Benarkah Tidak Semua Taurat Karangan Nabi Musa Sendiri? Begini Analisis Maurice Bucaille
loading...
A
A
A
Eichhorn (1780-1783) mengungkapkan penemuan yang sama mengenai empat kitab (fasal) lainnya dalam Taurat (Pentateuque). Kemudian pada tahun 1798, Ilgen merasa bahwa satu daripada dua teks yang diselidiki oleh Astruc yaitu teks yang di dalamnya Tuhan dinamakan Elohim, harus dibagi menjadi dua. Dengan begitu maka Pentateuque menjadi benar-benar terpecah-pecah.
Pada abad XIX telah dilakukan penelitian yang telah mantap mengenai sumber-sumber Perjanjian Lama. Pada tahun 1854, orang berpendapat bahwa ada 4 sumber, yaitu: dokumen Yahwist, dokumen Elohist, Deuteronomy, kitab-(fasal) Ulangan dan kode Sakerdotal (hukum para pendeta).
Dokumen Yahwist telah ditulis di Kerajaan Yuda pada abad IX SM Dokumen Elohist adalah lebih baru, dan ditulis di kerajaan Israil Deuteronomy (Kitab Ulangan) menurut Edmond Yacob ditulis pada abad VIII SM, dan menurut R.P. de Vaux ditulis pada abad VII SM pada zaman Yosias. Dan akhirnya, code Sakerdotal (hukum-hukum pendeta) ditulis pada abad VI S.M., yakni pada zaman pengasingan Israil di Babylon atau sesudahnya.
"Dengan begitu maka teks Taurat telah berangsur-angsur tertulis selama sedikitnya tiga abad," ujar Maurice Bucaille.
Akan tetapi, kata Maurice Bucaille lagi, masalahnya jauh lebih kompleks. Pada tahun 1941, A Lods mengatakah bahwa document Yahwist mempunyai 3 sumber, dokumen Elohist mempunyai 4 sumber, kitab ulangan mempunyai 6 sumber dan hukum-hukum pendeta mempunyai 9 sumber, di samping tambahan-tambahan yang dibagi-bagi antara 8 penulis, sebagai yang dikatakan oleh R.P. de Vaux.
Kemudian orang mulai berpikir bahwa banyak hukum-hukum dalam Taurat yang sama dengan hukum-hukum lama di luar Bibel, dan banyak riwayat-riwayat dalam Taurat yang memberi kesan berasal dari lingkungan lain yang lebih kuno; dengan demikian maka persoalannya menjadi jauh lebih kompleks.
Sumber-sumber yang banyak itu menyebabkan perbedaan-perbedaan dan ulangan-ulangan. R.P. de Vaux memberi contoh tentang tercampurnya tradisi yang berbeda-beda mengenai penciptaan alam, anak keturunan Cain (Habil), banjir Nabi Nuh, penculikan Nabi Yusuf, petualangannya di Mesir, perbedaan nama seseorang, penyajian yang berbeda-beda mengenai sesuatu kejadian.
Maurice Bucaille mengatakan dengan begitu maka Taurat (Pentateuque) nampak tersusun daripada tradisi bermacam-macam yang dihimpun secara baik oleh penyusun-penyusunnya, yang kadang-kadang menjajarkan kumpulan mereka dan kadang-kadang merubah kumpulan-kumpulan itu dengan maksud menimbulkan sintesa di antaranya; meskipun dalam melakukan hal terakhir ini mereka tidak menghilangkan perbedaan serta keragu-raguan sehingga hal-hal ini menarik perhatian orang-orang zaman sekarang untuk mengadakan penelitian mengenai sumber-sumber asli.
Dalam rangka kritik mengenai teks, Taurah (Pentateuque) memberi contoh yang amat jelas tentang perubahan-perubahan yang dilakukan oleh manusia, pada bermacam-macam periode sejarah bangsa Yahudi, tradisi lisan dan teks-teks yang berasal dari generasi-generasi terdahulu.
Pada abad XIX telah dilakukan penelitian yang telah mantap mengenai sumber-sumber Perjanjian Lama. Pada tahun 1854, orang berpendapat bahwa ada 4 sumber, yaitu: dokumen Yahwist, dokumen Elohist, Deuteronomy, kitab-(fasal) Ulangan dan kode Sakerdotal (hukum para pendeta).
Dokumen Yahwist telah ditulis di Kerajaan Yuda pada abad IX SM Dokumen Elohist adalah lebih baru, dan ditulis di kerajaan Israil Deuteronomy (Kitab Ulangan) menurut Edmond Yacob ditulis pada abad VIII SM, dan menurut R.P. de Vaux ditulis pada abad VII SM pada zaman Yosias. Dan akhirnya, code Sakerdotal (hukum-hukum pendeta) ditulis pada abad VI S.M., yakni pada zaman pengasingan Israil di Babylon atau sesudahnya.
"Dengan begitu maka teks Taurat telah berangsur-angsur tertulis selama sedikitnya tiga abad," ujar Maurice Bucaille.
Akan tetapi, kata Maurice Bucaille lagi, masalahnya jauh lebih kompleks. Pada tahun 1941, A Lods mengatakah bahwa document Yahwist mempunyai 3 sumber, dokumen Elohist mempunyai 4 sumber, kitab ulangan mempunyai 6 sumber dan hukum-hukum pendeta mempunyai 9 sumber, di samping tambahan-tambahan yang dibagi-bagi antara 8 penulis, sebagai yang dikatakan oleh R.P. de Vaux.
Kemudian orang mulai berpikir bahwa banyak hukum-hukum dalam Taurat yang sama dengan hukum-hukum lama di luar Bibel, dan banyak riwayat-riwayat dalam Taurat yang memberi kesan berasal dari lingkungan lain yang lebih kuno; dengan demikian maka persoalannya menjadi jauh lebih kompleks.
Sumber-sumber yang banyak itu menyebabkan perbedaan-perbedaan dan ulangan-ulangan. R.P. de Vaux memberi contoh tentang tercampurnya tradisi yang berbeda-beda mengenai penciptaan alam, anak keturunan Cain (Habil), banjir Nabi Nuh, penculikan Nabi Yusuf, petualangannya di Mesir, perbedaan nama seseorang, penyajian yang berbeda-beda mengenai sesuatu kejadian.
Maurice Bucaille mengatakan dengan begitu maka Taurat (Pentateuque) nampak tersusun daripada tradisi bermacam-macam yang dihimpun secara baik oleh penyusun-penyusunnya, yang kadang-kadang menjajarkan kumpulan mereka dan kadang-kadang merubah kumpulan-kumpulan itu dengan maksud menimbulkan sintesa di antaranya; meskipun dalam melakukan hal terakhir ini mereka tidak menghilangkan perbedaan serta keragu-raguan sehingga hal-hal ini menarik perhatian orang-orang zaman sekarang untuk mengadakan penelitian mengenai sumber-sumber asli.
Dalam rangka kritik mengenai teks, Taurah (Pentateuque) memberi contoh yang amat jelas tentang perubahan-perubahan yang dilakukan oleh manusia, pada bermacam-macam periode sejarah bangsa Yahudi, tradisi lisan dan teks-teks yang berasal dari generasi-generasi terdahulu.
(mhy)