Inilah Orang Pertama yang Menyandang Gelar Habib
loading...
A
A
A
Istilah Habib (Øبيب) dalam Bahasa Arab artinya adalah kekasih atau yang dikasihi dan dicintai. Terkadang orang Arab menulisnya dengan "Habeeb" yang berarti yang dihormati. Dalam bentuk jamak biasa disebut Habaib.
Lalu, siapakah orang pertama yang menyandang gelar Habib ? Untuk diketahui, istilah Habib bagi masyarakat Hadhramaut dan keturunan Hadhramaut Yaman yang tersebar di belahan dunia merupakan panggilan untuk para Sayid Ba 'Alawi (keturunan Nabi Muhammad ï·º dari jalur Sayyid Alwi bin Ubaidillah).
Dalam Buku "Pemikiran dan Ajaran Para Sayid Ba 'Alawi dari Masa ke Masa", Husein Muhammad Alkaff menjelaskan bagaimana para keturunan Nabi Muhammad ï·º dijuluki dengan Habib dan Sayyid.
Adapun orang yang pertama kali menyandang sebutan Habib adalah Habib Umar bin Abdurahman Alattas (992-1072 H atau1572-1652 M). Lahir di Desa Lisk, dekat Kota Inat, Hadhramaut, Yaman. Beliau adalah ulama pengarang Ratib Al-Athos (Sohibur راتب العطاس) yang masyhur di kalangan Dzurriyah Nabi. Beliau pulalah yang mula-mula mendapat gelar Al-Atthas, artinya orang yang bersin.
Sebelum beliau, keturunan Sayyid Alwi bin Ubaidillah tidak dipanggil Habib, tetapi dipanggil dengan Sayyid, Imam dan Syaikh. Misalnya Imam Sayyid Ahmad bin Isa al-Muhajir (273-345 H/873-956 M); Imam Sayyid Muhammad bin Ali al-Faqih al-Muqaddam (574-653 H/1178-1232 M); Syaikh Abdurahman Assegaf bin Muhammad Mawladawilah (739-819); dan lainnya yang hidup sebelum Habib Umar bin Abdurahman Alattas.
Menurut keterangan Habib Zain bin Smith, awalnya panggilan dan gelar Habib ini diberikan kepada para Sayyid Ba 'Alawi yang alim dan memiliki dedikasi sosial yang tinggi. Sementara mereka yang tidak demikian biasa dipanggil dengan Sayyid. Kalau di daerah sering dipanggil dengan Iyek, Ayip atau Wan.
Boleh jadi, panggilan ini untuk Habib Umar bin Abdurahman Alattas sebagai bentuk kecintaan dan penghormatan kepada beliau karena integritas beliau dalam keilmuan dan amalnya. Kemudian panggilan ini juga diberikan kepada para Sayid Ba 'Alawi yang mempunyai kapasitas yang sama dengan beliau oleh orang-orang di sekitarnya. Seperti Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad dan ulama besar keturunan Rasulullah lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa tidak setiap Sayyid Ba 'Alawi dipanggil Habib. Belakangan khususnya di Jakarta dan sekitarnya, panggilan Habib diberikan kepada semua Sayyid Ba 'Alawi, bahkan kepada mereka yang bukan ulama. Kata Habib juga di sebagian keluarga Ba 'Alawi, digunakan untuk menyebut kakek, sedangkan untuk nenek disebut Hubaabah atau Hababah.
Sayyid Non Ba 'Alawi
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa para Sayyid Ba 'Alawi adalah satu pecahan dari seluruh keturunan Nabi Muhammad ï·º melalui Sayyid Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir. Selain mereka, para Sayid tersebar di berbagai belahan dunia, misalnya Imam Ahmad al-Muhajir yang mempunyai 29 saudara dan mempunyai keturunan di Irak dan Iran.
Belum lagi keturunan dari ayah dan kakek-kakeknya seperti Imam Musa al-Kadzim yang mempunyai keturunan yang banyak dan dikenal dengan al-Musawi. Atau Imam Jafar as-Shadiq mempunyai keturunan selain dari Imam Musa al-Kadzim dan Sayid Ali al-'Uraidhi, dan seterusnya ke atas.
Kemudian selain Imam Husein bin Ali bin Thalib, Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib juga mempunyai keturunan yang banyak. Seperti para Sayyid Thaba'thaba'i, al-Idrisi, dan lain sebagainya. Sebagai keturunan Nabi Muhammad ï·º, para Sayyid mempunyai kemulian nasab yang bersambung dengan beliau.
Karena itu, semua Sayid memiliki kemuliaan yang sama sebagai keturunan Nabi ï·º. Nasab Sayyid Ba 'Alawi tidak lebih mulia dari nasab para Sayyid lainnya. Demikian pula mengikuti Thariqat 'Alawiyyah tidak menjadikan Sayid Ba 'Alawi lebih baik dan benar dari para Sayyid yang tidak mengikutinya. Selama mereka, Sayyid Ba 'Alawi dan Sayyid non Ba 'Alawi mengikuti ajaran kakek mereka, Rasulullah ï·º dengan istiqomah (konsisten), maka mereka semuanya baik dan benar.
Nasab Habib Umar bin Abdurahman Al-Attas
Berikut ini nasab Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas yang bersambung kepada Baginda Nabi Muhammad ï·º:
Nama beliau adalah Umar bin Abdurrahman bin Agil bin Salim bin Ubaidullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman as-Seggaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alawi al Ghoyur bin Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Imam Muhammad Shahib Mirbath bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidullah bin Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad an Naqib bin Imam Ali al Uraidhi bin Ja'far as Shadiq bin Imam Muhammad al Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husein bin Sayyitina Fatimah az-Zahra radhiyallahu 'anha binti Nabi Muhammad ï·º.
Habib Umar Al-Atthas adalah keturunan Nabi Muhammad ï·º ke-28 dari jalur Sayyidina Husein. Beliau wafat di Nafhun pada 23 Rabiul Akhir 1072 H (1652 M) pada usia 80 tahun. Jasad Beliau dimakamkan di Kota Huraidhah, Hadhramaut Yaman.
Wallahu A'lam
Makam Habib Umar Al-Atthas di Kota Huraidhah, Hadhramaut Yaman ketika diziarahi kaum muslim. Foto/Channel Youtube Tania Nadira Official
Lalu, siapakah orang pertama yang menyandang gelar Habib ? Untuk diketahui, istilah Habib bagi masyarakat Hadhramaut dan keturunan Hadhramaut Yaman yang tersebar di belahan dunia merupakan panggilan untuk para Sayid Ba 'Alawi (keturunan Nabi Muhammad ï·º dari jalur Sayyid Alwi bin Ubaidillah).
Dalam Buku "Pemikiran dan Ajaran Para Sayid Ba 'Alawi dari Masa ke Masa", Husein Muhammad Alkaff menjelaskan bagaimana para keturunan Nabi Muhammad ï·º dijuluki dengan Habib dan Sayyid.
Adapun orang yang pertama kali menyandang sebutan Habib adalah Habib Umar bin Abdurahman Alattas (992-1072 H atau1572-1652 M). Lahir di Desa Lisk, dekat Kota Inat, Hadhramaut, Yaman. Beliau adalah ulama pengarang Ratib Al-Athos (Sohibur راتب العطاس) yang masyhur di kalangan Dzurriyah Nabi. Beliau pulalah yang mula-mula mendapat gelar Al-Atthas, artinya orang yang bersin.
Sebelum beliau, keturunan Sayyid Alwi bin Ubaidillah tidak dipanggil Habib, tetapi dipanggil dengan Sayyid, Imam dan Syaikh. Misalnya Imam Sayyid Ahmad bin Isa al-Muhajir (273-345 H/873-956 M); Imam Sayyid Muhammad bin Ali al-Faqih al-Muqaddam (574-653 H/1178-1232 M); Syaikh Abdurahman Assegaf bin Muhammad Mawladawilah (739-819); dan lainnya yang hidup sebelum Habib Umar bin Abdurahman Alattas.
Menurut keterangan Habib Zain bin Smith, awalnya panggilan dan gelar Habib ini diberikan kepada para Sayyid Ba 'Alawi yang alim dan memiliki dedikasi sosial yang tinggi. Sementara mereka yang tidak demikian biasa dipanggil dengan Sayyid. Kalau di daerah sering dipanggil dengan Iyek, Ayip atau Wan.
Boleh jadi, panggilan ini untuk Habib Umar bin Abdurahman Alattas sebagai bentuk kecintaan dan penghormatan kepada beliau karena integritas beliau dalam keilmuan dan amalnya. Kemudian panggilan ini juga diberikan kepada para Sayid Ba 'Alawi yang mempunyai kapasitas yang sama dengan beliau oleh orang-orang di sekitarnya. Seperti Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad dan ulama besar keturunan Rasulullah lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa tidak setiap Sayyid Ba 'Alawi dipanggil Habib. Belakangan khususnya di Jakarta dan sekitarnya, panggilan Habib diberikan kepada semua Sayyid Ba 'Alawi, bahkan kepada mereka yang bukan ulama. Kata Habib juga di sebagian keluarga Ba 'Alawi, digunakan untuk menyebut kakek, sedangkan untuk nenek disebut Hubaabah atau Hababah.
Sayyid Non Ba 'Alawi
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa para Sayyid Ba 'Alawi adalah satu pecahan dari seluruh keturunan Nabi Muhammad ï·º melalui Sayyid Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir. Selain mereka, para Sayid tersebar di berbagai belahan dunia, misalnya Imam Ahmad al-Muhajir yang mempunyai 29 saudara dan mempunyai keturunan di Irak dan Iran.
Belum lagi keturunan dari ayah dan kakek-kakeknya seperti Imam Musa al-Kadzim yang mempunyai keturunan yang banyak dan dikenal dengan al-Musawi. Atau Imam Jafar as-Shadiq mempunyai keturunan selain dari Imam Musa al-Kadzim dan Sayid Ali al-'Uraidhi, dan seterusnya ke atas.
Kemudian selain Imam Husein bin Ali bin Thalib, Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib juga mempunyai keturunan yang banyak. Seperti para Sayyid Thaba'thaba'i, al-Idrisi, dan lain sebagainya. Sebagai keturunan Nabi Muhammad ï·º, para Sayyid mempunyai kemulian nasab yang bersambung dengan beliau.
Karena itu, semua Sayid memiliki kemuliaan yang sama sebagai keturunan Nabi ï·º. Nasab Sayyid Ba 'Alawi tidak lebih mulia dari nasab para Sayyid lainnya. Demikian pula mengikuti Thariqat 'Alawiyyah tidak menjadikan Sayid Ba 'Alawi lebih baik dan benar dari para Sayyid yang tidak mengikutinya. Selama mereka, Sayyid Ba 'Alawi dan Sayyid non Ba 'Alawi mengikuti ajaran kakek mereka, Rasulullah ï·º dengan istiqomah (konsisten), maka mereka semuanya baik dan benar.
Nasab Habib Umar bin Abdurahman Al-Attas
Berikut ini nasab Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas yang bersambung kepada Baginda Nabi Muhammad ï·º:
Nama beliau adalah Umar bin Abdurrahman bin Agil bin Salim bin Ubaidullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman as-Seggaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alawi al Ghoyur bin Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Imam Muhammad Shahib Mirbath bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidullah bin Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad an Naqib bin Imam Ali al Uraidhi bin Ja'far as Shadiq bin Imam Muhammad al Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husein bin Sayyitina Fatimah az-Zahra radhiyallahu 'anha binti Nabi Muhammad ï·º.
Habib Umar Al-Atthas adalah keturunan Nabi Muhammad ï·º ke-28 dari jalur Sayyidina Husein. Beliau wafat di Nafhun pada 23 Rabiul Akhir 1072 H (1652 M) pada usia 80 tahun. Jasad Beliau dimakamkan di Kota Huraidhah, Hadhramaut Yaman.
Wallahu A'lam
Makam Habib Umar Al-Atthas di Kota Huraidhah, Hadhramaut Yaman ketika diziarahi kaum muslim. Foto/Channel Youtube Tania Nadira Official
(rhs)