Tafsir Israiliyyat: Menyoal Unsur Romantis Narasi Yusuf dan Zulaikha
loading...
A
A
A
Kisah Nabi Yusuf adalah kisah yang paling lengkap disajikan dalam al-Quran . Beberapa kritikus Al-Quran mengklaim bahwa narasi Yusuf dan Zulaikha sebenarnya hanyalah kisah cinta , sehingga mereka tidak menganggap surat Yusuf sebagai kanonik karena mengandung unsur romantis yang tidak seharusnya ada di dalam kitab suci .
Al-Shahrastani dalam "al-Milal wa al-Nihal" menyebut pandangan ini dipegang oleh sekte radikal Khawarij yang dikenal sebagai Sekte al-Ajaridah yakni para pengikut Abdul Karim bin Ajrad.
A Umar Syam Manggabarani dalam Tesisnya berjudul "Israiliyyat dalam Kisah Nabi Yusuf as Perspektif Ibnu Katsir" menulis, orang Yahudi , atau Bani Israil , dipersalahkan dalam kisah-kisah yang diceritakan dalam Al-Quran.
"Kendati demikian, tidak dapat disangkal bahwa Israiliyat telah memainkan peran penting baik di era klasik maupun modern dalam mengomentari penafsiran teks," ujarnya.
Menurutnya, salah satu alasan para mufassir menggunakan riwayat-riwayat Israiliyat dalam kitab-kitab tafsirnya adalah agar mereka dapat berkontribusi pada akumulasi sejarah informasi tentang Israiliyyat yang sudah ada dalam kanon Islam.
Nashrudin Baidan dalam bukunya berjudul "Wawasan Baru Ilmu Tafsir" (Pustaka Pelajar, 2005) menambahkan puritanisme, yang berupaya mengembalikan Al-Qur'an ke keadaan aslinya yang murni, harus disalahkan atas penolakan tafsir Surat Yusuf tersebut.
"Nasrudin Baidan, bagaimanapun, berpendapat bahwa penafsiran Al-Quran ini sangat lemah, baik secara historis maupun dari sudut pandang teks itu sendiri," ujar Umar Syam.
Jamal Mustafa Abdul Hamid Abdul Wahhab dalam "Usul Al-Dakhil Fi al-Tafsir" mengatakan beberapa ahli tafsir mengklaim bahwa Israiliyat adalah sumber yang keliru ketika diterapkan pada kesimpulan, meskipun masih menjadi perdebatan dalam ilmu tafsir.
"Padahal di kalangan umat Islam, pembahasan Israiliyyat telah berkembang menjadi norma sastra dan budaya," katanya.
Umar Syam menjelaskan ada perbedaan penyuntingan dan fokus di antara banyak definisi Israiliyyat yang dikemukakan oleh para ulama. Adz-Dzahabi, misalnya, mengklaim bahwa kisah-kisah orang Yahudi dan Kristen membentuk sanya Israiliyat.
Sementara itu, Israiliyat adalah sejarah Ahl al-Kitâb yang terutama terkait dengan Yudaisme atau tidak ada hubungannya dengan agama mereka, menurut Ahmad Khalil.
Jadi, sebagian besar Israiliyyat diduga merupakan kisah orang-orang Yahudi yang masuk Islam. "Israiliyyat tidak hanya menyebarkan kebohongan terkait belanja dari agama lain ke dalam budaya Islam melalui dongeng mereka, tetapi juga mengadopsi kebohongan Yahudi yang lazim sebagai milik mereka," ujar Umar Syam.
Semuanya memiliki arti yang sama: agar Anda dapat menambah pengetahuan Anda tentang Al-Qur'an dengan dongeng dan berita dari agama lain seperti Yahudi, Kristen, dan lainnya.
Umar Syam menyebut, ada orang yang membaca Quran dan Hadis dengan cara yang tidak akurat secara historis dalam upaya menumbangkan Islam dari dalam. Karena banyaknya pemeluk Ahl al-Kitab, tidak menutup kemungkinan banyak riwayat Israiliyat yang dimasukkan ke dalam karya-karya tafsir.
Tak bisa dipungkiri, aturan syariah yang mereka anut dan ajaran yang pernah mereka anut masih melekat dalam benak mereka. Cerita mengenai asal usul berbagai spesies, peristiwa alam yang tersembunyi, dan lain sebagainya.
Al-Shahrastani dalam "al-Milal wa al-Nihal" menyebut pandangan ini dipegang oleh sekte radikal Khawarij yang dikenal sebagai Sekte al-Ajaridah yakni para pengikut Abdul Karim bin Ajrad.
A Umar Syam Manggabarani dalam Tesisnya berjudul "Israiliyyat dalam Kisah Nabi Yusuf as Perspektif Ibnu Katsir" menulis, orang Yahudi , atau Bani Israil , dipersalahkan dalam kisah-kisah yang diceritakan dalam Al-Quran.
"Kendati demikian, tidak dapat disangkal bahwa Israiliyat telah memainkan peran penting baik di era klasik maupun modern dalam mengomentari penafsiran teks," ujarnya.
Menurutnya, salah satu alasan para mufassir menggunakan riwayat-riwayat Israiliyat dalam kitab-kitab tafsirnya adalah agar mereka dapat berkontribusi pada akumulasi sejarah informasi tentang Israiliyyat yang sudah ada dalam kanon Islam.
Nashrudin Baidan dalam bukunya berjudul "Wawasan Baru Ilmu Tafsir" (Pustaka Pelajar, 2005) menambahkan puritanisme, yang berupaya mengembalikan Al-Qur'an ke keadaan aslinya yang murni, harus disalahkan atas penolakan tafsir Surat Yusuf tersebut.
"Nasrudin Baidan, bagaimanapun, berpendapat bahwa penafsiran Al-Quran ini sangat lemah, baik secara historis maupun dari sudut pandang teks itu sendiri," ujar Umar Syam.
Jamal Mustafa Abdul Hamid Abdul Wahhab dalam "Usul Al-Dakhil Fi al-Tafsir" mengatakan beberapa ahli tafsir mengklaim bahwa Israiliyat adalah sumber yang keliru ketika diterapkan pada kesimpulan, meskipun masih menjadi perdebatan dalam ilmu tafsir.
"Padahal di kalangan umat Islam, pembahasan Israiliyyat telah berkembang menjadi norma sastra dan budaya," katanya.
Umar Syam menjelaskan ada perbedaan penyuntingan dan fokus di antara banyak definisi Israiliyyat yang dikemukakan oleh para ulama. Adz-Dzahabi, misalnya, mengklaim bahwa kisah-kisah orang Yahudi dan Kristen membentuk sanya Israiliyat.
Sementara itu, Israiliyat adalah sejarah Ahl al-Kitâb yang terutama terkait dengan Yudaisme atau tidak ada hubungannya dengan agama mereka, menurut Ahmad Khalil.
Jadi, sebagian besar Israiliyyat diduga merupakan kisah orang-orang Yahudi yang masuk Islam. "Israiliyyat tidak hanya menyebarkan kebohongan terkait belanja dari agama lain ke dalam budaya Islam melalui dongeng mereka, tetapi juga mengadopsi kebohongan Yahudi yang lazim sebagai milik mereka," ujar Umar Syam.
Semuanya memiliki arti yang sama: agar Anda dapat menambah pengetahuan Anda tentang Al-Qur'an dengan dongeng dan berita dari agama lain seperti Yahudi, Kristen, dan lainnya.
Umar Syam menyebut, ada orang yang membaca Quran dan Hadis dengan cara yang tidak akurat secara historis dalam upaya menumbangkan Islam dari dalam. Karena banyaknya pemeluk Ahl al-Kitab, tidak menutup kemungkinan banyak riwayat Israiliyat yang dimasukkan ke dalam karya-karya tafsir.
Tak bisa dipungkiri, aturan syariah yang mereka anut dan ajaran yang pernah mereka anut masih melekat dalam benak mereka. Cerita mengenai asal usul berbagai spesies, peristiwa alam yang tersembunyi, dan lain sebagainya.
(mhy)