Mencium Anak Setiap Hari, Sunah Rasulullah SAW yang Sering Terlewatkan
loading...
A
A
A
Mencium anak-anak merupakan bentuk kasih sayang orang tua kepada buah hati mereka. Bahkan Syariat menganjurkan, ciumlah anak setiap hari dan izinkan mereka mencium kepala bapak dan kepala ibunya setiap hari pula. Ciuman seorang ayah atau ibu memiliki pengaruh positif kepada anak-anaknya.
Sebab, ciuman merupakan ungkapan cinta , perhatian, kerinduan dan lain sebagainya dari makna-makna keindahan yang mampu menjaga keharmonisan rumah tangga.
Hal ini juga dilakukan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dikutip dari buku Kaifa Takûnâ Abawain Mahbûbain karya Dr. Muhammad Fahd Ats-Tsuwaini, diceritakan bahwa suatu ketika, Baginda Nabi SAW bertanya kepada seorang badui, “Apakah kalian mencium anak kalian setiap hari?” Orang itu menjawab, “Sesungguhnya aku mempunyai sepuluh orang anak yang tidak pernah aku cium satupun di antara mereka.”
Maka Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepadanya,“Apa yang telah engkau lakukan? Sesungguhnya Allah telah mencabut rahmat dari hatimu.” (HR. Muslim dan At-Tirmidzi).
Telah diriwayatkan dalam sebuah atsar dari Ummu Salamah Radhiyallahu Anha, bahwa ia menuturkan,
“Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berada di rumahku. Ketika itu pembantu mengatakan bahwa Ali dan Fatimah ada dalam kamarnya. Ketika itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepadaku,
“Bangunlah kamu tolong panggilkan ahli baitku.”
Mendengar sabda beliau itu, aku bangkit dan berdehem di dekat rumah. Seketika itu juga, masuklah Ali dan Fatimah, bersama kedua anaknya Al-Hasan dan Al-Husain yang masih balita
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menggendong kedua balita tersebut dan meletakkannya di atas pangkuannya lalu mencium keduanya.
Setelah itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memeluk Ali pada satu tangannya dan Fatimah pada tangan yang lain, beliau mencium Fatimah dan mencium Ali, kemudian Rasulullah memberi mereka sebuah kain hitam, kemudian beliau berdoa,
“Ya Allah, aku minta kepada-Mu agar menjauhkan aku dan keluargaku dari neraka.” Aku (Ummu Salamah) katakan, “Aku bagaimana wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Kamu juga.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya [6/296]).
Wallahu A'lam
Sebab, ciuman merupakan ungkapan cinta , perhatian, kerinduan dan lain sebagainya dari makna-makna keindahan yang mampu menjaga keharmonisan rumah tangga.
Hal ini juga dilakukan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dikutip dari buku Kaifa Takûnâ Abawain Mahbûbain karya Dr. Muhammad Fahd Ats-Tsuwaini, diceritakan bahwa suatu ketika, Baginda Nabi SAW bertanya kepada seorang badui, “Apakah kalian mencium anak kalian setiap hari?” Orang itu menjawab, “Sesungguhnya aku mempunyai sepuluh orang anak yang tidak pernah aku cium satupun di antara mereka.”
Maka Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepadanya,“Apa yang telah engkau lakukan? Sesungguhnya Allah telah mencabut rahmat dari hatimu.” (HR. Muslim dan At-Tirmidzi).
Telah diriwayatkan dalam sebuah atsar dari Ummu Salamah Radhiyallahu Anha, bahwa ia menuturkan,
“Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berada di rumahku. Ketika itu pembantu mengatakan bahwa Ali dan Fatimah ada dalam kamarnya. Ketika itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepadaku,
“Bangunlah kamu tolong panggilkan ahli baitku.”
Mendengar sabda beliau itu, aku bangkit dan berdehem di dekat rumah. Seketika itu juga, masuklah Ali dan Fatimah, bersama kedua anaknya Al-Hasan dan Al-Husain yang masih balita
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menggendong kedua balita tersebut dan meletakkannya di atas pangkuannya lalu mencium keduanya.
Setelah itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memeluk Ali pada satu tangannya dan Fatimah pada tangan yang lain, beliau mencium Fatimah dan mencium Ali, kemudian Rasulullah memberi mereka sebuah kain hitam, kemudian beliau berdoa,
“Ya Allah, aku minta kepada-Mu agar menjauhkan aku dan keluargaku dari neraka.” Aku (Ummu Salamah) katakan, “Aku bagaimana wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Kamu juga.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya [6/296]).
Wallahu A'lam
(wid)