Islamofobia di Negara Muslim Menjadi Pendorong Kebencian Islam di Seluruh Dunia

Rabu, 04 Oktober 2023 - 17:08 WIB
loading...
Islamofobia di Negara Muslim Menjadi Pendorong Kebencian Islam di Seluruh Dunia
Larangan abaya bagi siswi di sekolah umum salah satu Islamofobia di Prancis. Ilustrasi: MEE
A A A
Sosiolog yang anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Turki (TÜBA), Profesor Yasin Aktay, mengatakan islamofobia bukan hanya monopoli negara-negara non-muslim. Ancaman yang tak kalah serius adalah Islamofobia di dunia Muslim .

Aktay mengatakan Türkiye mengalami hal ini selama bertahun-tahun. “Jika ada larangan berjilbab, berarti ada Islamofobia,” katanya, mengacu pada larangan yang kini sudah tidak ada lagi terhadap anak perempuan dan perempuan berjilbab untuk bersekolah atau bekerja di sektor publik.

“Ini juga termasuk Islamofobia jika Anda ingin orang-orang dilarang mendapatkan pendidikan agama. Ada kalangan tertentu yang menginginkan hal ini dan mereka masih ada. Tidak dapat dikatakan secara pasti bahwa Islamofobia berakhir di Türkiye. Kadang-kadang ia mengangkat kepalanya. Namun kita terhindar dari pendekatan yang memandang jilbab sebagai simbol keterbelakangan dan simbol politik,” ujarnya di sela-sela konferensi dua hari mengenai Islamofobia yang diselenggarakan di Qatar pada 30 September dan 1 Oktober 2023.



Mengenai Islamofobia di negara-negara Muslim, Aktay sebagaimana dikutip Daily Sabah mengatakan negara-negara tersebut juga mempunyai wacana Islamofobia yang serius. “Sebenarnya hal inilah yang mendorong Islamofobia di dunia."

Sayangnya, negara-negara Islam hampir berlomba untuk menggambarkan agama sebagai sesuatu yang ditakuti. (Rezim) menjelekkan para pembangkang, menuduh mereka mempolitisasi Islam. Negara-negara saling menyalahkan. Mereka membantu mengedarkannya ke seluruh dunia. "Hal ini menumbuhkan pola pikir yang memandang Islam, agama yang seharusnya dipandang sebagai berkah bagi umat manusia, sebagai agama yang mengancam umat manusia,” ujarnya.

Dr Safwan Masri, dekan Universitas Georgetown Qatar, menambahkan perjuangan melawan Islamofobia di negara-negara Muslim tidaklah mudah dan membutuhkan pendekatan multifaset. Demikian pula, peran masing-masing aktor berbeda-beda dalam memerangi Islamofobia.

“Jika kita melihat, misalnya, bagaimana anti-Semitisme terbentuk di seluruh dunia. Hal ini terjadi di berbagai bidang dan, tidak semua orang sepakat mengenai strategi untuk memeranginya. Saya berpendapat serupa dengan Islamofobia, ada peran media, ada peran universitas, ada peran negara untuk memberantasnya, dan ada peran individu untuk menyerukan dan menentang insiden-insiden Islamofobia tersebut," ujarnya.



Ambil contoh Perancis. Larangan mengenakan abaya bagi perempuan Muslim adalah sesuatu di mana negara dapat membuat pernyataan dan mengambil tindakan. "Mereka dapat mengatakan kepada negara seperti Perancis bahwa tidak boleh meminggirkan dan menargetkan 2 miliar orang,” tambahnya.

Demikian pula, Masri mengatakan negara-negara harus mengambil tindakan terhadap pemerintahan Modi di India, di mana lebih dari 200 juta Muslim merupakan minoritas terbesar dan menjadi sasaran Islamofobia. “Ada sanksi yang akan dijatuhkan terhadap India, tidak hanya sanksi ekonomi tradisional tetapi juga sanksi, misalnya dalam kesepakatan politik,” katanya.

Masri mengingatkan menargetkan Islamofobia harus menjadi prioritas agenda para pemimpin dunia dan khususnya para pemimpin dunia Muslim.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1394 seconds (0.1#10.140)