Kisah Laki-laki Bertaubat Setelah Bertemu Imam Abu Hanifah, Begini Kisahnya

Rabu, 09 Agustus 2023 - 06:50 WIB
loading...
Kisah Laki-laki Bertaubat...
Imam Abu Hanifah (80-150 Hijriah) dikenal sebagai ulama yang memiliki hujjah dan kemampuan berfikir cemerlang. Banyak orang bertaubat setelah berdialog dengan Imam Abu Hanifah di zamannya. Foto ilustrasi/ist
A A A
Dalam satu kajian Gus Musa Muhammad menceritakan kisah Imam Abu Hanifah yang membuat seorang laki-laki Kufah Irak bertaubat dari tuduhan sesatnya.

Imam Abu Hanifah (80-150 Hijriah) dikenal sebagai ulama ahlul ra'yi (ahli logika) yang dikaruniai kemampuan berfikir yang sangat cemerlang. Suatu ketika saat di Madinah, Imam Abu Hanifah menjumpai Imam Malik (ulama pendiri Mazhab Maliki) yang tengah duduk bersama beberapa sahabatnya.

Setelah Abu Hanifah keluar, Imam Malik menoleh kepada mereka dan berkata, "Tahukah kalian siapa dia?"Mereka menjawab, "Tidak." Kemudian Imam Malik berkata, "Dialah Nu'man bin Tsabit, yang seandainya berkata bahwa tiang masjid itu emas, niscaya perkataannya menjadi dipakai orang sebagai argumen."

Tidaklah dikatakan berlebihan apa yang dikatakan Imam Malik ketika menggambarkan sosok Abu Hanifah, sebab beliau memang memiliki kekuatan dalam berhujjah. Daya tangkapnya cepat, cerdas, dan luas wawasannya.

Sangat banyak tarikh yang menggambarkan kekuatan argumentasinya dalam menghadapi lawan bicaranya ketika adu argumen. Semuanya membuktikan kebenaran pujian Imam Malik: "Seandainya dia mengatakan bahwa tanah di tanganmu itu emas, maka engkau akan membenarkannya karena alasannya yang tepat dan mengikuti pernyataannya."

Kisah Laki-laki Kufah Bertaubat
Sebagai bukti, ada seorang laki-laki dari Kufah Irak yang disesatkan oleh Allah. Dia termasuk orang terpandang dan didengar omongannya. Laki-laki itu menuduh di hadapan orang-orang bahwa sahabat Nabi, Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu asalnya adalah Yahudi, lalu menganut Yahudi lagi setelah Islamnya.

Karena mendengar kabar itu, Imam Abu Hanifah bergegas menjumpainya dan berkata, "Aku datang kepadamu untuk meminang putrimu bernama Fulanah untuk sahabatku." Laki-laki itu berkata, "Selamat atas kedatangan Anda. Orang seperti Anda tidak layak ditolak keperluannya wahai Abu Hanifah. Akan tetapi, siapakah peminang itu?"

Beliau menjawab, "Seorang yang terkemuka dan terhitung kaya di tengah kaumnya, dermawan dan ringan tangan, hafal Kitabullah. Ia menghabiskan malam dengan satu rukuk dan sering menangis karena takwa dan takutnya kepada Allah."

Laki-laki itu berkata, "Wah.. wah.. cukup wahai Abu Hanifah. Sebagian saja dari yang Anda sebutkan itu sudah cukup baginya untuk meminang seorang putri Amirul Mukminin sekalipun."

Abu Hanifah berkata, "Hanya saja ada satu hal yang perlu Anda pertimbangkan." Dia bertanya, "Apakah itu?" Imam Abu Hanifah berkata, "Dia seorang Yahudi."

Mendengar itu, orang itu terperanjat dan bertanya-tanya: "Yahudi? Apakah Anda ingin saya menikahkan putri saya dengan seorang Yahudi wahai Abu Hanifah? Demi Allah aku tidak akan menikahkan putriku dengannya, walaupun dia memiliki segalanya dari yang awal sampai akhir."

Lalu Imam Abu Hanifah berkata, "Engkau menolak menikahkan putrimu dengan seorang Yahudi dan engkau mengingkarinya dengan keras. Tapi kau sebarkan berita kepada orang-orang bahwa Rasulullah ï·º telah menikahkan kedua putrinya dengan Yahudi (yakni Utsman)?"

Seketika orang itu gemetaran tubuhnya lalu berkata, "Astaghfirullah, Aku memohon ampun kepada Allah atas kata-kata buruk yang aku ucapkan. Aku bertaubat dari tuduhan busuk yang saya lontarkan."

Imam Abu Hanifah bernama asli an-Nu'man bin Tsabit rahimahullah lahir di Kufah, Irak pada 80 H dan wafat di Kota Baghdad Irak, 150 H. Pada tahun wafatnya Imam Abu Hanifah bertepatan dengan lahirnya Imam Syafi'i rahimahullah.

Referensi:
Tarikh as-Shalafus Shalih

(rhs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2616 seconds (0.1#10.140)