Hukum Miqat Tanpa Ihram, Begini Pendapat Syaikh Abdul Aziz

Minggu, 28 Mei 2023 - 07:53 WIB
loading...
Hukum Miqat Tanpa Ihram, Begini Pendapat Syaikh Abdul Aziz
Jika seseorang datang ke Makkah untuk haji atau umrah, ia wajib ihram dari miqat yang dilewatinya. Foto/Ilustrasi: MEE
A A A
Bagaimana hukum orang yang melewati miqat tanpa ihram, baik ketika dia datang ke Makkah untuk haji , umrah atau tujuan yang lain?

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz menjawab orang yang datang ke Makkah untuk haji atau umrah dan dia belum ihram ketika telah melewati miqat maka dia wajib kembali ke tempat miqat dan ihram untuk haji dan umrah dari miqat tersebut.

Rasulullah SAW memerintahkan demikian itu dalam sabdanya.“Penduduk Madinah ihram dari Dzul-Hulaifah, penduduk Syam (Yordania, Palestina dan sekitarnya) ihram dari Juhfah, penduduk Najd ihram dari Qarnul Manazil, dan penduduk Yaman ihram dari Yalamlam” (Hadits Riwayat Nasa’i)



Demikianlah yang terdapat dalam hadis shahih. Dan Ibnu Abbas berkata : “Nabi SAW menjelaskan miqat bagi penduduk Madinah di Dzulhulaifah, bagi penduduk Syam di Juhfah, bagi penduduk Najd di Qarnul Manazil, dan bagi penduduk Yaman di Yalamlam. Tempat-tempat miqat tersebut adalah bagi penduduk masing-masing tempat tersebut dan bagi orang-orang yang datang ke tempat tersebut dari bukan penduduknya bagi orang-orang yang ingin haji dan umrah”.

"Maka jika seseorang datang ke Makkah untuk haji atau umrah, ia wajib ihram dari miqat yang dilewatinya," ujar Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dalam buku berjudul "Fatwa-Fatwa Haji dan Umrah oleh Ulama-Ulama Besar Saudi Arabia" yang disusun Muhammad bin Abdul Aziz Al-Musnad dan diterjemahkan H Asmuni Solihan Zamakhsyari Lc.

Jika lewat Madinah ihram Dzulhulaifah, jika lewat Syam, Mesir atau Maroko ihram di Juhfah atau pada tempat yang saat sekarang disebut Rabigh, jika lewat Yaman ia ihram di Yalamlam, jika lewat Najd atau Taif ihram di Qarnul Manazil yang sekarang disebut Al-Syal dan sebagian orang menyebutnya Wadiy Muhrim.



Dari tempat-tempat tersebutlah seseorang ihram untuk haji atau umrah atau sekaligus untuk keduanya. Dan yang paling utama jika datangnya pada bulan-bulan haji, maka dia berihram untuk umrah dengan tawaf dan sa’i kemudian bercukur dan tahalul, kemudian dia ihram untuk haji pada waktunya.

"Jika seseorang melewati miqat pada selain bulan-bulan haji, seperti pada bulan Ramadan atau Sya’ban, maka dia ihram untuk umrah saja. Ini adalah yang sesuai dengan syari’at Islam," tambahnya.

Adapun seseorang yang datang ke Makkah karena tujuan selain haji atau umrah, seperti datang mengunjungi kerabat atau kawan-kawannya, maka dia tidak wajib ihram dan boleh masuk kota Makkah dengan tidak berpakaian ihram. Ini adalah pendapat yang kuat dari dua pendapat para ulama. Namun yang paling utama baginya adalah dia umrah untuk mengambil kesempatan dalam beribadah.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1345 seconds (0.1#10.140)