Nabi Nuh Membagi Bumi Kepada Ketiga Anaknya
loading...
A
A
A
SETELAH kondisi normal dari banjir, Nabi Nuh sudah menetap di bumi, Allah mewahyukan kepada Nabi Nuh AS untuk mengubur jasad Nabi Adam dan Siti Hawa serta mengembalikan Hajar Aswad ke tempatnya semula.
Semua perintah itu dilaksanakan Nabi Nuh. Selanjutnya, beliau terus-menerus berusaha memakmurkan bumi agar keadaannya kembali seperti semula. Sebagaimana keadaan sebelum banjir besar.
Wahab bin Munabbih mengatakan bahwa, setelah terjadinya banjir besar, Nabi Nuh bertahan hidup selama 200 tahun. Dan setelah keluar dari bahtera, dia melaksanakan ibadah haji.
Dia diutus kepada kaumnya ketika berumur 250 tahun dan tinggal bersama mereka selama 950 tahun sebagaimana dikabarkan oleh Allah di dalam al-Qur’an yang agung.
Ketika umur Nabi Nuh telah mencapai batas yang telah dituliskan oleh Allah untuknya, Malaikat Maut datang kepadanya dan berkata, “Assalaamu ‘alaika yaa Nabiyallaah!”
Nabi Nuh menjawab, “Wa ‘alaikas salaam, engkau ini siapa? Engkau telah menggetarkan hatiku dengan ucapan salammu.”
Malaikat Maut menjawab, “Aku adalah Malaikat Maut, datang kepadamu untuk mencabut ruhmu.”
Ketika Nabi Nuh mendengar jawaban itu, parasnya berubah dan bibirnya bergetar. Malaikat Maut berkata, “Hai Nuh, mengapa engkau gelisah? Apakah engkau belum kenyang dengan dunia, padahal engkau adalah orang yang paling panjang umurnya?”
Nabi Nuh menjawab, “Sesungguhnya aku telah menemukan dunia ini hanyalah seperti sebuah rumah yang mempunyai dua pintu; aku masuk dari pintu yang satu dan aku keluar dari pintu yang lainnya.”
Kemudian Malaikat Maut membawakan sebuah gelas untuk Nabi Nuh yang berisikan minuman dari surga. Dia berkata kepada Nabi Nuh, “Minumlah minuman ini agar ketakutanmu mereda.”
Minuman itu diambilnya, kemudian dia minum. Setelah meminum minuman itu, Nabi Nuh terkulai meninggal.
Setelah Nabi Nuh meninggal, anak-anaknya mengurusinya. Mereka memandikannya, mengafaninya, menshalatkannya, dan menguburkannya di sebuah kampung dekat Karak (sebuah kota di Yordania).
Menurut sebuah riwayat, di kuburan Nabi Nuh terdapat sebuah mata air yang senantiasa mengalir. Seorang penyair mengatakan:
Ratapilah dirimu, wahai miskin, bila engkau ingin meratap.
Engkau pasti mati walaupun diberi umur seperti umur Nuh.
Membagi Wilayah
Al-Kisa’i mengatakan, setelah Nabi Nuh AS menetap kembali di bumi, dia membagi 3 wilayah untuk anak-anaknya yaitu Sam, Ham, dan Yafits. (Baca juga: Seluruh Umat Manusia Mati, Nabi Nuh Jadi Bapak Manusia Kedua )
Sam menetap di wilayah bagian barat. Keturunannya menempati daerah Romawi, Persia, dan Arab. Selain itu, Sam juga diberi daerah yang meliputi Hijaz, Yaman, Irak, Syam, dan daerah yang lainnya.
Nabi Nuh melihat di wajah Sam ada cahaya kenabian. Sam adalah anak Nuh yang tertua.
Ham ditempatkan di wilayah utara. Keturunannya menempati daerah Zanji dan Habasyah. Sedangkan Yafits ditempatkan di wilayah timur. Keturunannya banyak menempati daerah Turki, Ya’juj dan Ma’juj.
Semua perintah itu dilaksanakan Nabi Nuh. Selanjutnya, beliau terus-menerus berusaha memakmurkan bumi agar keadaannya kembali seperti semula. Sebagaimana keadaan sebelum banjir besar.
Wahab bin Munabbih mengatakan bahwa, setelah terjadinya banjir besar, Nabi Nuh bertahan hidup selama 200 tahun. Dan setelah keluar dari bahtera, dia melaksanakan ibadah haji.
Dia diutus kepada kaumnya ketika berumur 250 tahun dan tinggal bersama mereka selama 950 tahun sebagaimana dikabarkan oleh Allah di dalam al-Qur’an yang agung.
Ketika umur Nabi Nuh telah mencapai batas yang telah dituliskan oleh Allah untuknya, Malaikat Maut datang kepadanya dan berkata, “Assalaamu ‘alaika yaa Nabiyallaah!”
Nabi Nuh menjawab, “Wa ‘alaikas salaam, engkau ini siapa? Engkau telah menggetarkan hatiku dengan ucapan salammu.”
Malaikat Maut menjawab, “Aku adalah Malaikat Maut, datang kepadamu untuk mencabut ruhmu.”
Ketika Nabi Nuh mendengar jawaban itu, parasnya berubah dan bibirnya bergetar. Malaikat Maut berkata, “Hai Nuh, mengapa engkau gelisah? Apakah engkau belum kenyang dengan dunia, padahal engkau adalah orang yang paling panjang umurnya?”
Nabi Nuh menjawab, “Sesungguhnya aku telah menemukan dunia ini hanyalah seperti sebuah rumah yang mempunyai dua pintu; aku masuk dari pintu yang satu dan aku keluar dari pintu yang lainnya.”
Kemudian Malaikat Maut membawakan sebuah gelas untuk Nabi Nuh yang berisikan minuman dari surga. Dia berkata kepada Nabi Nuh, “Minumlah minuman ini agar ketakutanmu mereda.”
Minuman itu diambilnya, kemudian dia minum. Setelah meminum minuman itu, Nabi Nuh terkulai meninggal.
Setelah Nabi Nuh meninggal, anak-anaknya mengurusinya. Mereka memandikannya, mengafaninya, menshalatkannya, dan menguburkannya di sebuah kampung dekat Karak (sebuah kota di Yordania).
Menurut sebuah riwayat, di kuburan Nabi Nuh terdapat sebuah mata air yang senantiasa mengalir. Seorang penyair mengatakan:
Ratapilah dirimu, wahai miskin, bila engkau ingin meratap.
Engkau pasti mati walaupun diberi umur seperti umur Nuh.
Membagi Wilayah
Al-Kisa’i mengatakan, setelah Nabi Nuh AS menetap kembali di bumi, dia membagi 3 wilayah untuk anak-anaknya yaitu Sam, Ham, dan Yafits. (Baca juga: Seluruh Umat Manusia Mati, Nabi Nuh Jadi Bapak Manusia Kedua )
Sam menetap di wilayah bagian barat. Keturunannya menempati daerah Romawi, Persia, dan Arab. Selain itu, Sam juga diberi daerah yang meliputi Hijaz, Yaman, Irak, Syam, dan daerah yang lainnya.
Nabi Nuh melihat di wajah Sam ada cahaya kenabian. Sam adalah anak Nuh yang tertua.
Ham ditempatkan di wilayah utara. Keturunannya menempati daerah Zanji dan Habasyah. Sedangkan Yafits ditempatkan di wilayah timur. Keturunannya banyak menempati daerah Turki, Ya’juj dan Ma’juj.
(mhy)