Tadabbur Surat Yasin Ayat 1-17, ketika Allah Bersumpah dengan Al-Qur'an
loading...
A
A
A
Kebenaran yang dibawanya jelas, tanpa mencampuradukkan antara kebenaran dan kebatilan. Syariat Muhammad saw tidaklah cenderung mengikuti keinginan hawa nafsu manusiawi, tetapi senantiasa mendorong manusia menuju kepada kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat. Firman Allah:
Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus. (asy-Syura/42: 52)
Tanziilal 'Aziizir Rahiim
5. (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang,
Ayat ini dengan tegas menentukan kedudukan Al-Qur'an, yakni kitab suci yang berasal dari Allah, bukan kitab suci hasil karangan manusia. Allah telah menyatakan kepada para hamba-Nya agar memahami hakikat kitab suci yang diturunkan-Nya, yaitu dari Zat Yang Maha Perkasa, yang bertindak seperti apa yang dikehendaki-Nya, tetapi Dia juga Maha Penyayang kepada hamba-Nya. Kasih sayang itu tertuang dalam Al-Qur'an yang mengandung rahmat bagi seluruh manusia.
Litunzira qawmam maaa unzira aabaaa'uhum fahum ghaafiluun
6. agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.
Adapun hikmah penurunan Al-Qur'an antara lain untuk memberi peringatan kepada bangsa Arab yang belum pernah diutus kepada mereka seorang rasul. Dalam ayat ini disebutkan kerusakan moral bangsa Arab akibat sifat lalai dalam hati mereka. Hati yang lalai ialah hati yang tidak melaksanakan kewajiban yang harus dilaksanakan.
Mereka adalah bangsa Arab keturunan Nabi Ismail yang belum pernah dikirim seorang rasul pun kepada mereka. Oleh karena itu, mereka belum mengenal syariat yang membawa manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Adapun kata qaum yang mengandung pengertian khusus ditujukan kepada bangsa Arab saja, tidak mengubah maksud risalah yang sebenarnya, yakni tertuju kepada seluruh manusia, sebagaimana ditegaskan dalam ayat lain:
Katakanlah (Muhammad), "Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua. (al-A'raf/7: 158)
Laqad haqqal qawlu 'alaaa aksarihim fahum laa yu'minuun
7. Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.
Telah menjadi ketetapan Allah untuk mengazab nenek moyang orang-orang kafir sebagaimana terjadi pada kebanyakan umat yang telah menolak kedatangan rasul yang diutus kepada mereka.
Keingkaran dan kejahatan akhlak mereka menyebabkan hati mereka tidak mampu menghayati kebenaran dan tidak mau tunduk kepada Allah.
Innaa ja'alnaa fiii a'naaqihim aghlaalan fahiya ilal azqooni fahum muqmahuun
8. Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah.
Kemudian diberikan sebuah perumpamaan bagi orang-orang yang tidak mau beriman itu, seolah-olah belenggu telah dipasang di leher mereka, tangan diangkat sampai ke atas dagu. Hal demikian menyebabkan muka mereka selalu tertengadah.
Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus. (asy-Syura/42: 52)
تَنۡزِيۡلَ الۡعَزِيۡزِ الرَّحِيۡمِ
Tanziilal 'Aziizir Rahiim
5. (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang,
Ayat ini dengan tegas menentukan kedudukan Al-Qur'an, yakni kitab suci yang berasal dari Allah, bukan kitab suci hasil karangan manusia. Allah telah menyatakan kepada para hamba-Nya agar memahami hakikat kitab suci yang diturunkan-Nya, yaitu dari Zat Yang Maha Perkasa, yang bertindak seperti apa yang dikehendaki-Nya, tetapi Dia juga Maha Penyayang kepada hamba-Nya. Kasih sayang itu tertuang dalam Al-Qur'an yang mengandung rahmat bagi seluruh manusia.
لِتُنۡذِرَ قَوۡمًا مَّاۤ اُنۡذِرَ اٰبَآؤُهُمۡ فَهُمۡ غٰفِلُوۡنَ
Litunzira qawmam maaa unzira aabaaa'uhum fahum ghaafiluun
6. agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.
Adapun hikmah penurunan Al-Qur'an antara lain untuk memberi peringatan kepada bangsa Arab yang belum pernah diutus kepada mereka seorang rasul. Dalam ayat ini disebutkan kerusakan moral bangsa Arab akibat sifat lalai dalam hati mereka. Hati yang lalai ialah hati yang tidak melaksanakan kewajiban yang harus dilaksanakan.
Mereka adalah bangsa Arab keturunan Nabi Ismail yang belum pernah dikirim seorang rasul pun kepada mereka. Oleh karena itu, mereka belum mengenal syariat yang membawa manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Adapun kata qaum yang mengandung pengertian khusus ditujukan kepada bangsa Arab saja, tidak mengubah maksud risalah yang sebenarnya, yakni tertuju kepada seluruh manusia, sebagaimana ditegaskan dalam ayat lain:
Katakanlah (Muhammad), "Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua. (al-A'raf/7: 158)
لَقَدۡ حَقَّ الۡقَوۡلُ عَلٰٓى اَكۡثَرِهِمۡ فَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ
Laqad haqqal qawlu 'alaaa aksarihim fahum laa yu'minuun
7. Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.
Telah menjadi ketetapan Allah untuk mengazab nenek moyang orang-orang kafir sebagaimana terjadi pada kebanyakan umat yang telah menolak kedatangan rasul yang diutus kepada mereka.
Keingkaran dan kejahatan akhlak mereka menyebabkan hati mereka tidak mampu menghayati kebenaran dan tidak mau tunduk kepada Allah.
اِنَّا جَعَلۡنَا فِىۡۤ اَعۡنَاقِهِمۡ اَغۡلٰلًا فَهِىَ اِلَى الۡاَ ذۡقَانِ فَهُمۡ مُّقۡمَحُوۡنَ
Innaa ja'alnaa fiii a'naaqihim aghlaalan fahiya ilal azqooni fahum muqmahuun
8. Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah.
Kemudian diberikan sebuah perumpamaan bagi orang-orang yang tidak mau beriman itu, seolah-olah belenggu telah dipasang di leher mereka, tangan diangkat sampai ke atas dagu. Hal demikian menyebabkan muka mereka selalu tertengadah.