Tadabbur Surat Yasin Ayat 1-17, ketika Allah Bersumpah dengan Al-Qur'an
loading...
A
A
A
Demikianlah gambaran orang yang tidak beriman karena dia tidak dapat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mengambil perbandingan. Belenggu itu demikian erat, sehingga tidak memungkinkan kepalanya bergerak sama sekali.
Wa ja'alnaa mim baini aydiihim saddanw-wa min khalfihim saddan fa aghshai naahum fahum laa yubsiruun
9. Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
Kemudian digambarkan pula bahwa orang-orang yang tidak beriman itu memandang baik perbuatan jahat yang mereka kerjakan. Hal demikian menyebabkan mereka menjadi sombong, sehingga mereka enggan mengikuti ajaran rasul.
Pikirannya tertutup dari kebenaran, dari apa yang dapat mendatangkan manfaat. Oleh karena itu, tidak ada yang bisa mereka pahami kecuali apa yang telah diwariskan dari nenek moyang mereka.
Wa sawaaa'un 'alaihim 'a-anzartahum am lam tunzirhum laa yu'minuun
10. Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau engkau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman juga.
Allah menjelaskan bahwa orang-orang yang tidak bisa menerima petunjuk itu walaupun diancam dengan siksaan yang pedih, tidak akan berubah. Sebab hati mereka sebenarnya sudah terpatri mati dan tidak dapat menerima petunjuk.
Hal yang demikian disebabkan pikiran mereka tidak sanggup lagi memikirkan kebenaran yang disampaikan, dan mata mereka sudah buta dari kebenaran itu. Ringkasnya, siapa yang telah ditetapkan Allah kesesatannya tidak mungkin lagi bermanfaat baginya segala nasihat yang disampaikan orang. Allah berfirman:
Innamaa tunziru manit taba 'az-Zikra wa khashiyar Rahmaana bilghaib, fabashshirhu bimaghfiratinw-wa ajrin kariim
11. Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.
Allah menjelaskan bahwa hanya orang yang dapat menerima petunjuk Nabi Muhammad yang takut mendengar ancaman Allah, yakni orang-orang yang beriman pada Al-Qur'an dan mau melaksanakan pedoman yang telah digariskannya. Mereka merasa sadar, gentar, dan ngeri bila mendengar ancaman dan siksaan Allah. Allah Mahabesar rahmat-Nya dan Mahapedih siksa-Nya, sebagaimana disebutkan dalam ayat lain:
Innaa Nahnu nuhyil mawtaa wa naktubu maa qaddamuu wa aasaarahum; wa kulla shai'in ahsainaahu fiii Imaamim Mubiin
12. Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh).
Kemudian disebutkan pula bahwa orang harus merasa takut kepada Tuhannya, karena Allah akan menghidupkan kembali semua orang yang telah mati dan membangkitkan mereka dari kuburnya masing-masing pada hari Akhirat. Ketika itu manusia memperoleh catatan dari seluruh perbuatan, baik besar maupun kecil, yang pernah dikerjakan di dunia dahulu. Tiada satu pun perbuatan yang luput dari catatan. Semuanya tertulis dalam buku itu dengan teliti dan.
Wadrib lahum masalan Ashaabal Qaryatih; iz jaaa'ahal mursaluun
13. Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka;
Ini adalah tentang risalah Ashhabul Qaryah. Intisari dari kisah itu menyatakan bahwa siapa saja yang mendustakan rasul akan mengalami nasib malang seperti apa yang dialami oleh Ashhabul Qaryah.
وَجَعَلۡنَا مِنۡۢ بَيۡنِ اَيۡدِيۡهِمۡ سَدًّا وَّمِنۡ خَلۡفِهِمۡ سَدًّا فَاَغۡشَيۡنٰهُمۡ فَهُمۡ لَا يُبۡصِرُوۡنَ
Wa ja'alnaa mim baini aydiihim saddanw-wa min khalfihim saddan fa aghshai naahum fahum laa yubsiruun
9. Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
Kemudian digambarkan pula bahwa orang-orang yang tidak beriman itu memandang baik perbuatan jahat yang mereka kerjakan. Hal demikian menyebabkan mereka menjadi sombong, sehingga mereka enggan mengikuti ajaran rasul.
Pikirannya tertutup dari kebenaran, dari apa yang dapat mendatangkan manfaat. Oleh karena itu, tidak ada yang bisa mereka pahami kecuali apa yang telah diwariskan dari nenek moyang mereka.
وَسَوَآءٌ عَلَيۡهِمۡ ءَاَنۡذَرۡتَهُمۡ اَمۡ لَمۡ تُنۡذِرۡهُمۡ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ
Wa sawaaa'un 'alaihim 'a-anzartahum am lam tunzirhum laa yu'minuun
10. Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau engkau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman juga.
Allah menjelaskan bahwa orang-orang yang tidak bisa menerima petunjuk itu walaupun diancam dengan siksaan yang pedih, tidak akan berubah. Sebab hati mereka sebenarnya sudah terpatri mati dan tidak dapat menerima petunjuk.
Hal yang demikian disebabkan pikiran mereka tidak sanggup lagi memikirkan kebenaran yang disampaikan, dan mata mereka sudah buta dari kebenaran itu. Ringkasnya, siapa yang telah ditetapkan Allah kesesatannya tidak mungkin lagi bermanfaat baginya segala nasihat yang disampaikan orang. Allah berfirman:
اِنَّمَا تُنۡذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكۡرَ وَخَشِىَ الرَّحۡمٰنَ بِالۡغَيۡبِۚ فَبَشِّرۡهُ بِمَغۡفِرَةٍ وَّاَجۡرٍ كَرِيۡمٍ
Innamaa tunziru manit taba 'az-Zikra wa khashiyar Rahmaana bilghaib, fabashshirhu bimaghfiratinw-wa ajrin kariim
11. Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.
Allah menjelaskan bahwa hanya orang yang dapat menerima petunjuk Nabi Muhammad yang takut mendengar ancaman Allah, yakni orang-orang yang beriman pada Al-Qur'an dan mau melaksanakan pedoman yang telah digariskannya. Mereka merasa sadar, gentar, dan ngeri bila mendengar ancaman dan siksaan Allah. Allah Mahabesar rahmat-Nya dan Mahapedih siksa-Nya, sebagaimana disebutkan dalam ayat lain:
اِنَّا نَحۡنُ نُحۡىِ الۡمَوۡتٰى وَنَكۡتُبُ مَا قَدَّمُوۡا وَاٰثَارَهُمۡؕؔ وَكُلَّ شَىۡءٍ اَحۡصَيۡنٰهُ فِىۡۤ اِمَامٍ مُّبِيۡنٍ
Innaa Nahnu nuhyil mawtaa wa naktubu maa qaddamuu wa aasaarahum; wa kulla shai'in ahsainaahu fiii Imaamim Mubiin
12. Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh).
Kemudian disebutkan pula bahwa orang harus merasa takut kepada Tuhannya, karena Allah akan menghidupkan kembali semua orang yang telah mati dan membangkitkan mereka dari kuburnya masing-masing pada hari Akhirat. Ketika itu manusia memperoleh catatan dari seluruh perbuatan, baik besar maupun kecil, yang pernah dikerjakan di dunia dahulu. Tiada satu pun perbuatan yang luput dari catatan. Semuanya tertulis dalam buku itu dengan teliti dan.
وَاضۡرِبۡ لَهُمۡ مَّثَلًا اَصۡحٰبَ الۡقَرۡيَةِ ۘ اِذۡ جَآءَهَا الۡمُرۡسَلُوۡنَۚ
Wadrib lahum masalan Ashaabal Qaryatih; iz jaaa'ahal mursaluun
13. Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka;
Ini adalah tentang risalah Ashhabul Qaryah. Intisari dari kisah itu menyatakan bahwa siapa saja yang mendustakan rasul akan mengalami nasib malang seperti apa yang dialami oleh Ashhabul Qaryah.