Jejak Astronom Muslim di Eropa: Nama 210 Bintang Memiliki Akar Arab

Rabu, 31 Mei 2023 - 08:16 WIB
loading...
Jejak Astronom Muslim di Eropa: Nama 210 Bintang Memiliki Akar Arab
Aldebaran, Algol, Arrakis, Deneb, Fomalhaut, Rigel, Thuban, Vega, dan Betelgeuse – memiliki nama Arab. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Beberapa bintang terang paling terkenal di langit – Aldebaran, Algol, Arrakis, Deneb, Fomalhaut, Rigel, Thuban, Vega, dan Betelgeuse – memiliki nama Arab . Nama-nama ini memperlihatkan hubungan mereka dengan para astronom Arab dan Muslim yang mengamati dan menamainya berabad-abad yang lalu.

Dr Munazza Alam, astronom dan peneliti postdoctoral di Carnegie Earth & Planets Laboratory di Washington, DC dalam artikelnya yang dipublikasikan laman Review of Religions melansir beberapa nama tertua berakar dari orang Arab kuno sebelum kebangkitan Islam. Belakangan, banyak nama Arab lainnya muncul sebagai terjemahan dari nama-nama Yunani.

Dalam astronomi Barat saat ini, sebagian besar nama bintang yang diterima memiliki akar bahasa Arab. Hanya sedikit yang berasal dari Yunani. Secara khusus, terdapat 210 bintang dengan nama Arab, 52% di antaranya adalah Arab asli, 39% diterjemahkan Ptolemeus, dan 9% adalah dugaan atau pembacaan yang salah.

"Nama bintang kuno lainnya diubah selama Abad Pertengahan dan Renaisans oleh penulis Eropa yang salah menyalin atau menerjemahkan nama Arab," tulis Dr Munazza Alam.



Kala itu, banyak kemajuan bidang astronomi dibuat oleh para astronom Muslim di Zaman Keemasan Islam. Sementara Eropa masih dalam Abad Kegelapan, pemikiran intelektual serta inovasi dilumpuhkan oleh gereja.
Jejak Astronom Muslim di Eropa: Nama 210 Bintang Memiliki Akar Arab

Pada tahun 2016, Persatuan Astronomi Internasional (IAU) menetapkan nama bintang resmi untuk merampingkan sistem penamaan bintang yang berbeda. Akibatnya, banyak bintang terang yang secara resmi diberi nama Arab yang dikenal umum.

Penyebaran Astronomi Muslim

Claudius Ptolemy, astronom dan matematikawan Mesir-Yunani abad ke-2, menulis risalah Almagest, merinci gerakan lebih dari seribu bintang dan orbit planet tata surya.

Almagest memiliki dampak jangka panjang pada sains Islam dan Eropa selama lebih dari seribu tahun. Itu diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada abad ke-8 dan ke-9, dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12.

Ptolemeus sampai pada empat kesimpulan utama dalam Almagest:

1. Alam surga berbentuk bulat, dan bergerak seperti sebuah bola.
2. Bumi berbentuk bulat dan berada di pusat kosmos.
3. Bumi tidak memiliki ukuran yang berarti dalam kaitannya dengan jarak bintang tetap dan harus diperlakukan sebagai titik matematis.
4. Bumi tidak bergerak.



Al-Sufi, seorang astronom Muslim Persia abad ke-10, menulis kitab "Suwar al-Kawakib al-Thabita" atau "Konstelasi Bintang Tetap". Karya ini memperluas katalog bintang Almagest Ptolemeus.

"Karya Al-Sufi mengoreksi pengamatan yang tidak akurat di Almagest dan memasukkan pengamatan yang tidak dicatat oleh Ptolemeus," ujar Dr Munazza Alam.

Mayoritas nama bintang Arab yang kita gunakan saat ini tercatat dalam risalah Al-Sufi. Karyanya menandai perubahan paradigma astronomi karena memberikan posisi, warna, dan kecerahan bintang-bintang yang terlihat dengan mata telanjang berdasarkan pengamatan, menghubungkan untuk pertama kalinya dalam sejarah nama-nama bintang Arab kuno dengan bintang-bintang yang diidentifikasi dan diamati.

Al-Sufi juga merupakan astronom pertama yang mengamati galaksi Andromeda serta Awan Magellan Besar (galaksi satelit Bima Sakti).

Pengamatan ini dilakukan dengan mata telanjang karena teleskop belum ditemukan pada saat itu! Karya ini kemudian berguna untuk pengukuran bintang dan planet tata surya yang akurat dan komprehensif oleh Tycho Brahe.

Atas permintaan Alfonso the Wise (Raja Castille dan Leon), karya Al-Sufi diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol sebagai Libros de las Estrellas de la Ochava Esfera, yang digabungkan dengan Libros del Saber de Astronomía (Buku Pengetahuan Astronomi), untuk menyertakan posisi matahari, bulan, dan planet yang diperbarui.



Karya-karya Al-Sufi juga memengaruhi para astronom Muslim lainnya, termasuk Ulugh Beg dari Samarkand pada abad ke-15, yang mendirikan observatorium terbesar di dunia Islam.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1581 seconds (0.1#10.140)