Tak Punya Lampu Penerang, Beginilah Kegigihan Ulama Terdahulu Menuntut Ilmu
loading...
A
A
A
Kegigihan para ulama terdahulu ketika menuntut ilmu layak kita apresiasi. Meski hidup di zaman serba terbatas, mereka sukses menjadi ulama yang berkontribusi besar dalam khazanah keilmuan Islam.
Dai yang menimba ilmu di Al-Azhar Mesir Ustaz Amru Hamdany menceritakan beberapa kisah ulama yang dikenal gigih dalam belajar. Imam Abu Hilal Al-Askari (wafat 400 H) bercerita:
و ذكر لي عن أبي حاتم أنه قال : ضاقت بي الحال أيام طلبي العلم... فكنت أخرج بالليل إلى الدرب الذي أنزله، و أرتفق بسراج الحارس، و كان ربما نام الحارس، فكنت أنوب عنه. [الحث على طلب العلم و الاجتهاد في جمعه للإمام أبي هلال العسكري، ص: ٣٤]
Artinya: "Seseorang bercerita kepadaku mengenai Abu Hatim, beliau berkata, "Aku pernah mengalami masa 'paceklik' saat menuntut ilmu, kemudian aku keluar ke jalan, dan aku belajar di bawah pencahayaan lampu dari orang yang bertugas sebagai piket malam di daerahku. Jika ia tertidur akulah yang menggantikannya."
Ada yang lebih menarik lagi. Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah bercerita dalam Kitabnya tentang Imam Muhammad bin Husain Al-Ayyubi (wafat 421 H):
...كان يعلق دروسه و يطالعها في القمر، لضيق يده عن تحصيل دهن السراج، و هو مع ذلك يكابد الفقر و يلازم الورع، و لا يأخذ من مال الشبهة شيئا.
[صفحات من صبر العلماء، ص: ٢٠٧]
"Dahulu, dikarenakan ekonomi Imam Muhammad Al-Ayyubi sedang menipis yang membuatnya tidak bisa membeli minyak penerang, beliau mutholaah dan menulis pelajarannya di bawah cahaya bulan."
Dari sini, kita bisa lihat bagaimana mereka (para ulama terdahulu) betul-betul menjiwai 'belajar' itu. Semangat dan motivasinya pada ilmu mengalahkan segalanya. Walaupun begitu, mereka keluar menjadi bintang-bintang ummat sebagai penerang, keluar menjadi 'alim 'allamah, rujukan ummat dalam ilmu dan taqwa.
Kisah-kisah mereka yang luar biasa seperti ini sangat menampar keadaan kita sekarang. Di mana kita hidup di zaman serba terang, lampu dan pencahayaan hampir sangat mudah ditemukan.
"Lebih-lebih sekarang kita sangat terbantu dengan adanya kitab dan buku dalam format PDF yang bisa kita manfaatkan di manapun dan kapanpun. Dan itu pun sangat murah meriah. Seharusnya kita sudah mengkhatamkan banyak kitab," kata Ustaz Amru.
Fenomena saat ini, media sosial sungguh sangat banyak merampas waktu, energi dan pikiran kita. Semangat belajar kita sangat minim. Bahkan untuk kalangan penuntut ilmunya. Semoga kisah para ulama terdahulu menginspirasi kita untuk lebih semangat dalam menuntut ilmu.
Dai yang menimba ilmu di Al-Azhar Mesir Ustaz Amru Hamdany menceritakan beberapa kisah ulama yang dikenal gigih dalam belajar. Imam Abu Hilal Al-Askari (wafat 400 H) bercerita:
و ذكر لي عن أبي حاتم أنه قال : ضاقت بي الحال أيام طلبي العلم... فكنت أخرج بالليل إلى الدرب الذي أنزله، و أرتفق بسراج الحارس، و كان ربما نام الحارس، فكنت أنوب عنه. [الحث على طلب العلم و الاجتهاد في جمعه للإمام أبي هلال العسكري، ص: ٣٤]
Artinya: "Seseorang bercerita kepadaku mengenai Abu Hatim, beliau berkata, "Aku pernah mengalami masa 'paceklik' saat menuntut ilmu, kemudian aku keluar ke jalan, dan aku belajar di bawah pencahayaan lampu dari orang yang bertugas sebagai piket malam di daerahku. Jika ia tertidur akulah yang menggantikannya."
Ada yang lebih menarik lagi. Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah bercerita dalam Kitabnya tentang Imam Muhammad bin Husain Al-Ayyubi (wafat 421 H):
...كان يعلق دروسه و يطالعها في القمر، لضيق يده عن تحصيل دهن السراج، و هو مع ذلك يكابد الفقر و يلازم الورع، و لا يأخذ من مال الشبهة شيئا.
[صفحات من صبر العلماء، ص: ٢٠٧]
"Dahulu, dikarenakan ekonomi Imam Muhammad Al-Ayyubi sedang menipis yang membuatnya tidak bisa membeli minyak penerang, beliau mutholaah dan menulis pelajarannya di bawah cahaya bulan."
Dari sini, kita bisa lihat bagaimana mereka (para ulama terdahulu) betul-betul menjiwai 'belajar' itu. Semangat dan motivasinya pada ilmu mengalahkan segalanya. Walaupun begitu, mereka keluar menjadi bintang-bintang ummat sebagai penerang, keluar menjadi 'alim 'allamah, rujukan ummat dalam ilmu dan taqwa.
Kisah-kisah mereka yang luar biasa seperti ini sangat menampar keadaan kita sekarang. Di mana kita hidup di zaman serba terang, lampu dan pencahayaan hampir sangat mudah ditemukan.
"Lebih-lebih sekarang kita sangat terbantu dengan adanya kitab dan buku dalam format PDF yang bisa kita manfaatkan di manapun dan kapanpun. Dan itu pun sangat murah meriah. Seharusnya kita sudah mengkhatamkan banyak kitab," kata Ustaz Amru.
Fenomena saat ini, media sosial sungguh sangat banyak merampas waktu, energi dan pikiran kita. Semangat belajar kita sangat minim. Bahkan untuk kalangan penuntut ilmunya. Semoga kisah para ulama terdahulu menginspirasi kita untuk lebih semangat dalam menuntut ilmu.
(rhs)