Beginilah Tampilan Terbaik Muslimah Ketika Hendak Salat Id
loading...
A
A
A
Dalam melaksanakan salat, seorang muslimah dianjurkan lebih mempercantik diri dengan hiasan (pakaian yang pantas-red), terutama dalam salat Jumat, salat jamaah dan salat Id. Anjuran berpenampilan sempurna untuk salat id , karena merupakan hak Allah Ta'ala.
Alah Ta'ala berfirman :
"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS Al-Araf 31)
Pakaian yang menghias diri itu minimal menutupi aurat . Seseorang tidak diperkenankan melaksanaan salat atau thawaf di Baitullah dalam keadaan telanjang, meskipun dia salat sendirian di ruangan yang gelap. Bagi muslimah, tidak diperkenankan salat tanpa memakai kerudung sekalipun dia salat sendirian di rumahnya, beda halnya jika dia berada di luar salat.
Menjelang perayaan Iduladha , kaum muslimin juga disunnahkan melaksanakan salat Id. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pun mengajurkan baik muslim maupun muslimah sebelum melaksanakan salat Iduladha ini, dengan mandi terlebih dahulu, berdandan dan berhias diri dengan berpakaian yang terbaik.(
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiyallahu‘anhu, ia berkata,
‘Umar mengambil sebuah jubah dari sutra. Dia membelinya di pasar. Kemudian dia memberinya untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam; beliau katakan, ‘Wahai Rasulullah, aku membeli jubah ini supaya engkau bisa ber- tajammul (mengenakannya untuk tujuan tampil bagus/tampan) ketika hari raya dan ketika menyambut tamu.’ Lantas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ini adalah baju untuk orang yang tidak punya bagian (di surga).” (HR. Bukhari)
Selain itu, Nabi pun memakai minyak wangi yang paling harum. Inti dari anjuran tersebut adalah supaya saat salat Id nanti umat dapat memperbaiki penampilannya.
Namun demikian, apakah ketentuan yang sama berlaku untuk perempuan muslimah? Beberapa sumber rujukan memang tidak menegaskan adanya perbedaan antara lelaki dan perempuan dalam hal berpenampilan terbaik ini, akan tetapi Syekh Muhammad bin Salih Utsaimin mengingatkan agar kaum muslimah tetap memerhatikan adab ketika keluar rumah.
Maka itu menurutnya, kaum perempuan muslimah hendaknya pergi ke suatu tempat salat Ied tanpa bersolek berlebihan, tanpa memakai wangi-wangian, dan tidak menampakkan auratnya. Dia mendasarkan pendapatnya pada ketentuan umum fiqih bahwa kaum muslimah diperintahkan menutup tubuhnya, tidak memamerkan perhiasannya (tabarruj), dan tidak memakai wewangian saat keluar rumah.
Sabda Rasulullah SAW, ''Hendaklah mereka (para Muslimah) keluar untuk salat Ied tanpa memakai wangi-wangian dan menjauhi laki-laki.''
Dalil lain, dari Ibnu Umar radhiyallahu'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW, bersabda:
"Apabila salah seorang dari kalian hendak salat, sebaiknya dia mengenakan dua helai pakaiannya karena berhias untuk Allah itu lebih hak dilakukan," (HR ath-Thabarani dan Al-Baihaqi)
Bagi muslimah, dianjurkan mengenakan tiga helai pakaian dalam salat, yakni kerudung yang menutupi kepala dan lehernya, daster atau baju panjang yang menutupi badan dan kedua kakinya, dan jilbab tebal di atas pakaiannya atau mantel yang menutupi pakaiannya. (
Aisyah radhiyallahu anha meriwayatkan,"Ketika melaksanakan salat, wanita harus mengenaikan tiga helai pakaian yakni pakaian sehari-hari, jilbab dan kerudung". Aisyah pernah menggunakan sarungnya sebagai jilbab. (HR Ibnu Abdi Syaibah)
Demikian pula perempuan muslimah ketika hari raya. Hendaklah mereka mengenakan pakaian yang bersih, sudah diseterika (tidak kusut), dan tidak apek. Dengan berpenampilan demikian, mereka telah menaati Allah dan Rasul-Nya lewat dua cara: tajammul (berpenampilan terbaik) ketika hari raya dan tidak bertabarruj (tidak berdandan di hadapan lelaki yang bukan mahram).
Karena itu, meskipun berhias dan memakai pakaian baru pada hari raya disunahkan, jangan sampai muslimah terjebak pada sifat boros dan berlebihan dalam berpakaian atau berdandan. Tidak boleh pula kita mengabaikan kriteria pakaian syar’i yang telah ditetapkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah sehingga mengakibatkan “aurat” kita tidak terjaga. Atau berpakaian terlalu ketat. Atau juga terlalu mencolok dan menarik perhatian banyak orang.
Satu hal lagi, ketika muslimah hendak keluar rumah untuk salat Ied, janganlah memakai parfum atau wangi-wangian. Sebuah dalil menyatakan:
“Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur.” (HR. An-Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi, dan Ahmad)
Alah Ta'ala berfirman :
يَٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ
"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS Al-Araf 31)
Pakaian yang menghias diri itu minimal menutupi aurat . Seseorang tidak diperkenankan melaksanaan salat atau thawaf di Baitullah dalam keadaan telanjang, meskipun dia salat sendirian di ruangan yang gelap. Bagi muslimah, tidak diperkenankan salat tanpa memakai kerudung sekalipun dia salat sendirian di rumahnya, beda halnya jika dia berada di luar salat.
Menjelang perayaan Iduladha , kaum muslimin juga disunnahkan melaksanakan salat Id. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pun mengajurkan baik muslim maupun muslimah sebelum melaksanakan salat Iduladha ini, dengan mandi terlebih dahulu, berdandan dan berhias diri dengan berpakaian yang terbaik.(
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiyallahu‘anhu, ia berkata,
‘Umar mengambil sebuah jubah dari sutra. Dia membelinya di pasar. Kemudian dia memberinya untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam; beliau katakan, ‘Wahai Rasulullah, aku membeli jubah ini supaya engkau bisa ber- tajammul (mengenakannya untuk tujuan tampil bagus/tampan) ketika hari raya dan ketika menyambut tamu.’ Lantas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ini adalah baju untuk orang yang tidak punya bagian (di surga).” (HR. Bukhari)
Selain itu, Nabi pun memakai minyak wangi yang paling harum. Inti dari anjuran tersebut adalah supaya saat salat Id nanti umat dapat memperbaiki penampilannya.
Namun demikian, apakah ketentuan yang sama berlaku untuk perempuan muslimah? Beberapa sumber rujukan memang tidak menegaskan adanya perbedaan antara lelaki dan perempuan dalam hal berpenampilan terbaik ini, akan tetapi Syekh Muhammad bin Salih Utsaimin mengingatkan agar kaum muslimah tetap memerhatikan adab ketika keluar rumah.
Maka itu menurutnya, kaum perempuan muslimah hendaknya pergi ke suatu tempat salat Ied tanpa bersolek berlebihan, tanpa memakai wangi-wangian, dan tidak menampakkan auratnya. Dia mendasarkan pendapatnya pada ketentuan umum fiqih bahwa kaum muslimah diperintahkan menutup tubuhnya, tidak memamerkan perhiasannya (tabarruj), dan tidak memakai wewangian saat keluar rumah.
Sabda Rasulullah SAW, ''Hendaklah mereka (para Muslimah) keluar untuk salat Ied tanpa memakai wangi-wangian dan menjauhi laki-laki.''
Dalil lain, dari Ibnu Umar radhiyallahu'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW, bersabda:
"Apabila salah seorang dari kalian hendak salat, sebaiknya dia mengenakan dua helai pakaiannya karena berhias untuk Allah itu lebih hak dilakukan," (HR ath-Thabarani dan Al-Baihaqi)
Bagi muslimah, dianjurkan mengenakan tiga helai pakaian dalam salat, yakni kerudung yang menutupi kepala dan lehernya, daster atau baju panjang yang menutupi badan dan kedua kakinya, dan jilbab tebal di atas pakaiannya atau mantel yang menutupi pakaiannya. (
Aisyah radhiyallahu anha meriwayatkan,"Ketika melaksanakan salat, wanita harus mengenaikan tiga helai pakaian yakni pakaian sehari-hari, jilbab dan kerudung". Aisyah pernah menggunakan sarungnya sebagai jilbab. (HR Ibnu Abdi Syaibah)
Penampilan Terbaik yang Syar'i
Berpenampilan terbaik perempuan muslimah tanpa tabarruj dan tanpa memakai parfum, bisa dianalogikan seorang siswi yang hendak pergi sekolah. Anak sekolah diwajibkan berseragam ke sekolah. Apakah para siswi jadi tampak kucel bila tidak berdandan? Tentu saja tidak. Dengan mengenakan pakaian yang bersih, sudah diseterika (tidak kusut), dan berjilbab dengan rapi, para siswi tersebut sudah disebut berpakaian dengan baik. Untuk berpakaian dengan baik, mereka tidak perlu menambahkan manik-manik atau payet di bajunya. Mereka juga tidak perlu merias wajahnya dengan berbagai make up.Demikian pula perempuan muslimah ketika hari raya. Hendaklah mereka mengenakan pakaian yang bersih, sudah diseterika (tidak kusut), dan tidak apek. Dengan berpenampilan demikian, mereka telah menaati Allah dan Rasul-Nya lewat dua cara: tajammul (berpenampilan terbaik) ketika hari raya dan tidak bertabarruj (tidak berdandan di hadapan lelaki yang bukan mahram).
Karena itu, meskipun berhias dan memakai pakaian baru pada hari raya disunahkan, jangan sampai muslimah terjebak pada sifat boros dan berlebihan dalam berpakaian atau berdandan. Tidak boleh pula kita mengabaikan kriteria pakaian syar’i yang telah ditetapkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah sehingga mengakibatkan “aurat” kita tidak terjaga. Atau berpakaian terlalu ketat. Atau juga terlalu mencolok dan menarik perhatian banyak orang.
Satu hal lagi, ketika muslimah hendak keluar rumah untuk salat Ied, janganlah memakai parfum atau wangi-wangian. Sebuah dalil menyatakan:
“Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur.” (HR. An-Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi, dan Ahmad)