Kisah Lucu Penuh Ibrah, Seorang Arab Badui Tak Hafal Rakaat Sholat
loading...
A
A
A
Kisah seorang Arab Badui yang tak mampu menghafal jumlah rakaat sholat termasuk kisah lucu yang penuh ibrah. Kisah ini diketengahkan dalam buku "100 Kisah Menarik Penuh Ibrah" karya Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi.
Seperti diketahui, orang-orang Arab Badui dikenal sebagai suku pengembara di jazirah Arab. Mereka tinggal di gurun pasir dan suka berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain sembari menggembala kambing. Mereka belum mengerti tatakrama (adab) karena jauh dari ilmu agama, namun dikenal sangat berani dan setia.
Diceritakan, bahwa ada seorang Arab Badui masuk Islam di zaman Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anhu. Lalu Sayyidina Umar mengajarinya sholat seraya mengatakan: "Sholat Zhuhur empat rakaat, shalat Ashar empat rakaat, Maghrib tiga rakaat, Isya empat rakaat, dan Subuh dua rakaat."
Namun, orang Badui itu belum juga hafal. Sayyidina Umar mengulanginya lagi, tetapi tetap saja orang Badui itu tidak hafal bahkan terbalik-balik. Yang empat dibilang tiga dan yang tiga dibilang empat rakaat. Akhirnya, Umar membentaknya seraya mengatakan: "Orang Arab Badui biasanya cepat hafal syair, coba ulangi ucapan saya:
Sesungguhnya sholat itu empat kemudian empat.
Lalu tiga kemudian setelahnya empat rakaat.
Kemudian sholat Subuh dua jangan engkau lalaikan.
Setelah itu Umar bertanya kepadanya: "Sudahkah kamu menghafalnya?" Orang Arab Badui itu menjawab, "Sudah." Kata Umar, "Kalau begitu, pulanglah ke rumahmu sekarang."
Kisah ini memberi kita faedah betapa pentingnya menghimpun ilmu dalam bentuk syair atau manzhumah agar lebih mudah dihafal dan diulang-ulang sebagaimana dilakukan para ulama terdahulu dalam berbagai disiplin ilmu.
Kisah lainnya, seorang laki-laki Arab Badui ingin mengetahui keberadaan Allah 'Azza wa Jalla. Dengan penasaran yang tinggi, laki-laki itu mendatangi Rasulullah ﷺ dan mengutarakan pertanyaannya.
Ketika bertemu Nabi, Arab Badui itu langsung menyampaikan pertanyaannya: "Wahai Rasulullah, apakah Tuhan kita dekat sehingga kita berbisik kepada-Nya atau Dia jauh sehingga kita menyeru-Nya dengan suara keras?"
Mendengar itu, Rasulullah ﷺ diam dan tidak menjawabnya. Saat Nabi diam dan tak menjawab, maka turunlah ayat (Surat Al-Baqarah Ayat 186):
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Artinya: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka (jawablah) sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran." (QS Al-Baqarah Ayat 186)
Ada lagi kisah yang sangat masyhur pernah terjadi di zaman Nabi. Seorang Arab Badui membuat ulah di Masjid Nabi di Madinah. Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu menceritakan, ketika Arab Badui memasuki masjid, lantas dia kencing di salah satu sisi masjid. Lalu para sahabat menghardik orang ini. Namun Nabi ﷺ melarang tindakan para sahabat tersebut. Tatkala orang Arab Badui itu telah menyelesaikan hajatnya, Nabi ﷺ kemudian memerintah para sahabat untuk mengambil air, kemudian bekas kencing itu pun disirami." (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Seperti diketahui, orang-orang Arab Badui dikenal sebagai suku pengembara di jazirah Arab. Mereka tinggal di gurun pasir dan suka berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain sembari menggembala kambing. Mereka belum mengerti tatakrama (adab) karena jauh dari ilmu agama, namun dikenal sangat berani dan setia.
Diceritakan, bahwa ada seorang Arab Badui masuk Islam di zaman Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anhu. Lalu Sayyidina Umar mengajarinya sholat seraya mengatakan: "Sholat Zhuhur empat rakaat, shalat Ashar empat rakaat, Maghrib tiga rakaat, Isya empat rakaat, dan Subuh dua rakaat."
Namun, orang Badui itu belum juga hafal. Sayyidina Umar mengulanginya lagi, tetapi tetap saja orang Badui itu tidak hafal bahkan terbalik-balik. Yang empat dibilang tiga dan yang tiga dibilang empat rakaat. Akhirnya, Umar membentaknya seraya mengatakan: "Orang Arab Badui biasanya cepat hafal syair, coba ulangi ucapan saya:
Sesungguhnya sholat itu empat kemudian empat.
Lalu tiga kemudian setelahnya empat rakaat.
Kemudian sholat Subuh dua jangan engkau lalaikan.
Setelah itu Umar bertanya kepadanya: "Sudahkah kamu menghafalnya?" Orang Arab Badui itu menjawab, "Sudah." Kata Umar, "Kalau begitu, pulanglah ke rumahmu sekarang."
Kisah ini memberi kita faedah betapa pentingnya menghimpun ilmu dalam bentuk syair atau manzhumah agar lebih mudah dihafal dan diulang-ulang sebagaimana dilakukan para ulama terdahulu dalam berbagai disiplin ilmu.
Kisah lainnya, seorang laki-laki Arab Badui ingin mengetahui keberadaan Allah 'Azza wa Jalla. Dengan penasaran yang tinggi, laki-laki itu mendatangi Rasulullah ﷺ dan mengutarakan pertanyaannya.
Ketika bertemu Nabi, Arab Badui itu langsung menyampaikan pertanyaannya: "Wahai Rasulullah, apakah Tuhan kita dekat sehingga kita berbisik kepada-Nya atau Dia jauh sehingga kita menyeru-Nya dengan suara keras?"
Mendengar itu, Rasulullah ﷺ diam dan tidak menjawabnya. Saat Nabi diam dan tak menjawab, maka turunlah ayat (Surat Al-Baqarah Ayat 186):
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Artinya: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka (jawablah) sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran." (QS Al-Baqarah Ayat 186)
Ada lagi kisah yang sangat masyhur pernah terjadi di zaman Nabi. Seorang Arab Badui membuat ulah di Masjid Nabi di Madinah. Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu menceritakan, ketika Arab Badui memasuki masjid, lantas dia kencing di salah satu sisi masjid. Lalu para sahabat menghardik orang ini. Namun Nabi ﷺ melarang tindakan para sahabat tersebut. Tatkala orang Arab Badui itu telah menyelesaikan hajatnya, Nabi ﷺ kemudian memerintah para sahabat untuk mengambil air, kemudian bekas kencing itu pun disirami." (HR Al-Bukhari dan Muslim)
(rhs)