nasional atau regional.

Pada bidang olahraga, tim sepak bola dan futsal sekolah Al Ma’soem beberapa kali menjuarai kompetisi di Singapura, Malaysia, Thailand, dan lainnya. Sementara tim robotik telah mengikuti kompetisi hingga Eropa. "Tahun kemarin, lulusan SMA kami, 53% diterima di PTN favorit," katanya.

Menurut Asep, PSAM hadir menjawab keinginan para orang tua yang menginginkan anaknya memilik kemampuan akademik bagus, tetapi juga punya akhlak bagus. Misalnya santri yang selalu salat tepat waktu, bisa baca Alquran, atau tahfiz.

"Moto kami adalah cager, bager, pinter. Cager adalah sehat jasmaninya, bager adalah anak berakhlakul karimah, dan pinter artinya memiliki kemampuan intelektual bagus," jelas Asep.

Kebanyakan orang tua santri, kata dia, menginginkan agar anak mereka tidak terkontaminasi oleh pergaulan bebas lingkungan sekitar. Mereka sangat konsen terhadap masa depan anak-anaknya. Terkadang di sekitar rumah ada sekolah bagus, tapi kadang tidak bagus untuk perilaku anaknya.

"Mereka ingin, anaknya sekolah baik, juga mendapatkan lingkungan yang mendukung perilaku baik anaknya. Nah, tujuan kami adalah anak punya kemampuan akademik dan akhlaknya kami dorong. Akademik didapat di sekolah. Sementara akhlak dan ilmu agama didapat di pesantren," beber dia.

PSAM sadar, menghadirkan pendidikan berkualitas tidaklah mudah. Apalagi membuat santri nyaman. Oleh karenanya, salah satu jurus jitu yang dilakukan adalah menampung aspirasi siswa dalam berkreasi.

"Yang kami lakukan adalah memfasilitasi keinginan mereka. Misalnya menyiapkan lapangan futsal berstandar internasional, kolam renang, voli, bela diri, panahan, berkuda, dan lainnya," imbuh dia.

Staf Khusus Direktur Pesantren Bagaian Kurikulum PSAM Didin Djahrudin mengatakan, pesantrennya punya kurikulum sendiri yang diselaraskan dengan kurikulum Departemen Agama. Selain itu, materi yang kami ajarkan disesuaikan dengan materi di sekolah sehingga saling mendukung.

"Bahasa juga menjadi konsen pesantren kami. Memang bahasa sehari-hari menggunakan bahasa Indonesia, tetapi mereka kami kenalkan bahasa Arab juga. Tak terkecuali bahasa Inggris yang diajarkan di kelas reguler," kata dia. (Arif Budianto)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1952 seconds (0.1#10.140)