Pentingnya Berlaku Adil pada Anak agar Tidak Muncul Penyakit Hasad
loading...
A
A
A
Setiap orang tua dituntut untuk berlaku adil terhadap semua anak-anak mereka. Karena perlakuan tidak adil yang dirasakan oleh anak akan membekas dalam jiwa. Oleh karena itulah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpesan kepada kita:
“Bertakwalah kamu kepada Allah dan berlaku adillah terhadap anak-anakmu.” (HR. Bukhari)
Tentang adil dan bagaimana menjaga perasaan anak dijelaskan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam kajiannya melalui laman media sosial Facebook. Dai yang juga penulis buku 'Mencetak Generasi Rabbani' ini menguraikannya sebagai berikut:
Sikap adil dari orang tua, akan mencegah timbulnya penyakit hasad di dalam hati mereka dan memadamkan api kebencian di antara anak-anak. Sikap adil dari orang tua juga akan mendatangkan cinta dan keharmonisan antar sesama mereka. Lebih dari itu, sikap adil ini akan membantu anak-anak tersebut agar bisa sama-sama berbakti kepada kedua orang tuanya dan berbuat baik setelah orang tua tiada. Seperti mendoakan, melaksanakan wasiat dan menjaga kerukunan setelah orang tua meninggal dunia, ini merupakan buah dari keadilan yang ditegakkan oleh kedua orang tua semasa mereka hidup kepada anak-anak mereka.
Maka Nabi berpesan agar para orang tua berlaku adil. Dan ini adalah perkara yang wajib karena ini adalah perintah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Keadilan menjadi sesuatu yang bisa mereka rasakan dalam setiap masalah-masalah. Terutama yang berkaitan dengan kasih sayang, pemberian, perhatian, bahkan ciuman dan pujian.
Disebutkan dalam hadis Nu’man bin Basyir, ia bercerita di atas mimbar: “Ayahku memberiku sebuah hadiah, namun ‘Amrah binti Rawahah (ibuku) berkata: ‘Aku tidak akan ridha hingga engkau minta persaksian dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,’ maka ayahku pun datang menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan menceritakan hal itu: ‘Anakku dari ‘Amrah binti Rawahah aku berikan hadiah, dan ibunya (‘Amrah) bersikeras agar aku meminta persaksian darimu Wahai Rasulullah.”
Maka Nabi bertanya kepada ayahku: “Apakah semua anakmu kamu berikan hadiah juga?” Ayahku menjawab: “Tidak” Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Bertakwalah kepada Allah dan berlaku adillah kepada anak-anakmu. Lalu ayahku menarik kembali pemberiannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Kalau begitu jangan meminta persaksian kepadaku, karena aku tidak mau bersaksi atas sebuah kedzaliman/ketidakadilan.” (HR. muslim)
Jadi keadilan itu harus ditegakkan di antara anak-anak kita dan mereka harus merasakan keadilan itu. Sehingga tidak ada anak yang merasa disisihkan, dikucilkan, ditelantarkan, dibuang. Karena ini bisa berakibat fatal. Kita mendengar satu tindak kejahatan dari seorang anak kepada ayah ibunya bahkan saudara-saudaranya karena perlakuan tidak adil.
Misalnya satu rumah membully dia -mungkin- karena kekurangan yang ada padanya, mungkin karena prestasinya di sekolah kurang atau karena kekurangan-kekurangan lainnya. Ini bisa terjadi di dalam satu keluarga sehingga semua anggota keluarga -mulai dari ayah, ibu, bahkan saudara-saudaranya yang lain- merendahkannya. Ini bisa memberikan efek yang sangat buruk terhadap kejiwaan si anak dan bisa berujung kepada tindak kriminal. Wal ‘iyadzubillah.. Kita tidak mengharapkan itu terjadi.
Maka ini perkara tidak boleh dipandang sebelah mata. Menegakkan keadilan di antara anak-anak itu perintah Nabi, bahkan perintah itu diawali perintah untuk bertakwa. Menunjukkan bahwa itu adalah bentuk taqwa kita kepada Allah, yaitu berlaku adil kepada anak-anak kita. Maka ayah dan ibu berusaha untuk memberikan rasa keadilan kepada anak-anak mereka tanpa membeda-bedakan satu sama lainnya.
Seperti diketahui, setiap anak itu punya keistimewaan dan orang tua harus tahu sisi-sisi kelebihan masing-masing anak-anak mereka. Jangan hanya menyoroti kekurangan-kekurangan yang ada pada seorang anak. Di lain pihak anak yang lain terus disorot kelebihannya. Sehingga anak yang disorot terus kekurangannya ini merasa diperlakukan tidak adil. Ini akan memukul jiwa dan batinnya. Dia akan tertekan dan mungkin dia akan memberikan balasannya ketika dia dewasa atau kontan pada saat itu juga. Kita tidak tahu dampak buruk yang ditimbulkan dari sikap yang salah itu.
Biasanya anak-anak yang didzalimi dan dianiaya dimasa kecilnya itu akan nampak penyimpangan perilakunya ketika dia dewasa, seolah dia ingin melampiaskan dendamnya atas tekanan, kedzaliman, intimidasi yang diterimanya pada waktu dia kecil. Maka hendaknya para orang tua benar-benar memperhatikan hal ini. Berusaha untuk bersikap adil kepada anak-anak. Terutama di dalam hal pemberian, baik itu berupa barang, hadiah, perhatian ataupun pujian.
Jika seorang anak terus dipuji sementara anak yang lain terus dicela, tentu ini sangat buruk bagi perkembangan mentalnya. Dia akan terus-terus terpuruk dan semakin terpuruk. Justru orang tua yang bersikap seperti itu membantu setan untuk lebih memperparah keadaan anaknya. Ada sebagian orang tua merasa seorang anak itu tidak diharapkan kehadirannya di tengah-tengah keluarga, ini sangat berbahaya. Maka dari itu ketika bayi itu lahir harus disambut dengan kegembiraan, jangan disambut dengan rasa penyesalan, seolah-olah bayi itu tidak diharapkan kehadirannya.
Seorang ibu yang setengah hati menyambut kehadiran bayi yang dilahirkannya, ini akan berpengaruh kepada mentalnya di dalam membesarkan anak tersebut. Dia mungkin juga akan setengah hati membesarkan anaknya ini. Dan tentunya ini akan memberikan satu hasil yang negatif kepada si anak. Maka berlaku adillah.
Adapun di dalam riwayat Nasa’i disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada ayah dari Nu’man:
“‘Bukankah kamu menginginkan mereka semua berbakti?’ Ayahnya menjawab: ‘Tentu saja,’ Maka Nabi mengatakan: “Jangan berlaku tidak adil.'” (HR. An-Nasa’i)
Wallahu A'lam
فَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلَادِكُمْ
“Bertakwalah kamu kepada Allah dan berlaku adillah terhadap anak-anakmu.” (HR. Bukhari)
Tentang adil dan bagaimana menjaga perasaan anak dijelaskan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam kajiannya melalui laman media sosial Facebook. Dai yang juga penulis buku 'Mencetak Generasi Rabbani' ini menguraikannya sebagai berikut:
Sikap adil dari orang tua, akan mencegah timbulnya penyakit hasad di dalam hati mereka dan memadamkan api kebencian di antara anak-anak. Sikap adil dari orang tua juga akan mendatangkan cinta dan keharmonisan antar sesama mereka. Lebih dari itu, sikap adil ini akan membantu anak-anak tersebut agar bisa sama-sama berbakti kepada kedua orang tuanya dan berbuat baik setelah orang tua tiada. Seperti mendoakan, melaksanakan wasiat dan menjaga kerukunan setelah orang tua meninggal dunia, ini merupakan buah dari keadilan yang ditegakkan oleh kedua orang tua semasa mereka hidup kepada anak-anak mereka.
Maka Nabi berpesan agar para orang tua berlaku adil. Dan ini adalah perkara yang wajib karena ini adalah perintah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Keadilan menjadi sesuatu yang bisa mereka rasakan dalam setiap masalah-masalah. Terutama yang berkaitan dengan kasih sayang, pemberian, perhatian, bahkan ciuman dan pujian.
Disebutkan dalam hadis Nu’man bin Basyir, ia bercerita di atas mimbar: “Ayahku memberiku sebuah hadiah, namun ‘Amrah binti Rawahah (ibuku) berkata: ‘Aku tidak akan ridha hingga engkau minta persaksian dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,’ maka ayahku pun datang menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan menceritakan hal itu: ‘Anakku dari ‘Amrah binti Rawahah aku berikan hadiah, dan ibunya (‘Amrah) bersikeras agar aku meminta persaksian darimu Wahai Rasulullah.”
Maka Nabi bertanya kepada ayahku: “Apakah semua anakmu kamu berikan hadiah juga?” Ayahku menjawab: “Tidak” Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
فَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلاَدِكُمْ
“Bertakwalah kepada Allah dan berlaku adillah kepada anak-anakmu. Lalu ayahku menarik kembali pemberiannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
فَلَا تُشْهِدْنِي إِذًا، فَإِنِّي لَا أَشْهَدُ عَلَى جَوْرٍ
“Kalau begitu jangan meminta persaksian kepadaku, karena aku tidak mau bersaksi atas sebuah kedzaliman/ketidakadilan.” (HR. muslim)
Jadi keadilan itu harus ditegakkan di antara anak-anak kita dan mereka harus merasakan keadilan itu. Sehingga tidak ada anak yang merasa disisihkan, dikucilkan, ditelantarkan, dibuang. Karena ini bisa berakibat fatal. Kita mendengar satu tindak kejahatan dari seorang anak kepada ayah ibunya bahkan saudara-saudaranya karena perlakuan tidak adil.
Misalnya satu rumah membully dia -mungkin- karena kekurangan yang ada padanya, mungkin karena prestasinya di sekolah kurang atau karena kekurangan-kekurangan lainnya. Ini bisa terjadi di dalam satu keluarga sehingga semua anggota keluarga -mulai dari ayah, ibu, bahkan saudara-saudaranya yang lain- merendahkannya. Ini bisa memberikan efek yang sangat buruk terhadap kejiwaan si anak dan bisa berujung kepada tindak kriminal. Wal ‘iyadzubillah.. Kita tidak mengharapkan itu terjadi.
Maka ini perkara tidak boleh dipandang sebelah mata. Menegakkan keadilan di antara anak-anak itu perintah Nabi, bahkan perintah itu diawali perintah untuk bertakwa. Menunjukkan bahwa itu adalah bentuk taqwa kita kepada Allah, yaitu berlaku adil kepada anak-anak kita. Maka ayah dan ibu berusaha untuk memberikan rasa keadilan kepada anak-anak mereka tanpa membeda-bedakan satu sama lainnya.
Seperti diketahui, setiap anak itu punya keistimewaan dan orang tua harus tahu sisi-sisi kelebihan masing-masing anak-anak mereka. Jangan hanya menyoroti kekurangan-kekurangan yang ada pada seorang anak. Di lain pihak anak yang lain terus disorot kelebihannya. Sehingga anak yang disorot terus kekurangannya ini merasa diperlakukan tidak adil. Ini akan memukul jiwa dan batinnya. Dia akan tertekan dan mungkin dia akan memberikan balasannya ketika dia dewasa atau kontan pada saat itu juga. Kita tidak tahu dampak buruk yang ditimbulkan dari sikap yang salah itu.
Biasanya anak-anak yang didzalimi dan dianiaya dimasa kecilnya itu akan nampak penyimpangan perilakunya ketika dia dewasa, seolah dia ingin melampiaskan dendamnya atas tekanan, kedzaliman, intimidasi yang diterimanya pada waktu dia kecil. Maka hendaknya para orang tua benar-benar memperhatikan hal ini. Berusaha untuk bersikap adil kepada anak-anak. Terutama di dalam hal pemberian, baik itu berupa barang, hadiah, perhatian ataupun pujian.
Jika seorang anak terus dipuji sementara anak yang lain terus dicela, tentu ini sangat buruk bagi perkembangan mentalnya. Dia akan terus-terus terpuruk dan semakin terpuruk. Justru orang tua yang bersikap seperti itu membantu setan untuk lebih memperparah keadaan anaknya. Ada sebagian orang tua merasa seorang anak itu tidak diharapkan kehadirannya di tengah-tengah keluarga, ini sangat berbahaya. Maka dari itu ketika bayi itu lahir harus disambut dengan kegembiraan, jangan disambut dengan rasa penyesalan, seolah-olah bayi itu tidak diharapkan kehadirannya.
Seorang ibu yang setengah hati menyambut kehadiran bayi yang dilahirkannya, ini akan berpengaruh kepada mentalnya di dalam membesarkan anak tersebut. Dia mungkin juga akan setengah hati membesarkan anaknya ini. Dan tentunya ini akan memberikan satu hasil yang negatif kepada si anak. Maka berlaku adillah.
Adapun di dalam riwayat Nasa’i disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada ayah dari Nu’man:
أليسَ يسرُّكَ أن يَكونوا لَكَ في البِرِّ سواءً قالَ بلى قالَ فلا إذًا
“‘Bukankah kamu menginginkan mereka semua berbakti?’ Ayahnya menjawab: ‘Tentu saja,’ Maka Nabi mengatakan: “Jangan berlaku tidak adil.'” (HR. An-Nasa’i)
Wallahu A'lam
(wid)